Kemarau Lama, Kekeringan Melanda

Oleh : Idan Sumarna

Idan Sumarna
Mahasiswa KPI Sunan Gunung Djati BandungHampir di semua daerah di Indonesia khususnya, Saat ini sedang mengalami musim kemarau yang begitu panjang. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi terjadinya kemarau di Indonesia tersebut. Diantaranya adalah karena letak geografis Indonesia yang berada di garis tengah khatulistiwa yang karena posisi geografis inilah indonesia memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Dan dampak dari kemarau panjang yang sudah berlangsung lama terjadi tersebut telah membawa banyak sekali penderitaan

Salahsatu dampak yang paling signifikan dirasakannya adalah kekeringan. Karena musim kemarau panjang memiliki korelasi yang amat sangat erat dengan kekeringan. Padahal idealnya kemarau tidak harus serta merta menjadikan kekeringan bila keseimbangan ekosistemnya terjaga. Namun yang kerap kita lihat dan dengar, berita tentang penebangan pohon yang tidak beraturan, perusakan lahan-lajan hijau, dan tak ketinggalan membuang sampah sembarangan seperti telah menjadi budaya di tanah air tercinta.  Dan karena tingkah-tingkah pongkah oknum manusia tersebut justru menjadi bumerang bagi dirinya sendiri dan bahkan bagi terasa pula dampak buruknya bagi orang lain.

Khusus membuang sampah sembarangan, sepertinya saat ini sudah bukanlah menjadi sesuatu yang tabu lagi. Dari mulai anak kecil, Remaja, Orangtua dan bahkan yang sduah lanjut usia pun sudah sedikit sekali dengan yang peduli dengan hal tersebut. Padahal membuang sampah sembarangan, apalagi sampah plastik, itu adalah hal terbesar penyebab terjadinya kekeringan. Kita bisa bayangkan bahwa plastik mampu terurai secara alami membutuhkan proses 350 sampai 500 tahun.  Dan kalau sudah seperti itu bahkan tidak menutup kemungkinan, bukan hanya dampak kerkingan yang akan terjadi, namun juga saat musim kemarau air tidak teresap bumi, karena pori-pori bumi terhalangi oleh sampah plastik yang telah terkubur lama dan tidak terurai.

Lebih jauh kebiasaan masyarakat ada yang masih membuang sampah di belakang rumah dengan menggali tanah, masyarakat sama sekali tidak memilah sampah organik dan non organik seperti plastik dan sampah yang tidak mampu diolah oleh tanah. Peraturan Presiden nomor 18 tahun 2018 tentang pengelolaan sampah nyatanya tidak dijadikan acuan dan bahkan tidak digubrius oleh sebagian besar masayarakat. Begitupun kita melihat bahwa program daur ulang sampah masih hanya sebatas seremonial saja dan aplikasinya di masyarakat masih begitu lemah.

Lain daripada itu, kerusakan lingkungan bukan terjadi karena faktor individu ataupun kelompok saja, namun juga bisa terjadi karena faktor kebijakan pemerintah. Karena perlu diingat juga sampah tidak datang dari rumah tangga ataupun industri saja, namun juga dari impor sampah yang berasal dari luar negeri yang lagi ramai dibahas sekarang ini.

Kerusakan lingkungan hidup dan ketidak seimbangan ekosistem saat ini sudah sampai stadium akhir, Maka sudah semestinya kita bergerak bersama untuk menjaga dan menjaga untuk bersama dalam memperbaiki lingkungan hidup dan keseimbangan ekosistem yang sudah rusak tersebut.  

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023