Oleh : Najma Asyifa Fauziah
Berawal dari kekecewaan supporter salah satu tim, mereka berbondong-bondong turun ke lapangan dan berusaha mencari para pemain dan official dari tim tersebut untuk melampiaskan kekecewaan mereka atas apa yang mereka ekspektasikan berakhir di rusak oleh realita yang ada. Karena sikap supporter yang anarkis ini polis yang berada di sana segera menembakkan gas air mata yang berdampak sangat besar bagi kesehatan fisik manusia, yaitu dapat memengaruhi sistem pernapasan hingga 32 persen. Bahan kimia di dalamnya dapat memicu sesak napas, batuk, dan nyeri dada. Mereka juga banyak mengeluarkan air ludah dan dahak ketika terpapar, himgga menyebabkan luka bakar pada kulit. Efek samping gas air mata makin parah apabila mereka mengidap alergi dan asma.
Dari peristiwa ini menyebabkan terdapat begitu banyak korban, sejauh ini terdapat 720 orang yang tediri dari korban luka-luka dan juga korban yang meninggal dunia. Memang suporter sepak bola di tanah air dikenal begitu fanatik terhadap tim pemain idolanya. Tidak jarang, terjadi peristiwa negatif seperti kegaduhan antar pendukung tim yang berlawanan, maupun rusuh antar tim pendukung dan pihak penyelenggara, hingga bisa berakhir menimbulkan korban luka-luka, bahkan kehilangan nyawa. Mengenai persoalan fanatisme para suporter, basisnya bisa beragam misalnya faktor kedaerahan, klub yang didukung, atau bisa juga preferensi kenyamanan individu untuk bergabung dalam sel-kultur tertentu, seperti gaya ultras atau gaya hooligan dan lain sebagainya
Level fanatisme suporter sepak bola yang besar ini, seharusnya sudah disadari oleh banyak pihak yang terlibat, terkhusus dari pihak penyelenggara dan pihak keamanan untuk mengantisipasi dengan lebih cermat. Kecermatan dan antisipasi ini sangat penting dilakukan, baik dari sisi kualitas infrastruktur yang layak atau kurang layak maupun sistem pengamanan dan mekanisme keluar masuk kelompok suporter ke stadion. Sudah pasti tidak ada satu pertandingan bola pun yang harganya layak ditebus dengan nyawa manusia
Dari peristiwa ini menyebabkan terdapat begitu banyak korban, sejauh ini terdapat 720 orang yang tediri dari korban luka-luka dan juga korban yang meninggal dunia. Memang suporter sepak bola di tanah air dikenal begitu fanatik terhadap tim pemain idolanya. Tidak jarang, terjadi peristiwa negatif seperti kegaduhan antar pendukung tim yang berlawanan, maupun rusuh antar tim pendukung dan pihak penyelenggara, hingga bisa berakhir menimbulkan korban luka-luka, bahkan kehilangan nyawa. Mengenai persoalan fanatisme para suporter, basisnya bisa beragam misalnya faktor kedaerahan, klub yang didukung, atau bisa juga preferensi kenyamanan individu untuk bergabung dalam sel-kultur tertentu, seperti gaya ultras atau gaya hooligan dan lain sebagainya
Level fanatisme suporter sepak bola yang besar ini, seharusnya sudah disadari oleh banyak pihak yang terlibat, terkhusus dari pihak penyelenggara dan pihak keamanan untuk mengantisipasi dengan lebih cermat. Kecermatan dan antisipasi ini sangat penting dilakukan, baik dari sisi kualitas infrastruktur yang layak atau kurang layak maupun sistem pengamanan dan mekanisme keluar masuk kelompok suporter ke stadion. Sudah pasti tidak ada satu pertandingan bola pun yang harganya layak ditebus dengan nyawa manusia
Penulis, Mahasiswa KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Identitas Mahasiswa
Nama : Najma Asyifa Fauziah
Status : Mahasiswi KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Alamat : Bnadung, Jawa Barat
No. telp : 088210501824
Email : nazmaasy@gmail.com
Nama : Najma Asyifa Fauziah
Status : Mahasiswi KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Alamat : Bnadung, Jawa Barat
No. telp : 088210501824
Email : nazmaasy@gmail.com
Tidak ada komentar
Posting Komentar
Beri komentar secara sopan