Kebebasan adalah kutukan

Oleh: Sabila Fadhilah

Manusia yang dianggap memiliki akal dan dapat menentukan pilihan dan kebebasannya sendiri sebetulnya tidak sepenuhnya bebas. Karena dari awal manusia tidak mampu memilih, seperti memilih untuk dilahirkan atau memilih untuk menjadi laki-laki atau perempuan. Maka dari awal dilemparkannya manusia ke bumi, manusia kehilangan keontetikan dirinya sendiri dan secara tidak sadar kita ini bukan bebas tetapi hanya menjalankan sesuatu yang telah ditakdirkan.

Manusia sendiri pada dasarnya bukanlah bebas, tetapi hanya sedang mencari esensi. Ini dapat dianalogikan dengan perbedaan barang dan manusia. Ketika barang diciptakan, esensinya sudah ada dari sebelum keberadannya, sedangkan manusia tidak seperti itu.  seperti sebuah 'tas' yang diciptakan karena sebelumnya sudah ada esensinya sebagai alat bantu manusia dalam membawa barang, sedangkan manusia diciptakan dahulu tanpa ada esensi yang jelas sebelumnya.

Dalam proses mencari esensi itu manusia seringkali dihadapkan pilihan dan cobaan. Karenanya manusia harus bertanggung jawab atas sesuatu yang dia sendiri memiliki keterbatasan atas hal itu. Jadi kebebasan manusia atas dirinya itu justru menjadi sebuah kutukan yang tidak bisa dihindarinya.

Sebagian manusia seringkali tidak sadar bahwa sebetulnya dia tidak punya kebebasan dan merasa dirinya dan hidupnya sudah diatur. Tetapi, Jean-Paul Sartre telah menyadarkan kita bahwa manusia memiliki kebebasan. Yang menjadi perhatian adalah  ternyata dari kebebasan itulah lahir tanggung jawab dimana manusia memiliki keterbatasan atas hal itu.

Seperti dalam kebebasan memilih jalan hidup yang sesuai dengan aturan-aturan agama yang berlaku. Ketika ia melakukan hal yang tidak sesuai dengan aturan tersebut, pasti ia akan menerima konsekuensinya kelak. Padahal, ia hanya menjalankan kebebasan atas dirinya tetapi harus memenuhi tanggung jawab dari keterbatasan dirinya sendiri.

Mahasiswi KPI UIN SGD Bandung

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023