Kisah di Balik Ayam Bakar Rumah Makan Sindang Heula

Lembang memang terkenal dengan cuaca dinginnya, cuaca dingin disana membuat saya lapar. Ketika mencari-cari apa yang pas untuk dimakan di cuaca seperti ini, tiba-tiba teman saya mengusulkan untuk makan ayam bakar saja katanya ada disini rumah makan ayam bakar paling enak menurut dia. Namanya rumah makan Sidang Heula.

Ketika sampai di rumah makan Sindang Heula ternyata disana sedang ramai oleh pembeli, jika dilihat hanya dari luar saja rumah makan ini terlihat kecil, tetapi jika sudah  masuk kedalam ternyata rumah makan ini cukup luas dengan 12 meja makan lesehan, saya memesan teh manis hangat dan 3 porsi ayam bakar sudah termasuk lalapan dan sambel. Tidak hanya ayam saja, rumah makan ini juga menyediakan bebek yang di beri 2 pilihan bisa di goreng ataupun di bakar.

Kira-kira ada yang tau rasa nya gimana ? Seperti kata teman saya ayam bakar disini sangat enak sekali, yang paling saya sukai adalah  potongan ayamnya yang besar dan porsi nasi yang diberikan juga cukup banyak. Saya mulai ingin mengetahui lebih banyak tentang rumah makan ini tetapi karena pemiliknya sedang sibuk melayani banyak pembeli dan waktu sudah cukup malam juga, jadi saya memutuskan untuk bertanya-tanya kepada teh jihan yaitu anak dari pemilik rumah makan sindang heula.

Ayam bakar rumah makan Sindang Heula di wilayah Lembang ini sangat tertekenal, rumah makan ini berada di Jl. Sesko AU No.3. Pemilik rumah makan ini adalah Bapak Ujang Dudi yang sekarang sudah berusia 50 tahun, beliau sudah membuka usaha rumah makan  ini di mulai pada pertengahan 2013, tetapi dulu tempatnya tidak seluas sekarang, dulu masih di tempat kecil dan hanya masuk 4 meja saja, pindah ke tempat yang sekarang baru-baru ini pada bulan Mei 2021.

"Harga satu porsinya berapa teh?" tanya saya

"Harga satu porsinya 22 ribu paket ayam bakar/goreng, tempe, tahu sudah termasuk satu bakul nasi  lalapan dan sambel" jawab teh jihan

Teh jihan mengaku kalau dia ikut bantu-bantu di warung tidak setiap hari kalau sedang libur kuliah saja baru ikut bantu-bantu di warung, rumah makan ini buka pukul 13.00 siang sampai pukul 21.00 malam hari "setiap hari warung ramai, apalagi kalau hari jumat, sabtu, minggu pasti ramai sekali oleh rombongan pembeli" kata teh jihan.

Rumah makan ini juga melayani pesanan yang diberi harga 24 ribu/box, pesanan paling banyak disini pada saat bulan ramadhan kemarin mencapai 300 box. "dalam sehari bisa abis berapa kg teh ayam/bebeknya?" tanya saya.

"nggak pasti sih, paling sekitaran 20 kg/harinya tapi ga nentu juga sih" jawab teh Jihan.

Setelah berbincang cukup lama dengan teh Jihan, ternyata ada cerita dibalik rumah makan ini, katanya dulu sebelum pindah ke tempat yang ini, bapak dan ibunya memang punya cita-cita ingin membuka rumah makan tetapi baru saling cerita setelah pindah kesini, perjuangan yang harus keluarga nya lewati adalah dulu pada saat awal-awal membuka rumah makan ini mareka memakai roda yang harus di dorong, katanya cape sekali, dulu rumah makan ini buka sore hari setelah toko emas tutup, teh jihan juga bercerita kalau dulu orang tuanya berjualan emas dipasar, sebelum akhirnya fokus pada jualan ayam bakar.

Perjuangan perih yang teh jihan juga ikut rasakan adalah, dimana pada saat perpindahan dari warung kecil ke warung yang besar, perpindahan itu terjadi karena di usir paksa oleh pemilik kontrakan, padahal uang sudah masuk untuk satu tahun kedepan, katanya alasan pemilik kontrakan itu mengusir adalah karena akan membongkar warung untuk di buat jalan, tetapi ternyata alasan sebenarnya adalah kontrakan itu akan di pakai oleh keluarganya yang mau berjualan juga, pemilik kontrakan juga sudah meminta maaf kepada keluarga teh Jihan. Pada saat di usir paksa itu rumah makan ayam bakar ini dengan ramai-ramainya, sekeluarga sempat pusing karena memikirkan akan pindah kemana,karena kalau terlalu jauh konsumen bisa hilang.

Pada saat pindah ke tempat yang baru, sempat di buat pusing juga karena harus merombak ulang tempatnya, sempet bingung juga karena uang yang akan di pakai untuk merombak belum juga di kembalikan oleh pemilik kontrakan yang sebelumnya.

"Tapi alhamdulillah sekarang udah enaklah dibanding yang kemaren, Cuma memang capek nya juga lebih yaa, disini belom ada yang kerja karena bapak sama mama pengennya di Kelola  sama keluarga aja dulu" kata teh Jihan.

Reporter : Maulida Muthmainnah Mahasiswa KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung. 

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023