Resiko Decision Fatigue

Oleh: Darto


Semua orang mungkin akan diselimuti euforia yang sama saat memasuki suatu babak awal, terlebih lagi perkuliahan. Semangat banget! Sayangnya, terkadang semangat tinggi menghadirkan begitu banyak dilema.

Memiliki banyak opsi mungkin terdengar memudahkan seseorang, akan tetapi nyatanya tidak selalu diiringi dampak positif. Benar, salah satu yang akan saya bahas kali ini ada decision fatigue yang menanti, yaitu sebutan lain dari kondisi seseorang yang mengalami kelelahan mental akibat terlalu banyak pilihan.

James Clear mengatakan bahwa energi seseorang dalam menentukan pilihan dalam menentukan pilihan disebut willpower. Baginya, willpower ini seperti otot yang dapat mengalami kelelahan ketika terus menerus dipakai. Kita melihat banyak opsi dan melahirkan keraguan dan rasa penasaran, sehingga menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk memutuskan.

Lalu, bagaimana ciri-ciri fatigue? Diantaranya, saat dalam keadaan santai, tangan dan kaki dingin, tidur tidak membuat lelah hilang, susah konsentrasi, hilang keinginan interaksi dengan orang lain, mood swing, nafas berat, serta hilang minat buat ngelakuin hobi. Hal tersebut menandakan bahwa kita sedang kelelahan secara psikis, apa yang dapat kita lakukan. Diantaranya,

1.             Katakan "shtt" pada otakmu jika dia kelewat berisik dalam mengkhawatirkan sesuatu, jika rasa khawatir itu justru membuat kita dikendalikan oleh pemikiran negatif, maka lebih baik tenangkan otak dari rasa khawatir tersebut. Jangan sampai kita dibuat berkemelut dalam kebingungan memilih sesuatu.

2.             Cari informasi yang membantu kita memilih, informasi yang tepat akan mendukung pengambilan keputusan yang bijak.

3.             Dahulukan prioritas, dengan mengalokasikan willpower pada hal-hal yang penting, kita sudah mengoptimalkan penggunaannya. Karena, kita tidak harus menghabiskan tenaga untuk memilih hal-hal kecil lalu kelelahan ketika dihadapkan hal-hal penting.

4.             Buat perencaan kecil di malam hari, ketika pagi hari, kebanyakan dari kita dihadapkan pada waktu yang sempit dan genting. Di saat-saat mendesak seperti ini kadang hal kecil terasa sangat beresiko karena kesulitan berpikir jernih. Padahal jika dipikirkan di malam hari, ketika waktu yang tersedia lebih senggang, kitak akan menemukan persepsi yang lebih sehat atas apa yang ingin kita ambil.

Jaga kesehatan mental kita sebaik kita menjaga kesehatan fisik. Karena menjaga diri agar tetap baik-baik saja adalah wujud syukur kita pada Yang Maha Kuasa.


Darto, Mahasiswa UIN SGD Bandung.

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023