Mahasiswa Harus Kritis Jangan Anarkis


Oleh: Sahrul Adimiharja

Mahasiswa sebagai kaum intelektual seharusnya menunjukkan sikap kritis dan peka terhadap kepentingan bangsa . Semua itu dibuktikan dengan cara-cara yang bijak, intelek, dan juga elegan. Dalam mengkritisi setiap permasalahan atau kebijakan, mahasiswa harus memegang teguh prinsip etis (sesuai norma), analitis (mengadakan analisa sehingga mempunyai data yang kuat dan akurat mengenai sesuatu masalah) dan solutif (mempunyai solusi terhadap masalah yang sedang dihadapi).

Perlu dipahami bahwa sikap kritis tidak selalu identik dengan aksi dan demonstrasi turun ke jalan secara besar-besaran memprotes setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Meskipun menurut sebagian orang, demonstrasi merupakan salah satu bentuk aksi dari sikap kritis, peka, dan peduli terhadap kondisi masyarakat yang sedang terjadi seperti saat ini.

Namun, fakta di lapangan membuktikan dan memperlihatkan bahwa mahasiswa Indonesia hanya bisa berteriak di jalanan. Mereka hanya bisa menyuarakan keadilan dan anti terhadap penindasan tanpa tahu dan memahami betul substansi permasalahan yang sebenarnya sedang terjadi dan yang sedang diperjuangkan serta yang sedang dibela habis-habisan. Hal inilah yang membuat mindset masyarakat tentang demonstrasi mahasiswa cenderung negatif, karena selalu berujung pada perusakan, bentrokan, kekerasan dan menjadi tindakan anarkis.

Rasulullah SAW pernah berpesan kepada umat manusia: "Barang siapa yang hendak menasihati pemerintah dengan suatu perkara, maka janganlah ia tampakkan di khalayak ramai. Akan tetapi, hendaklah ia mengambil tangan penguasa (raja) dengan empat mata. Jika ia menerima, maka itu (yang diinginkan) dan kalau tidak, maka sungguh ia telah menyampaikan nasihat kepadanya. Dosa bagi dia dan pahala baginya (orang yang menasihati)." (HR. Imam Ahmad).

Oleh karena itu, para mahasiswa yang hendak menasihati (mengkritisi) setiap kebijakan pemerintah, hendaklah dilakukan dengan cara-cara yang baik dan bijak. Hindari hal-hal yang dapat menyebabkan bentrokan fisik antara masyarakat dengan aparat pemerintah. Yang mana pada akhirnya semua itu mengakibatkan kerugian bagi kedua belah pihak. Dengan begitu, hasil mengkritisi berbuah menjadi solusi terbaik dan bermanfaat serta tidak menimbulkan madharat bagi semua pihak. Ingat! Karena kritis tak harus anarkis.

Mahasiswa KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023