Pancaroba Ternyata Berdampak Pada Komoditas Pelayaran

Hambatan terbesar seorang nelayan adalah cuaca ekstrem, terlebih saat musim peralihan atau pancaroba. Tidak menutup kemungkinan bahwa gelombang tinggi, sewaktu-waktu dapat melahap paksa perahu-perahu yang tengah berlayar, menghilang tanpa jejak. Hal ini menjadi perhatian khusus terhadap komoditas pelayaran yang menjadi sumber mata pencaharian masyarakat di pesisir pantai.

Bukan hanya gelombang tinggi yang bisa mencapai kisaran 4 - 6 meter, cuaca ekstrem juga membawa serta-merta angin kencang, badai, petir, peningkatan curah hujan yang cenderung sporadis, hingga berisiko timbul bencana hidrometeorologi, seperti banjir bandang, longsor, yang dapat mengancam keselamatan masyarakat. 

Dwikorita, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa arah angin bertiup sangatlah variatif, hal ini menjadi salah satu faktor perubahan cuaca yang terbilang tiba-tiba saat pancaroba, dari panas menjadi hujan ataupun sebaliknya. Biasanya, cuaca pagi hari lebih cenderung cerah, menjelang siang mulai tumbuh awan yang kemudian hujan mengguyur di sore atau malam hari. Kemunculan awan cumulonimbus juga turut andil. Bentuknya seperti bunga kol berwarna abu-abu dengan tepian yang jelas, apabila terdapat perubahan warna menjadi sangat gelap, maka hujan akan turun beserta petir juga angin kencang.

Jika tanda-tanda seperti itu muncul, nelayan perlu pertimbangan sebelum memutuskan berlayar, sebab besar kemungkinan cuaca ekstrem mengancam keselamatan nelayan saat tengah mencari ikan. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap komoditas pelayaran yang bergantung pada lautan, pasokan ikan segar akan menurun, upah pendapatan tidak menentu, bahkan kerugian sedikit-banyak menjadi dominasi akibat pancaroba ini. 

Komoditas pelayaran bukan hanya berupa ikan segar, tapi juga produksi olahan ikan asin. Jika tangkapan ikan nelayan berkurang, maka pengolahan ikan asin akan mengalami penurunan yang cukup signifikan hingga mencapai angka 20% - 30% dari biasanya. Selain itu, cuaca yang tak menentu berpengaruh pada sinar matahari yang menjadi acuan utama untuk pengeringan ikan. Kualitas ikan asin akan menurun jika kekurangan pasokan matahari, hal ini juga berdampak pada harga jual yang ditawarkan.
 
Pancaroba memang berdampak terhadap lingkungan sekitar, terutama dalam pertumbuhan bakteri yang mengancam kesehatan masyarakat. Influenza, batuk, serta penyakit saluran pernapasan lain menjadi langganan dalam peralihan musim. Tapi di sebagian wilayah, penyakit tersebut bukanlah salah satu dampak utama yang dirugikan, melainkan mata pencaharian yang terancam hilang sebab alam tak bisa ditaklukan ketika keselamatan jiwa lebih mengancam.

Masyarakat prasejahtera yang menggantungkan hidup pada alam akan lebih memikirkan, bagaimana makan hari ini? daripada beranggapan tentang, bagaimana menyembuhkan penyakit ini? Sedikit gambaran ini, semoga ada alternatif lain untuk para nelayan selain bertaruh nyawa di laut lepas saat cuaca tidak mendukung, mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dibanding bertempur demi satu dua ekor ikan. Alam memang bisa dijadikan teman yang menguntungkan, tapi perlu kita tahu bahwa ia tidak bisa ditaklukkan.

Qisthy Anjani
Mahasiswi KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023