Jalan Rayaku, Cermin Masyarakatku

Kinanthi Zahra

Indonesia adalah negara yang lekat dengan keberagaman; mulai dari beragam agama, suku, bahasa, serta adat budaya. Inilah yang membuat masyarakat Indonesia hidup dalam nilai-nilai positif bermasyarakat agar bisa selaras dengan sekelilingnya.


Seiring berjalannya waktu, dunia secara ekstrim berubah, membawa masyarakat Indonesia dalam pusaran  bertajuk modernisasi. Salah satu ciri masyarakat yang hidup di era modern adalah hidup di tengah wilayah dengan fasilitas perkotaan yang memadai. Seperti beraktivitas dengan sistem transportasi  beragam, mobilitas tinggi para komuter di kota besar dan bersahabat dengan inovasi dan teknologi. Masyarakatnya lebih bersifat individualistis karena adanya strata ekonomi (Kompas.com 16/12/21, Ciri Masyarakat Modern).

 
Tingkat pendidikan yang lebih baik, adanya industrialisasi serta terbukanya peluang kerja yang luas membuat gerak mobilitas pada masyarakat modern lebih tinggi. Artinya masyarakat suka atau sering berganti pekerjaan, berpindah tempat tinggal ataupun daerah. Faktor ini menjadi salah satu penyebab jalan-jalan raya menjadi salah satu tempat interaksi para produsen, konsumen, serta aparat terkait.  Berkaitan dengan ini, masihkan perilaku masyarakat Indonesia yang terkenal rendah hati, sopan, serta gemar menolong terjadi di jalan raya?


Dalam artikel Perilaku di Jalan Raya Sebagai Gambaran Pudarnya Karakter Bangsa, Listyo Yuwanto menyatakan semangat kebersamaan dan kekeluargaan mulai hilang berganti menjadi individual dan karakter negatif semakin umum dijumpai. Banyak indikator yang dapat kita gunakan sebagai acuan salah satunya adalah perilaku di jalan raya. Sebagai contoh pelaku tabrak lari, pelanggar rambu lalulintas yang seolah menjadi hal biasa, ataupun ketidakpedulian saat terjadi kecelakaan.  Kasus-kasus ini ditambah dengan aksi para oknum aparat yang memperlihatkan posisi "istimewa" dalam berlalu lintas misalkan dengan pemakaian pelat "dewa" ataupun pengawalan sipil yang mengganggu pengguna jalan lainnya. Potensi arogansi juga dapat terpicu oleh adanya strata dalam berkendara misal kelompok bikers yang berarakan di jalan umum.


Praktisi keselamatan berkendara Jusri Pulubuhu  (CNN Indonesia) menilai tindakan arogan atau agresif pengguna kendaraan di jalan raya lebih baik dihindari karena ujungnya hanya merugikan semu pihak yang terlibat. Dan untuk masyarakat Indonesia, sudah saatnya kita menampilkan kembali wajah Indonesia yang beradab dengan perilaku tanpa arogansi di jalan raya, dengan cara kesadaran tertib berlalu lintas, membangun empati, serta menjaga penegakan hukum.

Mahasiswi KPI UIN SGD Bandung

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023