Oleh : Muhammad Farid Ihsan Maulana
Bulan oktober mungkin menjadi bulan kelam bagi seluruh warga negara indonesia. Dimana pada bulan ini terjadi musibah yang terjadi setelah laga Arema Fc Vs Persebaya Pada Hari Sabtu Oktober 2022 di Stadion Kanjuruhan Malang. Dengan akhir laga yang mengharuskan Arema Fc tunduk pada Persebaya dengan skor 2-3. Ada rasa kekecewaan dari suporter arema yang dimana tidak pernah kalah 23 tahun bertanding di kandang sendiri. Mengakibatkan suporter turun ke lapangan untuk mengincar pemain yang tadi bermain.
Diawali oleh satu orang suporter yang turun ke lapangan dan berlarian untuk menghampiri pemain. Berujung dengan suporter yang lain ikut turun ke lapangan. Dengan segala upaya dan kekuatan pihak pengamanan, dilakukan pengamanan dengan sangat ketat agar tidak berujung kerusuhan. Namun naas usaha itu sia-sia karena hampir seluruh suporter turun ke lapangan. Banyak juga suporter yang menahan suporter lain agar tidak turun ke lapangan. Tapi tidak ada respon apapun dari suporter lain. Keadaan stadion pun sudah kacau balau dengan banyaknya suporter yang turun dan membuat pihak keamanan kewalahan untuk menghalau para suporter.
Pihak keamanan menghalau suporter dengan gas air mata dan bom gas air mata yang dimana tidak dibolehkan FIFA untuk digunakan untuk menjadi menghalau suporter tapi masih saja dipakai dalam keadaan stadion yang sudah kacau. Menurut FIFA gas air mata tidak sesuai dengan SOP karena dibalik banyaknya asap yang membuat mata merah, gas air mata juga dapat menjadikan sesak nafas karena dihirup terus menerus. Ketika keadaan stadion sangat kacau banyak para suporter juga yang lari menyelamatkan diri melalui pintu keluar sehingga terjadi desak-desakkan. Pada saat kejadian ini pintu keluar tidak dibuka tapi akhirnya dibuka paksa oleh para suporter karena terjadi penumpukan dan kepadatan yang mengakibatkan banyak orang yang kewalahan dan pingsan serta berakibat fatal pada korban meninggal dunia pada saat itu.
Sebenarnya apabila kita kilas balik dari tragedi ini ada beberapa kejadian yang menjadi suporter korban keganasan fanatisme dalam bersepakbola. Mari kita menjadi suporter-suporter yang dewasa, menerima kekalahan dan bersyukur ketika mendapat kemenangan. Pihak keamanan pun harus berbenah dari kejadian ini agar tidak ada kejadian seperti ini di bumi pertiwi yang merenggut 131 korban jiwa. Eratkan tangan satukan suara mari kita sama-sama kawal kasus Tragedi Kanjuruhan ini sampai tuntas, agar kita makin sadar bahwa Tidak Ada Sepakbola Seharga Nyawa Manusia.
Diawali oleh satu orang suporter yang turun ke lapangan dan berlarian untuk menghampiri pemain. Berujung dengan suporter yang lain ikut turun ke lapangan. Dengan segala upaya dan kekuatan pihak pengamanan, dilakukan pengamanan dengan sangat ketat agar tidak berujung kerusuhan. Namun naas usaha itu sia-sia karena hampir seluruh suporter turun ke lapangan. Banyak juga suporter yang menahan suporter lain agar tidak turun ke lapangan. Tapi tidak ada respon apapun dari suporter lain. Keadaan stadion pun sudah kacau balau dengan banyaknya suporter yang turun dan membuat pihak keamanan kewalahan untuk menghalau para suporter.
Pihak keamanan menghalau suporter dengan gas air mata dan bom gas air mata yang dimana tidak dibolehkan FIFA untuk digunakan untuk menjadi menghalau suporter tapi masih saja dipakai dalam keadaan stadion yang sudah kacau. Menurut FIFA gas air mata tidak sesuai dengan SOP karena dibalik banyaknya asap yang membuat mata merah, gas air mata juga dapat menjadikan sesak nafas karena dihirup terus menerus. Ketika keadaan stadion sangat kacau banyak para suporter juga yang lari menyelamatkan diri melalui pintu keluar sehingga terjadi desak-desakkan. Pada saat kejadian ini pintu keluar tidak dibuka tapi akhirnya dibuka paksa oleh para suporter karena terjadi penumpukan dan kepadatan yang mengakibatkan banyak orang yang kewalahan dan pingsan serta berakibat fatal pada korban meninggal dunia pada saat itu.
Sebenarnya apabila kita kilas balik dari tragedi ini ada beberapa kejadian yang menjadi suporter korban keganasan fanatisme dalam bersepakbola. Mari kita menjadi suporter-suporter yang dewasa, menerima kekalahan dan bersyukur ketika mendapat kemenangan. Pihak keamanan pun harus berbenah dari kejadian ini agar tidak ada kejadian seperti ini di bumi pertiwi yang merenggut 131 korban jiwa. Eratkan tangan satukan suara mari kita sama-sama kawal kasus Tragedi Kanjuruhan ini sampai tuntas, agar kita makin sadar bahwa Tidak Ada Sepakbola Seharga Nyawa Manusia.
Muhammad Farid Ihsan Maulana, Mahasiswa KPI UIN SGD Bandung
Tidak ada komentar
Posting Komentar