Akankah Korupsi Jadi Tradisi?

Korupsi menjadi lumrah di kalangan elit politik negeri ini. Pemerintah daerah sampai pemerintah pusat tak luput dari kata korupsi. Bukan hal langka bagi kita ketika mendengar seorang pejabat tersangkut kasus korupsi. Akankah korupsi ini jadi tradisi?

Awalnya, elit-elit politik itu berlomba merayu rakyat agar bisa menduduki kursi di pemerintahan, tetapi setelah menjadi pejabat tak sedikit  dari mereka yang silau akan harta sehingga tidak lagi menjalankan amanahnya untuk menjamin kesejahteraan rakyat. Ia sibuk mencari peluang agar bisa melahap uang rakyat. Anggaran-anggaran untuk kepentingan rakyat sengaja diambil sesuka hatinya.

Ketamakanlah yang mendasari para koruptor itu tega mengkhianati rakyat. Mereka sengaja mengambil uang rakyat untuk memperkaya diri sendiri. Uang rakyat mereka gunakan untuk membeli kemewahan. Mereka berfoya-foya dengan uang negara, tak memikirkan sedikit pun tentang  kerugian yang menimpa pemerintah terutama rakyat.

Jika diperhitungkan uang negara yang habis dikorupsi mencapai triliunan rupiah, karena itu pemerintah terhambat untuk melakukan pembangunan. Dengan jumlah uang sebanyak itu pemerintah bisa membuat pelayanan terbaik bagi masyarakat dari berbagai bidang, mulai dari kesehatan, sarana umum sampai pendidikan sehingga tidak ada lagi sekolah kumuh dan tak layak pakai.

Korupsi akan tetap masif jika pemerintah masih memberikan peluang dan memanjakan para koruptor dengan hukuman yang tidak memberi efek jera. Bagaimana korupsi agar tidak jadi tradisi? Sebagai masyarakat kita tidak boleh apatis terhadap pemerintah, kita harus mendukung lembaga-lembaga pemberantas korupsi. Pemerintah harus mengawasi dengan ketat aliran dana sehingga tidak ada celah terjadinya korupsi. Para koruptor harus ditindak tegas, hukum dengan hukuman yang sepadan, beri denda sesuai besaran kerugian yang dialami negara.

Hilma Kahfi Mughni
Mahasiswi KPI Uin Sunan Gunung Djati Bandung

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023