Tidak Jauh Beda Parlemen yang Baru dan Lama

oleh: Awla Rajul

Pepatah 'Rusak diperbaiki, bukan diganti' adalah pepatah yang belum saatnya dikeluarkan. Pasalnya, anggota Parlemen yang terdiri dari DPR, MPR, dan DPD baru saja dilantik. Anggota baru parlemen baru saja diambil sumpahnya per tanggal satu oktober yang lalu. Seharusnya ini menjadi angin segar, yang menunjukkan bagaimana wajah Indonesia lima tahun kedepan di tangan para Wakil Rakyat yang dipilih secara sukarela oleh rakyat. 

Namun, bukan malah memberikan kepercayaan kepada rakyat, anggota Parlemen sudah menyayat hati rakyat bahkan di hari pertama setelah mereka dilantik. Hampir setengah anggota DPR dan MPR tidak hadir saat sidang paripurna. Bahkan tersebar sebuah foto seorang anggota DPR dari fraksi Partai NasDem tidur saat sidang berlangsung. 

Saya mulai membayangkan, sepertinya kehadiran anggota parlemen di sidang sudah seperti mahasiswa hadir di ruang kuliah saja. Beberapa dosen ada yang lebih memilih mengizinkan mahasiswanya tidur di kelas, alih-alih tidak hadir sama sekali. Mungkin hal yang sama terjadi di Gedung MPR/DPR. Namun, ada harga yang harus dibayar oleh mahasiswa ketika ia tidur di dalam kelas. Tidak paham yang dipelajari, kurangnya kepercayaan dosen, bisa jadi nilai menjadi ancaman. 

Hal yang sama juga berlaku bagi wakil rakyat yang duduk di kursi parlemen. Jika diibaratkan orangtua dan anak, DPR, MPR, dan DPD adalah anak dan seluruh rakyat adalah orangtua. Semua orangtua mengharapkan keberhasilan dari anaknya dan mampu menggapai harapan dari orangtua. Disini, anggota parlemen harus mampu membanggakan rakyat yang sudah rela memilihnya untuk mewakilkan diri menyampaikan aspirasi rakyat. Saya kurang mengetahui apakah berlakunya system reward and punishment bagi anggota parlemen yang tidak hadir atau tidur. Namun, hal tersebut layak diberikan.

Namun, wakil rakyat lebih memilih untuk menghilangkan rasa kepercayaan rakyat terhadap mereka dengan tidak hadirnya mereka di sidang, atau kelakuan-kelakuan buruk lainnya. Anggota parlemen diberikan fasilitas yang bahkan lebih dari cukup. Rumah, kendaraan mobil, gaji dan tunjangan, serta gaji pensiun menjadi fasilitas yang barang pasti sudah didapatkan. Fasilitas tersebut diberikan untuk mengoptimalkan kerja para anggota dewan. Disini, kita diberikan sedikit sebuah kemungkinan, bahwa periode ini tidak akan jauh berbeda dengan periode sebelumnya.

Meningkatnya jumlah perempuan di kursi parlemen juga menjadi salah satu sorotan. Periode ini meningkat sebesar 21 persen, yaitu perempuan berjumlah 117 orang. Seharusnya bertambahnya wanita di dalam parlemen menjadi lebih vocal dalam menyuarakan hal-hal yang berkaitan dengan perempuan dan kesetaraan gender, seperti dalam bahasan RUU-PKS dan RKUHP. Dalam periode yang lalu, dirasa kurang vocal anggota perempuan malah terkesan bersembunyi. Dengan bertambahnya jumlah, seharunya menjadi sebuah langkah yang mendukung suara-suara perempuan lebih di dengarkan. Bahkan, Puan Maharani menjadi ketua DPR seharusnya hal tersebut menjadi lebih mungkin, bukan?  

Mahasiswa KPI UIN SGD Bandung 

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023