Hikmah Perang Mu'tah

Dakwahpos.com, Bandung – DKM Darussalam dan MT Qonitiin mengadakan kembali kajian pekanan secara rutin pada hari Rabu di Masjid Darussalam setelah segala aktivitas keagamaan dialihkan menjadi daring atau bersifat online, kajian rutinan ini diisi oleh Ust Nur Ihsan Jundullah Lc, MA di pagi hari dengan isi materi atau kajian berbeda-beda setiap minggunya. Rabu (27/10/2020)

Ada sebuah peperangan pada zaman Nabi Muhammad saw yang sangat menentukan lajunya Islam, momentum yang dapat dikatakan jika umat Islam menelan kekalahan pada saat itu, penyebaran Islam ke seluruh dunia menjadi terhambat. Peperangan ini tertulis dengan apik dalam tinta sejarah, yang dikenal dengan perang Mu'tah.

Sebelum Perang Mu'tah terjadi, Nabi Muhammad saw mengirim utusan kepada para raja untuk memeluk agama Islam. Berbagai reaksi yang timbul ketika utusan dari Rasulullah saw sampai dikerajaan para raja. Ada yang menerima ajakannya, lalu masuk Islam. Ada yang tidak menerima ajakannya, namun tetap memperlakukan utusan Rasulullah saw dengan baik. Akan tetapi, ada juga yang menolak ajakan Rasulullah saw dan menganiaya, mendzalimi bahkan membunuh utusan tersebut.

"Sementara, sisanya, kerajaan Ghassaniyah membunuh utusan Rasulullah saw, tidak hanya menolak dan menghina Nabi Muhammad saw tapi juga membunuh. Utusan Rasulullah saw yang dibunuh ialah Al-Harits bin 'Umair, pembunuhan terhadap utusan Rasulullah saw inilah awal mula terjadinya perang Mu'tah". ujar lulusan Universitas Al Azhar. Cairo, Mesir itu.

Umat Muslim dalam satu komando Nabi Muhammad saw langsung berkumpul atas panggilan iman dan Islam yang telah mengakar didalam dada. Dalam sekejap, 3.000 orang umat Islam berkumpul di Madinah pada tahun 629 M karena tidak rela darah saudara muslimnya yang lain telah tumpah dan panggilan benak sanubari mereka agar segera menjemput jannah-Nya dengan berjihad di jalan-Nya.

"Nabi Muhammad saw menunjuk Zaid bin Haritsah menjadi komandan. Jika ia terbunuh, maka gantikanlah ia oleh Ja'far bin Abi Thalib. Jika ia terbunuh, maka gantikanlah ia oleh Abdullah ibnu Rawahah". ujar salah satu da'i komunitas Pemuda Hijrah tersebut. Umat Islam sepenuhnya mentaati perintah Nabi Muhammad saw, karena mentaati Rasul-Nya adalah sebuah bentuk taat kepada-Ny

Perang Mu'tah berlangsung dengan dahsyat dan sengit. Keteguhan iman umat Islam menjadi sebuah ujian, kekuatan tempur dalam fisik maupun stamina benar-benar menjadi penentu seseorang dapat berperang sampai akhir pertempuran. Karena pasukan musuh berjumlah 200.000 orang, dan komandan umat Islam mulai berguguran satu persatu, hal ini menurunkan mental dan semangat umat Islam. Namun, disanalah tampil Khalid bin Walid dengan strategi cerdasnya memberikan intruksi kepada "batalyon" yang berada di kanan, tengah maupun kiri untuk berpindah tempat agar dapat menurunkan mental dan semangat tempur pasukan musuh, karena mereka dibuat mengira pasukan Muslim berjumlah sangat banyak. Perlahan tapi pasti, akhirnya umat Islam dapat mengimbangi, memenangkan pertempuran dan mengurangi potensi resiko kerugian.

Hikmah dalam pertempuran tersebut bermacam-macam, diantaranya ialah mukjizat Nabi Muhammad saw terbukti, mahalnya darah seorang Muslim sehingga harus diperjuangkan, kekuatan umat Islam yang terbesar ialah berasal dari Iman, kebolehan menentukan pemimpin sebelum lengser, bersegera menyambut perintah agama untuk berjihad, tingkatan surga tidak bisa didapatkan secara instan dan kecerdasan Khalid bin Walid yang dalam kisah ini bermula julukan Saifullah disematkan padanya, menjadikannya seorang figur yang patut untuk diteladani.

 

 

Reporter : Indra Margana

Mahasiswa KPI

UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023