Oleh : Ummul Febria Putri Hanifah
Sepak bola merupakan salah satu olahraga yang digemari banyak orang, bahkan dijadikan ajang pertandingan antar tim, tak hanya tingkat Nasional sepak bola juga dijadikan kejuaran Internasional atau yang biasa kita kenal dengan Piala Dunia. Manfaat sepak bola juga tak main-main, dapat meningkatkan Kesehatan bahkan emosi positif bagi para pecintanya.
Namun belakangan ini kerap kali kita dengar sepak bola merenggut sekian nyawa, apa jadinya jika sepak bola sebabkan nyawa melayang seperti tragedi di kanjuruhan Malang. Nyawa yang hilang pun tak main-main bukan belasan maupun puluhan, tragedi ini memakan kurang lebih 135 nyawa. Sangat disayangkan yang awalnya menyalurkan hobi dan kesenangan malah berakhir duka yang mendalam dirasakan banyak orang.
Menjadi suporter sejati itu sangat dihargai para pemain sepak bola, tapi apa salahnya menjadi suporter yang lebih dewasa menerima saat tim kesayangan kalah, jadilah suporter yang cerdas dan dewasa. Kalau sudah begini siapa yang akan bertanggungjawab? Aparat kepolisian juga tidak bisa disalahkan sepenuhnya, mereka juga dirundung kedilemaan untuk mengamankan massa.
Gas air mata memang dilayangkan, tapi gas air mata bukan menjadi penyebab utama nyawa melayang. Namun apa boleh buat nasi sudah jadi bubur. Tinggal hikmah pelajaran yang bisa kita renungkan. Tragedi ini sangat disayangkan dan menjadi penyesalan banyak orang bahkan jadi trauma setiap keluarga dan orang tua yang ditinggalkan. Tidak ada sepak bola yang seharga dengan nyawa.
Namun belakangan ini kerap kali kita dengar sepak bola merenggut sekian nyawa, apa jadinya jika sepak bola sebabkan nyawa melayang seperti tragedi di kanjuruhan Malang. Nyawa yang hilang pun tak main-main bukan belasan maupun puluhan, tragedi ini memakan kurang lebih 135 nyawa. Sangat disayangkan yang awalnya menyalurkan hobi dan kesenangan malah berakhir duka yang mendalam dirasakan banyak orang.
Menjadi suporter sejati itu sangat dihargai para pemain sepak bola, tapi apa salahnya menjadi suporter yang lebih dewasa menerima saat tim kesayangan kalah, jadilah suporter yang cerdas dan dewasa. Kalau sudah begini siapa yang akan bertanggungjawab? Aparat kepolisian juga tidak bisa disalahkan sepenuhnya, mereka juga dirundung kedilemaan untuk mengamankan massa.
Gas air mata memang dilayangkan, tapi gas air mata bukan menjadi penyebab utama nyawa melayang. Namun apa boleh buat nasi sudah jadi bubur. Tinggal hikmah pelajaran yang bisa kita renungkan. Tragedi ini sangat disayangkan dan menjadi penyesalan banyak orang bahkan jadi trauma setiap keluarga dan orang tua yang ditinggalkan. Tidak ada sepak bola yang seharga dengan nyawa.
Penulis, Mahasiswa KPI UIN Bandung.
Tidak ada komentar
Posting Komentar
Beri komentar secara sopan