Kelola Harta dengan Akidah

Dakwahpos.com, Bandung- DKM Ikomah Bandung rutin adakan kegiatan Kajian Kitab Kuning atau yang biasa disebut KAKIKU dengan bahasan karya Muhammad Al-Ghazali pada Rabu malam Kamis. Meskipun pelaksanaan kegiatan KAKIKU melalui virtual, yakni media YouTube dan zoom meeting, tetapi pelaksanaannya tetap berjalan lancar dan khidmat.


Kajian edisi Rabu (24/2/2021) menyuguhkan bahasan tentang bagaimana mengelola harta dengan akidah, yang disampaikan oleh narasumber Prof. Dr. H. Dindin Solahudin dan moderator Dr. Uwes Fatoni, M. Ag.


Dalam bahasannya, Ustadz Dindin mengungkapkan bahwasanya ada sistem sosial yang keliru. Yang dengan kekayaannya seseorang bertindak semena-mena. "Kenapa? karena ia merasa hasil kekayaannya itu berasal dari jerih payah sendiri. Timbullah kekikiran. Tidak peduli sosial. Kekayaan tersebut bila diyakini dapat menyengsarakan," ujarnya.


"Sistem tersebut kita kenal dengan sebutan Kapitalisme. Kegiatan kapitalis itu seperti menumpuk modal, memonopoli, dan lainnya. Sebaliknya dengan paham Sosialisme. Paham ini tidak mengakui hak milik individu, semua milik bersama. Persamaannya, dua-duanya ekstrim. Sama-sama tidak percaya Tuhan, menolak akidah," ungkap Ustadz Dindin.


"Mereka merasa ruang geraknya akan terbatas dengan sholat. Dianggap mengurangi produktifitas, menyita waktu beberapa menit. Waktu kerja terhambat, belum lagi ajarannya melarang riba," katanya, "Padahal seandainya mereka tahu, keyakinan tersebut bisa membahayakan sistem sosial itu sendiri."


Ustadz Dindin lebih lanjut menjelaskan bahwa sesungguhnya ilmu bila tidak 'bismillah', maka tidak terkoneksi dengan Allah. Tidak akan sesuai syariat. Tidak ada baiknya sama sekali meski penggunanya seseorang yang pandai. Ia rentan lupa bahwa sebenarnya ada hak Allah terhadap segala sesuatu yang dimiliki. Sibuk terhadap urusan sendiri, bukan untuk beramal kepada sesama. Beribadah kepada Allah.


Profesor ini juga menjelaskan bahwa wahyu Allah telah merespon sistem sosial yang keliru ini. Sudah sejak dahulu, bukan kebetulan. Melainkan sebagai peringatan. Seperti yang tertuang dalam Al-Qur'an surat Al-Alaq ayat satu, bunyinya 'Iqro'. Yang artinya 'bacalah'. Banyak makna dibalik kata tersebut, seperti memperhatikan lingkungan sekitar, merenungi perbuatan yang telah dilakukan, mengingat Allah, Tuhan yang telah menciptakan.


"Bagaimana menyikapi Materialisme? mengingat sering khilafnya seseorang ketika mendapat materi. Pertama-tama ucaplah 'Alhamdulillah', baru ke sesama. Koneksikan dulu ke Yang Pertama, yaitu Allah. Kamu akan ingat bahwa yang membuatmu berhak menerima materi karenaNya. Karena itu turutilah hak Allah pula," pungkas Ustadz Dindin.


"Jangan pernah mengharap balasan dari manusia, menunggu di beri ucapan terima kasih, karena hal itu cenderung kepada Materialistik. Tidak menghubungkan kebaikan dengan Allah. Tidak perlu diingat, apalagi ditelusuri. Tunggulah balasan, mintalah balasan dari Allah. Nanti yang balasnya Allah Yang Maha Cerdas. Memberimu balasan dari arah yang tak disangka-sangka," jelasnya.


Ustadz Dindin mengajak bahwa dakwah seperti ini penting untuk mengoreksi berbagai praktek sosial. Inilah kelanjutan akidahnya. Mengelola harta dengan tetap yakin kepada Allah. Karena itu beliau mengajak kepada masyarakat terutama orang yang sedang mengembangkan usahanya, berbisnis dengan 'bismillah'. Dengan akidah agar berkah dan mensejahterakan kehidupan bersama.


Reporter: Alivva Rahmani, mahasiswi KPI semester 3, UIN Sunan Gunung Djati Bandung


Tidak ada komentar

© Dakwahpos 2024