Kesopanan Bermedia Sosial

Semakin hari jumlah pengguna media social terus bertambah, mulai dari kalangan anak-anak hingga orang tua kini mahir dalam bermedia. Tetapi, hal ini pula yang menjadi salah satu peluang  meningkatnya jumlah orang yang bermasalah dengan media social. Tak hanya dari segi jumlah, intensitas masalah di media social juga terus berubah dan beragam. Ada yang bermasalah dengan sesama pengguna, bermaslah dengan orang terdekat, bahkan ada pula yang sampai bermasalah dengan hukum. Ini menjadi sebuah fenomena yang sangat memprihatinkan.

Media social alih-alih menjadikan penggunanya aktif berkomunikasi, tetapi justru membuat penggunanya semakin sering terlibat konflik. Bill Gates pernah mengatakan the word in just the finger, nah sekarang benar-benar terbukti bahwa problem sering terjadi dari ujung jari. Masalah seperti ini jika dilihat dari kacamata orang luar mungkin dianggap sepele, tetapi nyatanya persoalan bermedia tak dapat dianggap remeh. Presiden Jokowi pun pernah mengatakan hal ini dalam beberapa kesempatan, beliau juga sering menghimbau kepada masyarakat untuk berhati-hati dalam bermedia social.

Dalam sebuah catatan menunjukan sebagian besar konflik yang ada di media social berhubungan dengan language. Sudah banyak sekali kasus yang berkaitan dengan bahasa dan jumlahnya terus bertambah setiap harinya, seperti ujaran kebencian, fitnah, penghinaan, hasutan, bahkan body shaming pun berlanjut ke media social. Hal – hal seperti itulah yang nampaknya semacam tempat yang gekap  sehingga membuat pengguna media social tersesat di dalamnya. Bermacam – macam varian tulisan yang di tinggalkan di media social, tanpa kita sadari banyak merubah hidup seseorang. Ada yang memilih bunuh diri karena tak sanggup menerima ujaran kebencian di media sosialnya, ada yang mati-matian menjaga tubuhnya dengan diet ketat misalnya supatya tak di body shaming, ada yang tersandung hukum karena fitnah dan banyak lagi varian lainnya.

Walaupun berformat tulisan, seharusnya tradisi sopan bertutur kata juga harus dijalankan. Sebelum media social lahir, tulisan menjadi hasil  dari buah pikir seseorang yang penting dan serius. Tetapi, setelah adanya social media menulis tak lagi menuangkan hasil pemikiran yang penting melainkan berubah menjadi obrolan yang di dalamnya mengandung undur gosip atau rumpi. Di media orang menulis, tetapi pada dasarnya berbicara sesuka hati.

Dalam menggunakan media social ada beberapa perbedaan antara pengguna usia muda atau remaja dengan pengguna usia dewasa. Pengguna usia muda jauh memiliki penguasaan teknik yang berkali-kali lipat lebih baik. Mereka ounya keterampilan teknis yang cukup membanggakan, tetapi sayangnya tidak diimbangi dnegan refleksi nilai yang baik. Sedangkan pengguna usia dewasa berkebalikan, gagap secara teknis tetapi punya refleksi yang bagus.

Kondisi seperti inilah yang menjadi kekhawatiran dan perlu antisipasi dengan mempekenalkan nilai-nilai kesopanan pada pengguna media social. Salah satu caranya dengan memperkenakan kesopanan sebagai nilai yang selalu berkaitan erat dengan komunikasi.


Nurul Maghfiroh Rizqi Maulida
Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jawa Barat
Email: nurullmaulida932@gmail.com

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023