Edukasi Mengenai Perintah Berbuat Kebaikan, Melalui Kajian Keislaman

Dakwahpos.com, Bandung- Lahir dan besar sebagai Universitas Islam, serta menjadi wadah dalam mencetak insan-insan akademis yang berakhlakul karimah, UIN Sunan Gunung Djati tentunya tak akan pernah terlepas dari kajian-kajian, forum-forum serta diskusi-diskusi mengenai ilmu keislaman. 

Sebagai upaya untuk mewujudkan cita-citanya dalam mencetak dan membina para insan akademis muslim, Masjid Ikomah (Masjid UIN SGD Bandung) mencetak sebuah gagasan yang amat gemilang, yakni dengan diadakannya kegiatan Kakiku (Kajian Kitab Kuning), yang dimana kegiatan tersebut rutin dilaksanakan dan digelar setiap pekannya. 

Masjid Ikomah menjadi sebuah fasilitas dan media dalam upaya mengaktualisasikan kajian-kajian Agama tersebut, khususnya dengan adanya program Kakiku (Kajian Kitab Kuning). Diantara salah satu kajiannya adalah membahas kitab hadis yang amat sangat populer di dunia pesantren, yakni Kitab Riyadus Shalihin. 

Pada tanggal 12 Oktober 2021, Bpk. Dr. H. Mujiyo Nurkholis, M.Ag yang merupakan pengisi kajian kitab hadis (Riyadus Shalihin) sekaligus juga beliau sebagai dosen dari jurusan Ilmu Hadis di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Saat itu, beliau membacakan hadis pada nomor 189-195.

Dalam pembahasannya, terutama pada nomor hadis 189, beliau menjelaskan menjelaskan bahwa nanti akan ada pemimpin-pemimpin yang kita setujui dan kita ingkari. Pemimpin-pemimpin yang kita setujui adalah sosok para pemimpin yang perbuatannya sesuai dengan syari'at Agama. Sebaliknya, pemimpin-pemimpin yang diingkari adalah sosok para pemimpin yang banyak melanggar syari'at Agama. Namun demikian, ucap beliau "Kita tidak boleh memerangi mereka, selama mereka masih menunaikan salat bersama kita semua. 

Selanjutnya, pada nomor hadis 190 diterangkan ada sahabat Rasul yang bernama Zainab bertanya kepada Rasulullah SAW, "Ya Rasulullah, apakah kita akan binasa, sedangkan di kalangan kita masih banyak orang-orang shalih?", lalu Rasullulah SAW bersabda: "Ya, jikalau keburukan itu lebih banyak daripada kebaikan". Seterusnya, pada hadis ke-193 terdapat larangan bagi kita umumnya dan para penggembala pada khususnya, bahwa seburuk-buruknya penggembala adalah yang tidak ada belas kasih kepada gembalanya. Orang yang keras kepada hewan gembalaan disebut dengan sebutan " Huthamah", yang berarti manusia yang bersikap kerasa terhadap hewan gembalaan nya. 

Pada hadis akhir yaitu nomor hadis 195, dijelaskan secara gamblang bahwasanya seutama-utamanya jihad ialah memberikan dan menyampaikan tuntutan kepada para pemimpin/penguasa yang dalam proses kepemimpinannya banyak berbuat kesalahan. Adapun maksud dari menyampaikan tuntutan adalah memberikan nasihat kepada para pemimpin yang bertindak sewenang-wenang, menyeleweng dari tuntunan yang benar, atau ia sendiri yang berbuat kemaksiatan dan kemunkaran. 

Dalam kajian dan pembahasannya saat itu, narasumber mengingatkan akan pentingnya berbuat kebaikan, selain itu juga kita tidak boleh lupa mengenai tugas kita untuk mencegah perbuatan-perbuatan kemunkaran. Harapannya, dengan banyaknya perbuatan-perbuatan kebaikan yang ada, serta minimnya kasus-kasus kejahatan, maka semoga negara Indonesia menjadi negara yang baldatun thoyyibatun warabbun ghafur. Aamiin. 

Reporter: Alif Safikri, Mahasiswa jurusan KPI, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Tidak ada komentar

© Dakwahpos 2024