Oleh: Mohamad Ekky Rizki Dwi Putra
Demonstrasi yang galakkan oleh mahasiswa di berbagai daerah di Tanah Air terjadi secara terus-menerus beberapa hari ini. Termasuk aksi dengan kuantitas massa yang banyak yaitu di Jakarta tepatnya di depan gedung DPR pada 24 September 2019 sebagai puncaknya. Hal ini tak lain dan tak bukan atas kembalinya nalar kritis mahasiswa terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat kecil, baik dari buruh, petani, dan masyarakat yang dapat dikategorikan tingkat menengah kebawah lainnya.
Aksi turunnya mahasiswa kejalan ini menuai berbagai macam respon. Termasuk apresiasiyang diberikan dari berbagai pihak, hal ini dikarenakan bahwa dengan kembalinya mahasiswa untuk memperjuangkan hak-hak rakyat, dan ini sesuai dengan tri dharma perguruan tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat. Mahasiswa sebagai oposisi yang nyata memberikan keseimbangan bagi terciptanya suatu negara demokratis. Agar tidak ada elit- elit politik yang bisa seenaknya memanfaatkan kedudukan dengan memberikan kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat.
Dengan turunnya mahasiswa ke mahkamah jalanan, ini menjadi alarm bagi Pemerintah, khususnya dalam hal ini Presiden untuk mendengar jeritan-jeritan lubuk hati rakyatnya. Bukan malah membangun narasi-narasi negatif terhadap gerakan mahaasiswa ini. DPR pun "katanya" sebagai wakil dari rakyat harus bisa menyerap aspirasi-aspirasi yang disuarakan mahasiswa, karena suara mahasiswa adalah suara segenap rakyat. Dan DPR sebagai orang kepercayaan yang dipilih oleh rakyat harus memberikan apa yang terbaik bagi seluruh rakyat.
Semoga dengan adanya gerakan mahasiswa beberapa hari kemarin, membuat kita sadar akan pentingnya nalar-nalar kritis terhadap negara guna membuat Negara Indonesia semakin maju dan juga guna terealisasikannya butir sila ke-lima yaitu "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia".
Demonstrasi yang galakkan oleh mahasiswa di berbagai daerah di Tanah Air terjadi secara terus-menerus beberapa hari ini. Termasuk aksi dengan kuantitas massa yang banyak yaitu di Jakarta tepatnya di depan gedung DPR pada 24 September 2019 sebagai puncaknya. Hal ini tak lain dan tak bukan atas kembalinya nalar kritis mahasiswa terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat kecil, baik dari buruh, petani, dan masyarakat yang dapat dikategorikan tingkat menengah kebawah lainnya.
Aksi turunnya mahasiswa kejalan ini menuai berbagai macam respon. Termasuk apresiasiyang diberikan dari berbagai pihak, hal ini dikarenakan bahwa dengan kembalinya mahasiswa untuk memperjuangkan hak-hak rakyat, dan ini sesuai dengan tri dharma perguruan tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat. Mahasiswa sebagai oposisi yang nyata memberikan keseimbangan bagi terciptanya suatu negara demokratis. Agar tidak ada elit- elit politik yang bisa seenaknya memanfaatkan kedudukan dengan memberikan kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat.
Dengan turunnya mahasiswa ke mahkamah jalanan, ini menjadi alarm bagi Pemerintah, khususnya dalam hal ini Presiden untuk mendengar jeritan-jeritan lubuk hati rakyatnya. Bukan malah membangun narasi-narasi negatif terhadap gerakan mahaasiswa ini. DPR pun "katanya" sebagai wakil dari rakyat harus bisa menyerap aspirasi-aspirasi yang disuarakan mahasiswa, karena suara mahasiswa adalah suara segenap rakyat. Dan DPR sebagai orang kepercayaan yang dipilih oleh rakyat harus memberikan apa yang terbaik bagi seluruh rakyat.
Semoga dengan adanya gerakan mahasiswa beberapa hari kemarin, membuat kita sadar akan pentingnya nalar-nalar kritis terhadap negara guna membuat Negara Indonesia semakin maju dan juga guna terealisasikannya butir sila ke-lima yaitu "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia".
Mohamad Ekky Rizki Dwi Putra, Mahasiswa UIN SGD Bandung
Tidak ada komentar
Posting Komentar
Beri komentar secara sopan