Hari Tanpa Hujan (HTH) : Kemarau Sebagai Pemicu Kekeringan

Oleh : (Ani Yulistiani)

"Setahun sudah tak turun hujan, bumi kering menangis retak, tiada daun walau sepucuk, tiada air walau setetes, panas terik sang matahari, bagai akan membakar bumi, begitulah bumi yang kering, menanti hujan menyirami".

Ungkapan tersebut merupakan salahsatu kutipan lagu Raja dangdut ternama yakni Bang Haji Roma Irama, yang dari jauh- jauh hari telah menggambarkan keadaan Negeri Indonesia yang tengah mengalami kekeringan akibat dari kemarau panjang.
Kemarau panjang yang melanda Negeri ini seakan membuat masyarakat patah semangat, karena air yang menjadi sumber kehidupan utama dimuka bumi ini sangat sulit untuk didapatkan. Bagaimana tidak, banyak masyarakat yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih hingga mereka harus rela mengantri untuk mendapatkan pasokan air bersih yang tidak seberapa. Bahkan, yang paling menyedihkan yaitu banyak masyarakat yang sampai rela menggunakan air kotor demi memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari seperti mandi, mencuci sampai memasak sekalipun. 

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan bahwa musim kemarau disejumlah wilayah Indonesia masih akan terjadi hingga November 2019. Dan sebagian besar terjadi di daerah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara dengan kriteria panjang hingga ekstrem. 
Kemarau panjang juga menimbulkan dampak negative bagi para petani, sebab banyak sekali petani yang harus gagal panen karena ladang yang mereka tanami kekurangan air hingga mengalami kekeringan yang berakibat pada rusaknya tanaman

Selain itu, akibat dari adanya kemarau panjang ini juga menimbulkan polusi udara semakin meningkat dan menjadi tidak terkontrol, terlebih banyak asap yang ditimbulkan dari berbagai macam kendaraan juga asap yang berasal dari pabrik – pabrik sekitar yang semakin membuat udara menjadi berpolusi.

Sejauh ini, usaha yang dilakukan oleh Pemerintah dalam mengatasi kekeringan, belum bisa dikatakan maksimal, terlebih pasokan air yang disediakan oleh pemerintah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat sehari – hari. 

Pembuatan sumur dangkal (bor) sedalam 60 Meter digadang- gadang mampu menjadi sarana untuk mengatasi adanya kekeringan ini.  Sebab, dalam proses pembuatannya sumur dangkal (bor) ini bisa dibuat ditanah kering sekalipun. 
Hal yang harus diwaspadai bahwa kemarau ini seringkali juga menjadi jalan untuk menyebarnya banyak penyakit, diantaranya yaitu penyakit paru- paru, infeksi saluran pernafasan, dehidrasi, sakit mata hingga meningkatnya penyebaran agen penyakit lainnya. Maka dari itu, pintar- pintarlah untuk menjaga kondisi kesehatan mulai dari mengatur pola makan yang baik, tidur yang cukup, banyak minum hingga menggunakan masker saat berada diluar ruangan. Mungkin upaya tersebut akan sedikit mengurangi dampak buruk kemarau bagi kesehatan kita. 

Penulis, Mahasiswi UIN SGD Bandung

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023