Ketika Tikus Sedang Di Pelihara Pemerintah

Oleh: Ahmad Helmi Tsania 

indonesia adalah negara yang kaya baik itu dari lautannya ataupun dari daratannya, kekayaan indonesia bisa di manfaatkan oleh semua masarakat indonesia baik itu dari kalangan bawah (rakyat biasa) maupun kalangan atas (pemerintah).

Tapi nyatanya kekayaan indonesia tidak bisa sepenuhnya di nikmati oleh masarakat indonesia itu sendiri, bayak masarakat yang saat ini masih kesusahaan dengan perekonomiannyah, untuk makan sehari haripun meraka masih amata sangat kesusahan.

dan ada pepatah mengatakan "yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin" saya setuju dengan pepatah itu, kenapa saya setuju ? karna sekarang rakyat indonesai sedang mengalami hal seperti itu, masarakat biasa semakin melarat dengan kondisinya saat ini, pemerintah semakin senang dengan pendapatannya saat ini.

Pendapatan pemerintah itu ada yang halal dan ada yang haram, tidak bisa di pungkiri yang haram itu penyebab dari tercekiknya masarakat pada saat ini, contoh besarnya seperti korupsi yang sedang di alamni oleh negara kita ini. dari jaman persiden suharto sampai sekarang korupsi masih menjadi PR besar bagi negara ini, kenapa ? karna belom ada solusi bagai mana cara memberantas korupsi ini mesikipun indonesia punya aliansi pemerintahan yang di sebut Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tapi itu belum bisa menjadi solusi bagi korupsi di indonesia, nyatanya selama 16 tahun KPK ini berdiri masih ajah ada pemerintah indonesia yang memakan uang rakyatnya sendiri.

Lalu apa penyebab korupsi ini terus ada setiap tahunya ? penyebab paling terlihat adalah kurangnya rasa takut kepada tuhan, Prop. Salim haji said pun pernah berkata kurang lebih seperi ini " suatu pemerintahan tidak akan maju jikalau tuhanpun tidak di takuti" para pejabat di lantik di atas Quran atau pun baebel tapi merak masih saja melanggar, bagai mana mau berjaya nengara ini jikalau tuhanpun tidak di takuti 

penulis : Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung 

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023