Maknai Perbedaan Nasib Makhluk Hidup

Dakwahpos.com, Bandung–Masjid Nurul Fajri, Pasawahan, Dayeuhkolot, gelar shalat Jumat (29/10/2021) dengan menghadirkan Ustaz Deden sebagai penceramah. Bahasan yang diangkat mengenai makna dibalik setiap perbedaan nasib yang menimpa makhluk hidup, baik itu manusia, tumbuhan, bahkan hewan. 

Dalam Q.S Qasas ayat 77 yang berbunyi :


وَابۡتَغِ فِيۡمَاۤ اٰتٰٮكَ اللّٰهُ الدَّارَ الۡاٰخِرَةَ‌ وَلَا تَنۡسَ نَصِيۡبَكَ مِنَ الدُّنۡيَا‌ وَاَحۡسِنۡ كَمَاۤ اَحۡسَنَ اللّٰهُ اِلَيۡكَ‌ وَلَا تَبۡغِ الۡـفَسَادَ فِى الۡاَرۡضِ‌ؕ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الۡمُفۡسِدِيۡنَ

"Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan."

Allah menerangkan empat macam nasihat dan petunjuk yang ditujukan kepada Karun oleh kaumnya. Orang yang mengamalkan nasihat dan petunjuk itu akan memperoleh kesejahteraan di dunia dan akhirat.

Nasihat itu diantaranya : 
1. Orang yang dianugerahi oleh Allah kekayaan yang berlimpah ruah, hendaklah ia memanfaatkan di jalan Allah.

2. Setiap orang dipersilakan untuk tidak meninggalkan sama sekali kesenangan dunia baik berupa makanan, minuman, pakaian, serta kesenangan-kesenangan yang lain sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran yang telah digariskan oleh Allah.

3. Setiap orang harus berbuat baik sebagaimana Allah berbuat baik kepadanya, misalnya membantu orang-orang yang memerlukan, menyambung tali silaturrahim, dan lain sebagainya.

4. Setiap orang dilarang berbuat kerusakan di atas bumi, dan berbuat jahat kepada sesama makhluk, karena Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Ustadz Deden juga menganalogikan bahwasanya setiap makhluk memiliki nasib bagian masing-masing. Contohnya, seekor kerbau (mempertahankan hidupnya) memakan rumput yang hijau. Lalu, sekor singa (mempertahankan hidupnya) memakan daging. 

Artinya, bukan tidak ada nafsu ketika kerbau melihat daging, tapi sadar bahwa itu bukanlah bagiannya. Begitu pula bukan jinak seekor singa ketika melihat rumput yang hijau, karena tahu mana yang terbaik untuknya. Apabila seekor kerbau makan daging atau seekor singa makan rumput, maka itu akan memadaratkan dirinya, dalam konteks ini sakit. 

Ayat di atas juga menjelaskan bahwa : 
1. Allah melarang dan memandang baik orang yang melupakan nasib atau bagiannya di dunia ini
2. Allah melarang melakukan sesuatu yang membuat madarat

Lantas apa nasib manusia? 

وَكُلُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّٰهُ حَلٰلًا طَيِّبًا ۖوَّاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْٓ اَنْتُمْ بِهٖ مُؤْمِنُوْنَ

"Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai rezeki yang halal dan baik, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya." (Q.S Al - Maidah : 88)

Sebelum menutup ceramahnya, Ustadz Deden juga menegaskan bahwa halal yang menyehatkan ruhaniyyah itu ditentukan oleh Allah. Sedangkan, thoyyib yang menyehatkan jasmaniyyah itu dicari oleh manusia sendiri. 

Reporter 
Qisthy Anjani
Mahasiswi KPI 3D UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023