Budaya Sepeda, Kesadaran Lingkungan Dan Ketidaksadaran Aturan

Oleh: Muhammad Rizqi Rainer

Pandemi memaksa kita untuk bisa lebih kreatif dan adaftif dalam situasi yang tidak bisa ditebak ini. Ditengah ketidakpastian,sebuah kultur muncul menyapa masyarakat yang ingin melepas kebosanan yaitu dengan bersepeda. Sehingga seolah menjadi sebuah tren yang menyebar secara cepat dan luas di kalangan masyarakat di era pandemi ini.

Saat itu banyak kelompok pesepeda yang memenuhi jalan-jalan besar di berbagai daerah. Seakan akan menjadi sebuah kesadaran lingkungan,akan tetapi keberadaan pesepeda di jalan raya ini justru sering menimbulkan konflik dengan pengguna jalan lain,seperti pengguna motor,atau pengguna mobil. Pasalnya, disisi lain mereka mempunyai hak jalan yang sama seperti halnya pengendara motor dan pengendara mobil.

Namun sayangnya para pesepeda kurang memperhatikan keselamatannya dan keselamatan orang lain, dimana mereka kebanyakan tidak mengetahui bahwa aturan lalu lintas di jalan raya pun berlaku juga untuk pesepeda. Tidak hanya itu berkelompokpun menjadi faktor munculnya arogansi,ketika dua atau tiga orang bersepeda bersama,maka rasa kebersamaan muncul sampai menimbulkan eklusivitas,sehinggaakan meminta hak lebih. Tak heran terjadi banyak kasus arogansi kelompok pesepeda yang telah viral di media l masa.

Untuk itu, selain untuk kesadaran lingkungan tentunya kita harus mempunyai kesadaran aturan,khususnya bersepeda di jalan raya supaya tidak membahayakan diri sendiri dan juga membahayakan orang lain.

Penulis, Mahasiswa KPI UIN SGD Bandung

Nama : Muhammad Rizqi Rainer
Status : Mahasiswa Kpi Uin Sgd Bandung
Alamat : Kp.Cihantap, Des. Nagrog, Kec. Cicalengka, Kab. Bandung
No Hp : 089512815480

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023