Pembunuh Tak Kasat Mata

Nama : Intan Aulia Pebrianti

Desakan kabut asap semakin meresahkan masyarakat didaerah Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Jambi. Terjadi krisis udara ini disebabkan oleh terbakarnya lahan diberbagai penjuru daearah di indonesia bagian tengah. Berdasarkan dari penelusuran lahan terbakat bukan hanya disebabkan oleh musim kemarau yang panjang tetapi adanya oknum dengan motif untuk membuka lahan baru.
Land clearing adalah hal yang dilakukan oleh okmun pembakaran lahan gambut agar mudah dan murah dengan memanfaatkan muslim kemarau. Kapolri Jendral (Pol) Tito Karvian meminta kepada anggota satuan petugas (satgas) karhutla agar lebih soliddalam menangani masalah ini. Ia menegaskan akan memberlakukan sistem pemberian penghargaan dan hukuman (reward and punishment) kepada anggotanya. Tito memantau lokasi karhutla di Riau, Sumatera Selatan bersama Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kepala BNPB Doni Monardo.
Kebakaran Hutan dan lahan (Karhutla) banyak memakan korban baik dari balita, anak-anak hingga orang dewasa. Di Kalimantan Selatan kabut asap kian mengganggu pernapasan sehingga menimbulkan berbagai penyakit seperti infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), iritasi kulit, iritasi mata, dan sebaginya. Beberapa sekolah di Pontianak pun melibur siswa dan siswinya dari tinggkat Paud hingga SMP sampai waktu yang belum ditentukan. Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Sidiq Handanu mengatkan pihaknya sudah menyediakan tujuh unit rumah oksigen sebagai antisipasi dampak warga yang terpapar kabut asap yang kian pekat menyelimuti Kota itu.
Kepala Dinas Kesehatan Riau, Yohanes, mengatakan sejak akhir Agustus lalu Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di wilayahnya turun-naik di angka 400 atau termasuk kategori berbahaya. Setidaknya 11.654 pasien sudah datang ke puskesmas di seluruh kabupaten dan kota mengaduh mengenai gejala infeksi saluran pernapasan atas atau ISPA. Dengan itu pihaknya membagikan setidaknya satu juta masker hijau ke masyarakat atas anggaran dari pemerintah.
Karhutla di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan pula telah menjadi pembutuh tak kasat mata kepada seorang bayi malang berusia 4 bulan karena terpapar kabut asap. Bayi malang ini menghembuskan napas terakhirnya pada Minggu 15 September 2019. Oknum dari Karhutla haruslah diberikan jera karena telah menjadi sebab sebgain dari masyarakat Indonesia di bagian tengah menjadi korban hingga nyawa menjadi pertaruhan.Pembunuh Tak Kasat Mata
Desakan kabut asap semakin meresahkan masyarakat didaerah Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Jambi. Terjadi krisis udara ini disebabkan oleh terbakarnya lahan diberbagai penjuru daearah di indonesia bagian tengah. Berdasarkan dari penelusuran lahan terbakat bukan hanya disebabkan oleh musim kemarau yang panjang tetapi adanya oknum dengan motif untuk membuka lahan baru.
Land clearing adalah hal yang dilakukan oleh okmun pembakaran lahan gambut agar mudah dan murah dengan memanfaatkan muslim kemarau. Kapolri Jendral (Pol) Tito Karvian meminta kepada anggota satuan petugas (satgas) karhutla agar lebih soliddalam menangani masalah ini. Ia menegaskan akan memberlakukan sistem pemberian penghargaan dan hukuman (reward and punishment) kepada anggotanya. Tito memantau lokasi karhutla di Riau, Sumatera Selatan bersama Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kepala BNPB Doni Monardo.
Kebakaran Hutan dan lahan (Karhutla) banyak memakan korban baik dari balita, anak-anak hingga orang dewasa. Di Kalimantan Selatan kabut asap kian mengganggu pernapasan sehingga menimbulkan berbagai penyakit seperti infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), iritasi kulit, iritasi mata, dan sebaginya. Beberapa sekolah di Pontianak pun melibur siswa dan siswinya dari tinggkat Paud hingga SMP sampai waktu yang belum ditentukan. Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Sidiq Handanu mengatkan pihaknya sudah menyediakan tujuh unit rumah oksigen sebagai antisipasi dampak warga yang terpapar kabut asap yang kian pekat menyelimuti Kota itu.
Kepala Dinas Kesehatan Riau, Yohanes, mengatakan sejak akhir Agustus lalu Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di wilayahnya turun-naik di angka 400 atau termasuk kategori berbahaya. Setidaknya 11.654 pasien sudah datang ke puskesmas di seluruh kabupaten dan kota mengaduh mengenai gejala infeksi saluran pernapasan atas atau ISPA. Dengan itu pihaknya membagikan setidaknya satu juta masker hijau ke masyarakat atas anggaran dari pemerintah.
Karhutla di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan pula telah menjadi pembutuh tak kasat mata kepada seorang bayi malang berusia 4 bulan karena terpapar kabut asap. Bayi malang ini menghembuskan napas terakhirnya pada Minggu 15 September 2019. Oknum dari Karhutla haruslah diberikan jera karena telah menjadi sebab sebgain dari masyarakat Indonesia di bagian tengah menjadi korban hingga nyawa menjadi pertaruhan.

Intan Aulia Pebrianti
Mahasiswi UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023