Karakter Sejati Kaum Beriman



Dakwahpos.com-Bandung, Di era globalisasi ini, orang berkata bahwa dunia mengecil. Betapa tidak, sesuatu terjadi di ujung dunia sana dapat dilihat pada saat yang sama kejadiannya oleh yang berada di ujung dunia yang lain. Kita hidup dalam suatu desa yang kecil. Dahulu Nabi SAW mengibaratkan umat manusia ini sebagai berlayar dalam suatu perahu yang memiliki dua tingkat.

Beliau bersabda; seandainya penghuni di tingkat bawah ingin mengambil air dengan melubangi perahu, karena enggan naik ke atas, maka perahu akan bocor dan semua penumpang perahu akan tenggelam, karena itu diperlukan orang-orang yang mengingatkan siapa yang bermaksud membocorkan perahu. Inilah yang dinamai amar ma'ruf nahi munkar.

Amar Ma'ruf dan Nahi Munkar merupakan karakter sejati kaum beriman. Mereka adalah orang-orang yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah kemungkaran.

Amar makruf nahi mungkar dalam istilah fiqh disebut dengan al Hisbah. Perintah yang ditujukan kepada semua masyarakat untuk mengajak atau menganjurkan perilaku kebaikan dan mencegah perilaku buruk.
Bagi umat Islam, amar makruf nahi mungkar adalah wajib, sebab syariat Islam memang menempatkannya pada hukum dengan level wajib. Dan siapa pun dari kita yang meninggalkannya, maka kita akan berdosa dan mendapatkan hukuman berupa siksa yang sangat pedih dan menyakitkan.

Dalam hadits lain, dalam Shahih Muslim dari Abdullah bin Mas'ud Ra, Rasulullah SAW bersabda:

"Tidaklah seorang Nabi pun yang Allah Ta'ala utus di suatu umat sebelumku, kecuali memiliki pengikut-pengikut setia dan sahabat-sahabat. Mereka mengambil sunnahnya dan mengikuti perintahnya. Kemudian, datang generasi-generasi setelahnya yang mengatakan hal yang tidak mereka ketahui dan tidak diperintahkan. Maka, barang siapa memerangi mereka dengan tangannya maka ia adalah mukmin. Dan, barang siapa memerangi mereka dengan lisannya maka ia adalah mukmin. Dan, barang siapa memerangi mereka dengan hatinya maka ia adalah mukmin. Dan, tidak pernah ada di belakang itu semua keimanan sebesar biji atom."

Nabi tidak berkenan terhadap para sahabat yang tidak membawa hewan sembelihan tetapi enggan bertahallul dari ihram. Nabi sempat marah dan memerintahkan mereka untuk bertahalul, maka mereka lalu mematuhinya dan bertahalul.
Pada saat bertawaf nabi mengelilingi Ka'bah melewati seseorang yang mengikat tangannya kepada orang lain dengan ikat pinggang atau seutas tali atau semacamnya. Maka nabi pun memotong tali itu dengan tangannya sendiri dan bersabda. "Tentu saja tangannya."(HR.Bukhari).

Nabi tidak berkenan dengan perbuatan Fadhl yang memandangi arah tandu-tandu berisi wanita yang lewat. Jabir meriwayatkan dalam sebuah hadis panjang, bawah Fadhl bin Abbas membonceng nabi. Dia adalah orang yang berambut bagus, berkulit putih dan tampan. Pada saat Rasulullah berangkat, lewatlah serombongan tandu wanita. Mulailah Fadhl memandangi ke arah tandu-tandu tersebut.

Kalo orang sudah beriman meskipun tidak mencintai saudaranya tetap di nilai iman,cuman iman tidak sempurna.

Reporter : Alfin Muhammad Romadhon
Mahasiswa Uin Sunan Gunung Djati Bandung

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023