Masjid Jami Da’watussalaam Adakan Shalat Jum’at Sesuai Prokes

Dakwahpos.com, Bandung- Shalat Jum'at berjama'ah di masjid Jami Da'watussalaam di masa pandemik ini tetap dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan dan mengundang ustadz Andi Muhammad Ikhsan dari Ciganitri, Bandung pada Jum'at 4 Desember 2020.

Ketua DKM Da'watussalaam, Drs. H. Diansyah mengatakan bahwa di masa pandemik seperti ini, masjid  Jami yang terletak di Sapan Tegalluar Bandung ini tetap melaksanakan shalat Jum'at berjama'ah untuk masyarakat sekitar, karena shalat Jum'at merupakan ibadah yang wajib dilakukan bagi setiap pria muslim, namun dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

"Kami melaksanakan shalat Jum'at berjamaah, alasan yang pertama karena bahwa ibadah sholat Jum'at itu merupakan suatu ibadah wajib, alasan yang keduanya dengan tetap mengikuti protokol kesehatan dalam arti didalam masjid kita duduknya tidak berdekatan yaitu menjaga jarak, memakai masker, masuk masjid di cek suhu dan memakai hands sanitizer. Karena menerapkan protokol tadi, insyaallah kita optimis bahwa jama'ah di sini kondusif, sehat dan kita bisa melaksanakan shalat Jum'at bersama-sama, dan kebetulan jama'ah di sini masih dalam satu lingkungan dan bisa diketahui bahwa yang shalat Jum'at masih bisa dikategorikan tidak mungkin terpapar oleh virus, dan syarat bagi yang ingin sholat di sini pertama dicek suhu harus sehat dan mengikuti protokol kesehatan yang diterapkan di masjid," katanya.

Dalam ceramahnya, ustadz Andi mengungkapkan bahwa kehidupan di alam dunia ini menjadi penentuan akan keselamatan atau kecelakaan yang akan kita dapatkan, dan itu semua kita yang memilih.

"Ketika kehidupan di dunia kita isi dengan kebaikan-kebaikan, maka insyaallah di alam berikutnya kita akan diberi kelancaran, kita akan diberi kemudahan yang nantinya Allah akan memberikan kebahagiaan yang hakiki kepada kita semua sebagaimana yang Ia janjikan kepada kita. Maka tentulah apa yang kita lakukan di alam dunia ini, selama kita hidup di alam dunia ini, itu menjadi penentuan akan keselamatan ataupun kecelakaan kita dan itu semua kita yang memilih apakah kita akan termasuk orang yang selamat atau apakah kita akan termasuk orang yang celaka," katanya.

Ustad muda dari Ciganitri ini pun menjelaskan bahwa orang Islam zaman dulu yang sengsara bisa menjadi sejahtera, namun orang Islam zaman sekarang justru sebaliknya. Bukan agamanya yang salah, tapi bisa jadi orang di dalamnya tidak sepenuhnya taat kepada ajaran agama Islam.

"Pada zaman dahulu orang-orang yang sengsara, orang-orang yang tidak sejahtera setelah mengenal islam, orang-orang tersebut menjadi orang-orang yang sejahtera, bahagia. Tapi kenapa saat ini orang yang menganut agama islam justru sebaliknya. Maka di sinilah yang perlu kita pahami, bukan berarti Islam itu agama yang salah, bukan berarti Islam itu agama yang kuno, bukan berarti Islam itu agama yang cacat, tapi bisa jadi orang-orang yang didalamnya yang tidak sepenuhnya taat kepada ajaran agama islam. " ujarnya.

Ustad Andi juga berkata bahwa jika ingin menjadi umat yang selamat, harus berpegang teguh pada Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan cara memahami dan mengamalkannya.

"Ketika kita berharap menjadi umat yang selamat, yang menjadi tugas kita tiada lain berpegang teguh pada-Nya, berpegang teguh pada apa yang rasul wariskan kepada kita yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah, berpegang teguh pada segala sesuatu yang kuat. Bukannya kita berpegang teguh kepada sesuatu yang lemah, yang bukan diwariskan oleh rasul yang bisa jadi memberi kecelakaan pada kita. Maka di sini membaca Al-Quran dan As-Sunnah merupakan tahapan awal agar kita bisa memahami dan berpegang teguh dengan Al-Quran dan As-Sunnah, kemudian kita juga harus mengamalkan apa yang ada di dalamnya," katanya.

Selain itu, khatib shalat Jum'at menjelaskan bahwa kita harus menyisihkan waktu kita untuk membaca apa yang menjadi pedoman kita walaupun hanya sebentar.

"Mudah-mudahan dengan adanya tausiah singkat ini bisa menjadi motivasi untuk kita semua agar senantiasa berikhtiar memanfaatkan sisa waktu kita untuk menyisihkan waktu kita untuk setidaknya membaca apa yang menjadi pedoman kita, meskipun kita melakukan itu hanya semampu kita sesuai dengan kesibukan kita. Karena kesibukan yang kita miliki, tanggung jawab yang begitu banyak yang kita miliki, itu bukan alasan untuk kita tidak membaca al-quran," tutupnya.

(Reporter: Mayang Sri Pertiwi, KPI/3B)

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023