Lingkungan Tercemar, Siapa Yang Rugi?

Oleh: Arina Marjany

Memasuki bulan Oktober akhir, khususnya kota Bandung terus menerus diguyur hujan. Bagi sebagian orang, hujan sendiri merupakan berkah atau pemberian dari Allah SWT yang patut disyukuri. Namun, bagi sebagian lagi menganggap bahwa adanya hujan merupakan bencana. Mengapa ada yang berpikir turunnya hujan menjadi sebuah bencana? Tidak heran lagi, mereka yang memiliki pemikiran seperti itu beranggapan apabila hujan terus menerus mengguyur akan menyebabkan banjir, longsor, ataupun pohon tumbang yang bisa saja tiba-tiba terjadi.

Banjir identik dengan hujan begitupula sebaliknya. Karena memang demikian. Buktinya masyarakat yang tinggal dekat dengan sungai atau tempat rawan akan banjir, apabila hujan mengguyur terus menerus akan menimbulkan kewaspadaan tersendiri. Terutama ketika aliran air telah melebihi kapasitas saluran air. Dengan begitu, siapa yang bertanggung jawab atas ini? Apakah hujan atau mungkin manusia sendiri?

Melihat banyaknya sampah menumpuk dipinggir sungai, jalan, dan tempat umum lainnya terutama saluran air yang mestinya menjadi tempat untuk air mengalir mirisnya hanya dipenuhi oleh sampah masyarakat. Tidak sadarkah bahwa mungkin manusia sendiri yang menjadi penyebabnya. Masyarakat sendiri yang mengeluh, namun mereka sendiri tidak mencintai lingkungannya. Misalnya dengan membuang sampah sembarangan, membuang limbah ke sungai, dan tidak menggunakan selokan untuk air mengalir namun dijadikan pembuangan sampah.

Jikalau perlu direnungi, bukan hujanlah yang menyebabkan semua ini. Karena hujan tidak akan semena-mena membuat masalah tanpa alasan dan sebab yang jelas. Kita tahu pula bahwa dari jutaan rezeki yang telah Allah SWT berikan kepada hamba-Nya, hujan merupakan salah satunya. Dengan demikian, sebagai makhluk hidup yang memiliki peran besar terhadap Bumi yang ditinggali, tanamkan hidup disiplin dan mencintai lingkungan. Sebab jika tidak, kita sendiri yang akan mengalami kerugian.

Arina Marjany, Mahasiswa KPI UIN Bandung

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023