Paru-Paru Dunia Produksi Kabut Asap

Seperti yang sudah kita semua ketahui, kebakaran hutan di Indonesia semakin parah di Indonesia. Kebakaran hutan kembali terjadi berulang-ulang bahkan semakin luas wilayah pembakarannya.

Tidak hanya orang dewasa yang terganggu dan resah karena dampak dari pembakaran hutan, anak balita dan bayi pun terkena dampaknya. Bahkan, hewan yang pada dasarnya berhabitat di hutan pun ikut terkena imbasnya. Hewan-hewan tersebut kehilangan sebagian besar tempat tinggalnya. Tempat dimana ia hidup, tumbuh dan mencari makan. Kemanakah jiwa keperimanusiaan para pelaku pembakaran hutan? Apakah harus "mematikan" ekosistem hutan hanya untuk merauk banyak uang?

Mahasiswa diseluruh penjuru negeri sudah melakukan berbagai macam tindakan dalam menghadapi permasalahan kebakaran hutan ini. Tapi pemerintah terkesan lamban dalam menangani kasus ini. Seharusnya jangan hanya pelaku pembakaran saja yang cepat ditangkap, tetapi sang penyedia "dana" juga harus segera ditangkap. Mereka harus di hukum yang setimpal dengan perbuatannya.

Indonesi dikenal dengan paru-paru dunia. Lalu jika sebagian besar lahan hijaunya dibakar hanya untuk kepentingan komersial, dimana letaknya paru-paru dunia yang diketahui bagian dari negara Indonesia? 110 hektare lahan hutan, yang merupakan paru-paru dunia sekaligus habitat hewan telah rusak karena perilaku sebagian kelompok yang egois. Mungkin jika terus dibiarkan, mereka akan merusak lebih banyak lahan di hutan.

Asap yang ditimbulkan dari pembakaran hutan itu pun mengganggu aktifitas masyarakat. Pandangan mereka terhalang oleh kabut asap. Bukan hanya Indonesia yang mendapatkan imbas dari kabut asap, luar negeri pun kena imbas dari pembakaran hutan yang sangat besar. Bahkan yang lebih parah, tidak sedikit orang yang mengalami kecelakan tunggal akibat tipisnya jarak pandang mereka terhadap keadaan sekitar.


Farida Fawwaz
Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati
Bandung, Jawa Barat

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023