Beraksi Tapi Tak Berisi

Oleh: Zahra Amalia Putri

Aksi seringkali disandingkan dengan demonstrasi. Keduanya memiliki pengertian yang sama, yaitu Tindakan atau gerakan. Pada dasarnya, kata aksi bermakna netral dan lebih luas dibandingkan kata demonstrasi sebab aksi tidak selalu tindakan menuntut, namun bisa juga berbentuk dukungan. Seiring dengan perkembangan teknologi, saat ini masyarakat menjadi lebih mudah dalam menyampaikan aspirasi karena adanya internet dan media sosial sebagai wadahnya.

Terlepas dari sisi positif perkembangan teknologi, menyampaikan aspirasi di media sosial tidak selalu berakhir baik. Oknum-oknum yang memanfaatkan teknologi sebagai wadah provokasi dan penyebaran berita bohong, masih seringkali terjadi. Keadaan menjadi lebih memprihatinkan karena masyarakat cenderung percaya tanpa memahami substansi terlebih dahulu. Kemudian, masyarakat yang terbawa emosi akan menyampaikan aspirasinya dengan tergesa-gesa. Hal ini membuktikan rendahnya kesadaran masyarakat untuk literasi.

UNESCO menyebutkan Indonesia urutan kedua dari bawah tentang literasi dunia. Minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Pada Maret 2016 lalu, riset berbeda dari Central Connecticut State University, menyatakan Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Sebaliknya, meskipun minat baca masyarakat rendah, Indonesia merupakan negara dengan pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika. Menurut lembaga riset digital marketing Emarketer pada 2018 memperkirakan jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang.

Tidak heran jika masyarakat Indonesia lebih aktif dan menyampaikan opini serta aspirasi di media sosial. Budaya literasi yang rendah, tapi bertindak seolah-olah menyampaikan aspirasi. Hal ini yang membuat Indonesia mudah dijadikan sasaran provokasi dan berita bohong. Padahal itu hanyalah informasi dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat dipastikan kebenarannya.

Oleh karena itu, pentingnya memahami substansi sebelum menyampaikan aspirasi. Jangan sampai kecepatan jari-jari kita dalam mengetik mengalahkan kecepatan otak dalam berpikir. Jika hal ini dibiarkan begitu saja, tidak hanya pemahaman kita yang tidak akan berkembang, tetapi kata-kata yang kita kira sebagai bentuk aspirasi malah akan memecah belah NKRI.

Mahasiswa KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023