Toleransi Itu Soal Kerendahan Hati dan Keterbukaan Pikiran

Isu toleransi cukup beragama dalam beberapa tahun terakhir ini ramai diperbincangkan di Indonesia. Buktinya dalam penelitian yang dilakukan oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) di salah satu Universitas di Indonesia yang terdiri dari siswa dan mahasiswa di Indonesia memiliki kecenderungan pandangan radikal, intoleran terhadap agama selain Islam, terutama Yahudi. pandangan tentang mereka memiliki gambaran-gambaran Yahudi sebagai bangsa yang berbahaya dan sangat memusuhi Islami.

Begitu juga survei yang dilakukan oleh Wahid Foundation bahwa intoleransi terhadap Penganut di luar Islam tergolong cukup tinggi di angka 38,4%. Begitu juga penelitian dari Kemdikbud terkait sikap toleransi beragama dengan agama lain yang berkaitan dengan agama tergolong kurang toleran. Selain itu didukung juga dengan penelitian PPIM lainnya bahwa para guru dan dosen agama di Indonesia memiliki pendapat yang intoleransi terhadap umat non-Islam di atas angka 20%.

Ini adalah ada masalah serius dalam toleransi beragama di Indonesia. Apalagi jika aktivitasnya dengan aksi-aksi pengerusakan tempat ibadah umat agama lain yang mengkhawatirkan. Seperti pembakaran vihara di Sumatera Utara, gereja di Minahasa dan lainnya.

Toleransi yang berbeda didefinisikan sebagai suatu penilaian dan kepemilikan berdasarkan kesadaran dengan melibatkan prinsip-prinsip yang berbeda, perhatian dan mempertimbangkan keadaan orang lain atau berdasarkan rasa yang sama dan menarik terhadap orang-orang baik dalam ras, etnis, bahkan negaranya.

Penelitian yang dilakukan secara berani di salah satu Universitas pada bulan Mei-Juni 2020 lalu dari 360 responden yang terdiri dari mahasiswa dengan latar belakang berbagai arsitektur. Responden yang dipilih juga dipisahkan dari masing-masing organisasi keagamaan seperti NU, Muhammadiyah, tidak berafiliasi dan kerjasama organisasi keagamaan. Metode sampling yang digunakan yaitu non-probability sampling dengan teknik purposive sampling . Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hasil adaptasi dan dikonstruk dari Tolerance to Human Diversity oleh Witenberg.

Hasilnya menunjukan 18,9% memiliki skor toleransi beragama yang tinggi. Untuk koefisien regresi dalam penelitian ini sebesar 52,6% toleransi beragama dipengaruhi oleh variabel kerendahan hati intelektual, kepribadian multikultural, orientasi keagamaan dan faktor demografi.

Variabel kerendahan hati atau kerendahan hati memiliki sumbangan yang sangat besar terhadap toleransi beragama yakni 44,2%. Artinya orang yang memiliki kerendahan hati intelektual akan rendah hati terhadap perbedaan, mengetahui keterbatasan kognitifnya, terbuka dengan sudut pandang orang lain dan santun meski menjadi korban bantuan.

Aspek lainnya yaitu dari variabel kepribadian multikultural atau kepribadian multikultural seperti budaya empati. Artinya individu memiliki rasa kepedulian terhadap cara berpikir, perasaan dan keadaan orang lain meski lintas budaya, dalam konteks ini lintas agama. Aspek lain yang berpengaruh seperti keterbukaan pikiran, religiusitas intrinsik dan faktor demografi.

Hasil penelitian ini memiliki saran praktis bagi beberapa kalangan, antara lain untuk mahasiswa diharapkan sering mengadakan konferensi mengenai suatu isu dengan orang yang memiliki latar belakang agama yang berbeda atau lebih sering mengikuti forum internasional yang melibatkan partisipan dari beragam umat agama. Selain itu juga datang korban bencana atau sukarelawan ke tempat musibah akan meningkatkan rasa kemanusiaan meskipun sehingga tidak membedakannya dengan agama yang berbeda. Untuk dosen dapat memberikan tugas analisis suatu masalah yang menantang mahasiswa menggunakan pisau analisis beragam sudut pandang guna membuka wawasan dan pandangannya. Terakhir harus mempertimbangkan aspek sosial dalam beragama dengan cara mendalami ilmu agama yang tidak melupakan aspek sosial masyarakat dengan mendengarkan ceramah dari ulama yang ramah dan tidak provokatif.

Muhammad Ramadhani

Mahasiswa KPI UIN

Sunan Gunung Djati

Bandung, Jawa Barat

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023