Penataan Pemukiman Yang Baik Untuk Redam Bencana

Menurut laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Gunung Semeru di ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut mengalami peningkatan aktivitas dan kemudian meletus, disertai awan panas dan hujan abu vulkanik.

Di tengah musim hujan ini, perlu diwaspadai ancaman lahar dingin yang mengalir ke sungai dari kawah hingga ke hilir. Pemerintah wajib menetapkan arah pembangunan daerah berdasarkan pengurangan risiko bencana.

Pembangunan sistem peringatan dini, pengurangan bencana, manajemen darurat, dan pembangunan pemulihan pascabencana harus dilakukan secara lebih sistematis, terpadu, dan mudah dipahami. Pemerintah daerah harus menyusun rencana aksi pengurangan bencana letusan gunung berapi yang menggambarkan upaya untuk memprediksi (mencegah bencana), memitigasi (pengurangan risiko bencana), dan beradaptasi (beradaptasi dengan perubahan bencana).

Rencana pemulihan daerah yang terkena dampak paling parah harus didasarkan pada risiko bencana dan dimasukkan ke dalam kebijakan, undang-undang dan peraturan, perancangan, serta ekonomi lokal, dan pembiayaan daerah.

Dilihat dari jalur udara panas, abu vulkanik dan jejak lahar panas/dingin dari reruntuhan yang paling parah, kawasan tersebut berada di zona merah/berbahaya, tidak cocok untuk tempat tinggal dan pemukiman. Pengendalian ruang menjadi tantangan utama dalam mengurangi risiko bencana.

 Penataan ruang wilayah berbasis risiko bencana (Disaster Resistant Space Plan) perlu tegas dilaksanakan, termasuk keseriusan pemerintah dalam merelokasi permukiman masyarakat dari kawasan rawan bencana. Pemerintah harus berani mengatakan tidak kepada masyarakat alih-alih aka nada bencana yang menimbulkan banyak korban lagi. Demi keselamatan dan keamanan warga, pemerintah harus tegas membebaskan kawasan dari bangunan dan permukiman.

Kawasan pemukiman yang baik dirancang untuk menyediakan infrastruktur jalan (dilengkapi dengan rambu, speaker dan alarm) dan jalur utilitas terpadu (air bersih, listrik) yang digunakan sebagai jalur evakuasi. Selain itu, fasilitas sanitasi (toilet umum), sampah dan pembuangan sampah yang ramah lingkungan, tenaga surya mandiri dan dukungan telepon satelit juga diperlukan.

Hanya masalah waktu sebelum gunung berapi meletus lagi. Bencana tidak bisa dihindari, kita harus berubah. Karena alam akan selalu menemukan cara lamanya untuk mencapai keseimbangan.

 

Trian Bagaskara

Mahasiswa KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023