Petuah Kepemimpinan Khulafa al-Rasyidin

Data buku
Judul buku : Mutiara Sahabat Rasulullah Saw
Penulis : Radie Ramli, M.A.
Penyuntig : M. Yusuf Amru
Penerbit : Penerbit Noura
Tahun terbit : Cetakan pertama, Oktober 2017
Jumlah halaman : i-xi dan 1-168 halaman
ISBN : 978-602-385-367-0
Harga buku : Rp37.000

Menjadi pemimpin suatu bangsa bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan oleh semua insan, apalagi bila banyak orang-orang yang membangkan terhadap pemimpin. Namun dalam suatu bangsa tentulah harus ada satu orang yang menjadi pemimpin, bila tidak maka suatu bangsa tidak akan menjadi bangsa yang baik. Menjadi pemimpin haruslah banyak persiapannya, seperti persiapan spiritual dan mental pemimpin.

Tentu saja untuk menjadi pemimpin suatu bangsa, bukanlah pekerjaan yang mudah. Untuk itu sebagai ummat Islam, para calon pemimpin haruslah mencontoh kepemimpinan para Khulafa al-Rasyidin. Khulafa al-Rasyidin merupakan pemimpin setelah Rasulullah, yang diantaranya adalah Abu Bakar ash-Shiddiq r.a, Umar bin Khathab r.a, Utsman bin Affan r.a, Ali bin Abi Thalib r.a, kemudian digenapkan oleh Hasan bin Ali bin Abi Thalib r.a.

Buku yang berjudul "Mutiara Sahabat Rasulullah Saw" ini memberikan petuah-petuah dari para khulafa ar-rasyidin, kepada para calon calon pemimpin bangsa. Sebagai seorang pemimpin haruslah dapat menepati janji janji yang telah diberikan kepada rakyatnya, seorang pemimpin juga harus dapat melindungi hak hak orang lain. Selain itu, seorang pemimpin harus dapat bangkit untuk membela kemaslahatan umum dan jangan hanya mementingkan kepentingan pribadi.

Petuah yang diberikan oleh Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq yaitu, "Kepemimpinan (pemerintahan) ini tidak akan berjalan baik kecuali dengan keketatan tanpa kekerasan, dan keluwesan tanpa kelembekan (halaman 25)." Artinya pemerintahan dan pemimpin boleh dan bisa jadi harus ketat, tetapi sebisa mungkin harus menghindari kekerasan. Pemerintahan dan pemimpin harus luwes tetapi tidak boleh lemah lembek, sehingga seorang pemimpin tidak boleh terlalu lemah dihadapan rakyatnya.

Kemudian dalam buku ini juga menuliskan bahwa, Khalifah Umar bin Khattab mengatakan, "Seandainya seekor kambing mati sia-sia di tepi Sungai Furat, sungguh aku meyakini bahwa Allah akan menanyakan hal itu kepadaku pada Hari Kiamat (halaman 64)." Artinya menjadi pemimpin itu bukan untuk menyombongkan diri sendiri, tetapi menjadi pemimpin itu adalah mengayomi dan menghidupi semua yang dipimpin. Menjadi pemimpin tidak hanya memimpin manusia saja tetapi juga kepada makhluk hidup lainnya seperti hewan, karena semua nanti akan ditanya pertanggungjawabannya oleh Allah. Menjadi pemimpin seharusnya semakin bertaqwa kepada Allah dan semakin khusyuk ibadah kepada-Nya.

Khalifah Umar bin Khattab juga pernah berkata, "siapa yang banyak tertawa (terbahak, bukan tersenyum dan ceria), maka sedikitlah wibawanya (halaman 74)." Setiap pemimpin tentu saja harus dapat menunjukkan bahwa dirinya berwibawa. Jadi harus diusahakan berbicara dengan lugas dan jangan sampai banyak cengengesan, sehingga wibawanya jatuh.

Khalifah Umar bin Khattab mengatakan bahwa menjadi pemimpin harus mampu mengubah kebiasaan buruk pegawainya. Misal, seorang pemimpin memiliki pegawai yang zalim terhadap rakyat, seharusnya pemimpin tersebut mampu menasehati pegawai tersebut hingga akhirnya mau bertaubat dan berubah. Jangan sampai malah membiarkan pegawainya yang berbuat zalim. Karena, kalau begitu pemimpin tersebut sama saja menzalimi pegawainya. 

Tentu saja hal ini mengakibatkan pemimpin dan pegawai sama-sama berdosa. "Siapapun pegawai dalam pemerintahanku yang menzalimi seseorang, lalu kudengar kabar tentang kezalimannya tapi aku tidak mengubahnya (membuatnya bertaubat), maka sungguh aku telah menzalimi pegawai tersebut (halaman 93)."

"Yang berbuat baik kepada orang jahat adalah pemimpin (halaman 103)," begitu pesan Khalifah Umar bin Khattab. Pesan Khalifah Umar ini memang menyentil para pemimpin. Bahwa menjadi pemimpin bukanlah hanya gelar pemimpin yang didapatkan, tetapi juga  harus berbuat sesuatu seperti pemimpin. Salah satunya adalah berbuat baik kepada orang jahat. Bagaimana berbuat baiknya? Menasehati, menghukum, memenjarakannya dengan cara atau akhlak yang baik. Maka sebaliknya, jika ada pemimpin yang belum berbuat baik kepada orang jahat, maka dia belum menjadi pemimpin sejati.

Meski masih ada cukup banyak petuah tentang kepemimpinan dari para Khalifah, saya sebutkan yang terakhir yaitu dari Khalifah Utsman bin Affan. "Kalian lebih butuh kepada pemimpin yang aktif, ketimbang pemimpin yang sering mengumbar kata-kata (halaman 147)." Hal ini perlu diperhatikan oleh calon pemimpin dan juga pemilih. Calon pemimpin ketika nanti menjadi pemimpin jangan hanya pintar berbicara tetapi nol perbuatan. Sebaiknya seimbang, berbicara dan juga terus berbuat. Sedangkan, pemilih perhatikan calon pemimpin bagaimana track recordnya selama ini. Apakah dia pemimpin yang banyak berbuat atau hanya banyak bicara? Pilihlah yang banyak berbuat.

Para Khalifah juga tidak hanya memberikan petuah kepada pemimpin tetapi juga kepada rakyat agar membantu pemimpin dengan menasehati mereka ketika mereka keluar dari jalur Islam dan kebenaran. Seperti pesan Khalifah Utsman bin Affan, "Wahai hamba-hamba Allah, berhati-hatilah kalian. Bantulah pemimpin kalian, nasihatilah mereka jangan kalian menganiaya mereka (halaman 155)."

Menurut saya buku yang berjudul Mutiara Sahabat Rasulullah Saw, sangat cocok dibaca oleh semua golongan. Dengan menggunakan bahasa yang sering digunakan, sehingga buku ini mudah dipahami dan dimengerti oleh para pembaca. Buku ini tidak hanya membuat pesan para khalifah tentang kepemimpinan, tetapi juga tentang kezuhudan, tentang bertaqwa, tentang bertaubat dan lainnya. Buku yang tak hanya wajib dibaca setiap calon pemimpin Muslim, tetapi juga semua Muslim agar hidupnya semakin terarah dan berkah.

Buku ini juga memiliki sistematika penulisan yang baik, sehingga setiap bab dapat tersusun secara terstruktur. Hal ini tentu saja membuat pembaca lebih mudah memahami isi buku ini. Hanya saja kekurangan pada buku ini yaitu terletak pada cover buku, cover buku untuk buku ini menurut saya kurang menarik. Sehingga tak jarang banyak orang-orang yang tidak tertarik dengan buku ini, padahal buku Mutiara Sahabat Rasulullah merupakan buku yang bagus untuk dibaca.


Oleh : Edra Adha Yati, KPI 3A

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023