Karhutla Yang Tak Sesuai Ekspektasi

Karhutla yang Tak Sesuai Ekspektasi
Oleh : Kintan Safira Meidiza Putri

Beberapa hari yang lalu, Riau kembali dikejutkan oleh terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Sudah 30.065 hektare hutan dan lahan di Riau berubah menjadi abu selama tahun 2019. Angka ini dicatat Direktorat Jenderal Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Kebakaran ini, terjadi dengan sengaja. Bukan karena kemarau yang terjadi, namun dengan dibakar nya hutan tersebut secara sengaja. Tentunya mereka berhasil sebelum mereka terkuak menjadi tersangka, mereka menjadikan kemaraulah yang jadi penyebabnya. Jajaran Polda Riau sudah menetapkan 52 tersangka perorangan dan 1 tersangka korporasi," kata Kabid Humas Polda Riau Kombes Sunarto.

Kejadian ini menyebabkan dampak yang begitu besar terhadap flora dan fauna yang hidup di hutan tersebut. Termasuk manusia yang hidup dekat di daerah tersebut. Kabut asap ini menyebabkan kualitas udara sangat tidak sehat hingga berbahaya. Mengakibatkan ribuan warga di Riau terserang penyakit, seperti batuk, sesak napas, pusing, iritasi mata, dan muntah-muntah begitu juga dengan ditutupnya sekolah-sekolah. Kebakaran inipun sampai ke Malaysia dan Singapura, sehingga mengganggu segala aktivitas di negara tersebut.

Namun baru-baru ini, kabut asap di Riau, sudah tidak terlalu parah. Karena pada hari Jum'at kemarin telah terjadi nya hujan. Sehingga, asapnya sudah reda, dan langit sudah kelihatan membiru. Hujan tersebut merupakan hasil operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang dilakukan oleh Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) BPPT yang bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) serta Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). TMC berupa penyemaian garam atau Natrium Klorida (NaCl) TMC berupa penyemaian garam atau Natrium Klorida (NaCl).

Hingga saat ini, BPPT bekerjasama dengan BNPB dan BMKG terus mengoptimalkan operasi TMC yang tidak hanya mencakup Provinsi Riau saja, namun juga beberapa wilayah terdampak karhutla lainnya di tanah air, seperti sejumlah provinsi di Kalimantan.

Semoga kejadian seperti ini tidak terjadi lagi, dan menyadarkan kepada semua lapisan masyarakat. Karena hal tersebut sangatlah merugikan berbagai pihak, termasuk flora dan fauna yang terdapat didalamnya, alam itu seharusnya untuk dilestarikan bukan dipadamkan begitu saja. Keegoisan seharusnya tidak terjadi, karena itu bukan solusi yang baik. Pada akhirnya bukan malah menguntungkan namun merugikannya.

Kintan Safira Meidiza Putri

Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Uin Sunan Gunung Djati Bandung

Purwakarta, Jawa Barat

082124524630 / kintansafira98@gmail.com

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023