Kecintaan Terhadap Sepak Bola Berujung Tragis

Oleh : Rio Ramadhan

Akhir-akhir ini, Indonesia digemparkan dengan berita terjadinya peristiwa tragis dan mengenaskan yang dialami oleh komunitas para pecinta sepakbola. Kejadian ini terjadi saat Liga 1 antara Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada 1 Oktober 2022. Dikabarkan sebanyak 125 korban tewas dan ratusan orang lainya luka-luka.

Kerusuhan yang terjadi mengakibatkan kerusakan fasilitas yang berada di dalam Stadion sampai kendaraan milik aparat kepolisian pun terbakar. Orang-orang yang tak ikut campur dalam kerusuhan ini pun ikut terdampak buruk. Malangnya, sejumlah orang tua dan anak dibawah umur pun mengalami kesakitan bahkan tewas akibat berdesakan.

Para supporter Arema FC yang tidak terima atas kekalahannya dengan Persebaya menjadi pemicu utama dalam kerusuhan ini. Mereka meluapkan rasa kekecewaan dengan cara yang sangat arogan. Aparat keamanan pun melontarkan pencegahan dengan menembakkan gas air mata dengan tidak etis dan asal-asalan. Akibatnya, orang yang tidak bersalah ikut terkena dampaknya.

Mereka meluapkan kekesalan dengan cara yang salah. Menyerang dengan amarah adalah keputusan yang tidak dibenarkan, apalagi dengan cara yang tidak senonoh. Seharusnya, selaku para pecinta klub harus menerima, baik menang ataupun kalah mereka terima dengan lapang dada. Bukan malah menyerang dengan segumpal amarah yang tak masuk akal.

Aparat keamanan pun disamping harus tegas juga harus berhati-hati. Karena tidak semua orang yang berada disana bersalah. Apalagi mereka yang hanya orang tua, anak-anak bahkan bayi sekalipun ikut terkena dampak buruk dari gas air mata. Sesak nafas dan lemas terjadi berangsur-angsur akibat orang-orang yang berdesakan keluar karena tidak kuat dengan dampak gas air mata. Akhirnya mereka hanya terjebak dalam kepadatan orang dan mengakhiri hidupnya.

Peristiwa tersebut menggemparkan dunia khususnyan dunia sepakbola. Orang-orang kini khawatir dan takut untuk menonton sepakbola di Stadion. Para Orang Tua pasti melarang anaknya untuk mendukung klub sepak bola kesayangannya. Pelajaran yang sangat berarti untuk kita, bahwa fanatisme akan segala sesuatu itu akan berakibat buruk, terlebih dengan sifat amarah dan arogansi di luar kendali.

Penulis, Mahasiswa KPI UIN Bandung
085742208220
Kp. Babakan RT.02 RW.09 Desa Rancamanyar Kec. Baleendah Kab. Bandung

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023