Waspada Terhadap Kekerasan Anak

Oleh: Kartika Putri

Kasus pelajar korban "Gladiator" di Bogor kembali menjadi sorotan publik, bahwa ternyata masih ada saja kekerasan pada anak sampai mengakibatkan korban meninggal dunia, dan mengakitbatkan luka mendalam kepada sang ibu. Sungguh tragis sekali kejadian yang menimpa siswa SMA Budi Mulya, Bogor Tengah yang bernama Hilarius Christian Event Raharjo. Kejadian kekerasan pada anak ini terjadi pada tanggal 29 Januari 2016, kasus ini sempat menghilang karena sudah diselesaikan dengan kekeluargaan karena sang ibu tidak mau melakukan autopsi pada korban akan tetapi setelah setahun berlalu keluarga korbanpun ingin mengangkat kembali kasus ini dan mengijinkan untuk membongkar makam korban dan melakukan autopsi oleh pihak yang berwajid . Sungguh sangat memprihatinkan, duel gladiator atau juga biasa disebut dengan tradisi bom – boman ini adalah tradisi pertarungan satu lawan satu yang di gelar pelajar dua sekolah di kota Bogor dan pertarungan satu lawan satu ini disaksikan oleh puluhan pelajar lain.

Jika dilihat dari asal mula gladiator ini, gladiator adalah petarung bersenjata yang melakukan pertarungan untuk menghibur para penonton di Republik Romawi dan Kekaisaran Romawi. Mereka bertarung melawan sesama gladiator, binatang buas dan narapidana. Beberapa gladiator merupakan sukarelawan yang mempertaruhkan kehidupan sosial dan nyawa mereka di arena. Sementara sebagian besar gladiator direndahkan sebagai budak, dididik secara keras, terpinggirkan secara sosial, dan dipisahkan bahkan setelah mati.

Bagi para budak menjadi gladiator bukanlah paksaan. walaupun besar risikonya tetapi sebagian budak justru sangat ingin menjadi gladiator karena merupakan jalan cepat menuju kebebasan dari dunia perbudakan.  Dengan menjadi gladiator siapapun bisa hidup dengan nyaman dan mendapatkan bayaran besar serta mendapatkan ketenaran. mereka tidak hidup di dalam sel seperti tahanan tetapi bagaikan atlet profesional dengan asrama bersih, kolam pemandian air hangat, sarana pijat dan berbagai sarana relaksasi. juga selalu ada dokter terbaik untuk memenuhi kebutuhan medis mereka. Dari luka berat sampai soal keseleo atau gatal-gatal, setiap kebutuhan mereka akan selalu dipenuhi oleh pemilik rumah gladiator. tapi semua fasilitas itu hanya diberikan kepada petarung yang lulus proses seleksi (mirip audisi). sedangkan yang tidak lulus akan dipulangkan seperti halnya lamaran kerja yang ditolak.

Bagi para budak menjadi gladiator bukanlah paksaan. walaupun besar risikonya tetapi sebagian budak justru sangat ingin menjadi gladiator karena merupakan jalan cepat menuju kebebasan dari dunia perbudakan.  Dengan menjadi gladiator siapapun bisa hidup dengan nyaman dan mendapatkan bayaran besar serta mendapatkan ketenaran. mereka tidak hidup di dalam sel seperti tahanan tetapi bagaikan atlet profesional dengan asrama bersih, kolam pemandian air hangat, sarana pijat dan berbagai sarana relaksasi. juga selalu ada dokter terbaik untuk memenuhi kebutuhan medis mereka. Dari luka berat sampai soal keseleo atau gatal-gatal, setiap kebutuhan mereka akan selalu dipenuhi oleh pemilik rumah gladiator. tapi semua fasilitas itu hanya diberikan kepada petarung yang lulus proses seleksi (mirip audisi). sedangkan yang tidak lulus akan dipulangkan seperti halnya lamaran kerja yang ditolak.

Dalam pertarungan gladiator yang terjadi di bogor ini sebagian yang menjadi korban atau gladiator adalah seseorang yang direndahkan sebagai budak. Tetapi jika mendapat kemenangan dalam pertarungan tersebut kita akan mendapatkan kebebasan serta mendapatkan ketenaran dan jika kalau malah sebaliknya bahkan bias saja sampai mengakibatkan meninggal dunia.

Dari segi psikologi kekerasan pada anak ini biasa terjadi bukan hanya saja oleh orang tua, teman terdekat pun biasa melakukannya dan biasa terjadi karena anak yang tidak mampu membela diri dari tindakan orang lain. Kasus kekerasan terhadap anak ini masih memerlukan perhatian dari semua pihak untuk berkontribusi agar kasus serupa tidak terjadi lagi. Kekerasan pada anak semua orang tua pasti sekali waktu merasa marah terhadap anaknya, dalam mengatasi perilaku anak memang bukan perkara mudah. Hanya dengan bilang "tidak" saja terkadang belum tentu dapat meredam sikap yang menjengkelkan tersebut. Dalam menghadapi sikap dan perilaku anak yang menyulitkan tersebut banyak orang tua yang lepas kendali sehingga mengatakan atau melakukan sesuatu yang membahayakan anak dan kemudian mereka lepas kendali dan melakukan kekerasan pada anaknya. Kekerasan pada anak meninggalkan bekas luka abadi. Sebuah peristiwa malang kehidupan dapat merusak rasa percaya diri dan kemampuan untuk memiliki hubungan yang sehat.


Kartika Putri, Mahasiswa KPI UIN Bandung

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023