Sudah hampir dua tahun dunia dilanda pandemi corona yang sangat mematikan sudah lebih dari jutaan orang telah meninggal karena virus Sars Covid – 19 ini baik korban masyarakat maupun korban tenaga medis virus yang menyerang pernafasan ini bisa dikatakan datang secara tiba – tiba tanpa ada satupun yang menyangkanya dan membuat masyarakat dunia terkejut.
Ketika sebelum pandemi, para murid datang ke sekolah dengan rasa aman dan nyaman tanpa memerlukan masker. Bersenda gurau dengan teman – temannya tanpa harus menjaga jarak. Begitu pun para karyawan yang datang ke kantornya untuk bekerja tanpa harus di cek suhu tubuh atau surat keterangan sudah di vaksin. Tempat ibadah pun ramai dikunjungi tanpa adanya pembatasan – pembatasan. Ketika waktu liburan tiba, tempat hiburan banyak dikunjungi oleh para wisatawan lokal maupun macanegara untuk berekreasi dengan keluarga tercintanya tanpa takut dengan adanya ancaman virus yang mematikan. Para remaja yang sedang merasakan asam garamnya kehidupan, melampiaskannya dengan nongkrong bersama teman – temannya di cafe atau restoran hingga larut malam tanpa harus takut di datangi oleh satgas.
Kemudian di saat pandemi, banyaknya karyawan yang WFH dan para murid yang diharuskan belajar di rumah dengan sistem daring atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Bisa dikatakan di saat awal pandemi ini, pemerintah kita dinilai sangat lamban dalam pencegahannya. Sehingga angka kasus positif mengalami peningkatan yang cukup signifikan di Indonesia. Di dukung dengan data WHO per 21 juli indonesia terdapat di peringkat 14 di dunia dengan jumlah kasus positif tertinggi dan tertinggi ketiga setelah India dan Iran di Benua Asia.
Ditambah dengan pernyataan Dewi Bur Aisyah selaku Kabid Data dan Teknologi Informasi Satgas Covid – 19 mengatakan bahwa kenaikan signifikan bisa berimbas pada tingginya hunian di Rumah Sakit. Dengan berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan sembilan provinsi memiliki tingkat okupansi di atas 70%, dari sembilan provinsi itu enam diantaranya berada di pulau Jawa.
Kejadian itulah yang membuat Indonesia menjadi salah satu epicentrum penularan covid 19 keadaan bertambah parah ketika ada terjadi kelangkaan APD dan masker yang membuat masyarakat resah dan rela mengelontorkan ratusan hingga jutaan rupiah untuk mendapatkan Alkes tersebut. Sampai – sampai para tenaga kesehatan rela menggunakan APD yang telah digunakannya terus menerus.
Serta terjadinya kepanikan ditengah masyarakat yang membuat masyarakat menangapinya dengan terlalu berlebihan seperti dari memborong makanan sampai menggunakan APD untuk aktifitas sehari – hari.
Semua hal tersebut terjadi masa – masa awal pandemi melanda di Indonesia akan tetapi setelah satu tahun lebih berlalu masalah baru muncul yaitu angka pengangguran semakin meningkat dan angka kemiskinan ikut meningkat serta angka kekayaan kalangan atas ikut meningkat juga. Masalah perekonomian ini pula yang ikut menyerang masyarakat luas. Indonesia terancam akan terjadi resesi ekonomi. Hal itu berdasarkan dari data yang di rilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada kuartal I 2021 masih mengalami kontraksi. Secara year on year, pertumbuhan ekonomi minus 0,74% , sedangkan dibandingkan kuartal sebelumnya mengalami minus 0,96%. Keadaan ini membuat tugas pemerintah semakin berat dalam mengatasi pandemi ini.
Di satu sisi pemerintah harus menjaga masyarakatnya dari ancaman virus ini dan di sisi lainnya pemerintah harus menjaga kestabilan ekonomi dan harus menjaga perputaran uang di masyarakat.
Berbagai cobaan terus berdatangan kepada bangsa Indonesia ini, akan tetapi hal tersebut bukan membuat kita menjadi lemah, melainkan membuat kita menjadi lebih kuat. Banyak harapan dan doa masyarakat untuk keadaan kembali pulih dan seperti semula lagi. Tapi apakah yang akan terjadi atau apa yang akan kita lakukan setelah pandemi ini pergi?
Ketika sebelum pandemi, para murid datang ke sekolah dengan rasa aman dan nyaman tanpa memerlukan masker. Bersenda gurau dengan teman – temannya tanpa harus menjaga jarak. Begitu pun para karyawan yang datang ke kantornya untuk bekerja tanpa harus di cek suhu tubuh atau surat keterangan sudah di vaksin. Tempat ibadah pun ramai dikunjungi tanpa adanya pembatasan – pembatasan. Ketika waktu liburan tiba, tempat hiburan banyak dikunjungi oleh para wisatawan lokal maupun macanegara untuk berekreasi dengan keluarga tercintanya tanpa takut dengan adanya ancaman virus yang mematikan. Para remaja yang sedang merasakan asam garamnya kehidupan, melampiaskannya dengan nongkrong bersama teman – temannya di cafe atau restoran hingga larut malam tanpa harus takut di datangi oleh satgas.
Kemudian di saat pandemi, banyaknya karyawan yang WFH dan para murid yang diharuskan belajar di rumah dengan sistem daring atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Masyarakat yang tak mampu untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru ini lama kelamaan akan kewalahan menghadapi perkembangan zaman yang cukup pesat ini. Kedua orang tua yang harus mendampingi anaknya belajar secara daring, jika mereka tak mampu untuk beradaptasi dengan situasi tersebut bukan tak mungkin mereka akan kerepotan untuk mendampingi anaknya.
Maka dari itu pemerintah berusaha keras dalam menanggulangi pandemi ini dengan berbagai program yang digagasnya seperti PPKM berlevel, program vaksinansi nasional serta pemberian bantuan – bantuan yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.
Dan hasilnya cukup baik dalam menanggulangi pandemi ini sehingga sekarang masyarakat sudah bisa bekerja seperti biasa kembali walaupun masih harus menjaga protokol kesehatan serta anak anak telah kembali bersekolah tatap muka disekolah sehingga mereka dapat lebih baik lagi dalam mendapatkan ilmu. Bisa dibilang usaha pemerintah ini cukup berhasil dilihat dari menurunya angka okupansi rumah sakit dan menurunya angka positif corona di masyarakat. dan angka masyarakat yang divaksinasi telah hampir mencapai target.
Semoga usaha pemerintah tersebut sebagai jembatan awal kita menuju sebuah awal yang baru dan kita tidak perlu lagi untuk berdamai dan bersahabat kembali dengan corona. Dan kehidupan normal yang kita dambakan akan segera kita rasakan. Maka dari itu kita harus ikut menyukseskan program pemerintah dalam penanggulangan pandemi ini dengan mengikuti prokes yang berlaku dan menaati peraturan yang telah ditetapkan, karena tanpa partisipasi dari kita semua maka pandemi ini tidak akan berakhir.
Lalu yang menjadi pertanyaan, andai pandemi pergi, akankah kita bisa hidup seperti dulu lagi?
Fajri Ramadhan
Mahasiswa KPI UIN BANDUNG
Tidak ada komentar
Posting Komentar