Resensi : Tema-Tema Pokok Al-Quran

Identitas Buku :
Judul Buku : Tema-Tema Pokok Al-Qur'an
Pengarang Buku : Fazlur Rahman
Penerbit Buku : Mizan
Kota Penerbitan : Kota Bandung
Tahun Terbit : 2017
Ketebalan Buku : 254 halaman

Sinopsis Buku :
Buku ini berisikan tentang buah-buah dari pemikiran penulis yang secara umum, penulis ingin mengubah cara pandang muslim dalam menafsirkan ayat-ayat al-Quran. Karena kebanyakan dari mereka itu menafsirkan ayat-ayat al-Quran masih dipengaruhi oleh input-input lama yang mana dapat terlibat dengan adanya sudut pandang tertentu yang mereka rasakan. Hal ini termasuk dalam pengertian subjektivitas dimana penafsir memasukkan ideologinya ke dalam penafsirannya sendiri. Maka dari itu, dalam buku ini penulis mencoba merubah paradigm umat islam dalam bagaimana cara menafsirkan ayat-ayat al-Quran. Kemudian penulis juga menawarkan konsep yang membuat teks itu berbicara sendiri sehingga tidak terbenam dalam ideology tertentu. Tak hanya itu, penulis juga mensintesakan berbagai tema secara logis daripada kronologis. Tentu saja hal ini akan membuat pembaca semakin tertarik dan semakin penasaran untuk membaca buku ini dari bab per bab. Ditambah lagi buku ini dikarang dan ditulis oleh Fazlur Rahman yang mana karyanya tentang islam telah menjadi klasik karena dikerjakan dengan sangat metodelogis.

Mengenai isi buku, meskipun hanya tersedia delapan bab dalam buku ini namun pengkategorisasian ayat-ayat al-Quran menjadi tema-tema intinya dirasa hamper mencukupi kandungan al-Quran sepenuhnya. Penulisan dengan narasi yang mengalir begitu saja tanpa dibagikan kelompok melalui subbab-subbab memudahkan pembaca dalam memahaminya. Dalam kedelapan tema besar itu terdapat persoalan-persoalan kecil, yang sering ditanyakan atau juga diabaikan, dan persoalan-persoalan yang terkini dihadirkan. 
Dalam bab pertamanya yang berjudul Tuhan, Fazlur Rahman memfokuskan pada permasalahan tentang perlunya pemahaman akan adanya Tuhan, keesaan Tuhan, dan akibat-akibat langsung dari masalah tersebut yang bersumberkan al-Quran. Terkait dengan keesaan Tuhan dan sisi transenden-Nya, Fazlur menyatakan bahwa Tuhan itu bukanlah sebuah bagian di antara bagian-bagian lainnya yang ada di alam semesta. Tuhan itu bukan sebuah eksistensi di antara eksistensi-eksistensi lainnya melainkan Tuhan itu lebih unggul dari segala yang ia ciptakan.
Pada bab kedua, Fazlur menuliskannya dengan judul Manusia Sebagai Individu. Dalam bab ini Fazlur Rahman menjelaskan mulai apa itu manusia dimana manusia itu adalah ciptaan Tuhan, sebagai makhluk alam karena adam diciptakan dari tanah. Namun dijelaskan bahwa manusia itu berbesa dengan makhluk alam lain karena setelah manusia diciptakan, Tuhan "meniupkan ruh-Nya sendiri" kedalam dirinya. Dalam bab ini juga menyajikan analisis al-Quran mengenai kelemahan dasar manusia dan penangkalnya. Al-quran juga menunjukkan sikap yang optimis dengan perjuangan manusia ini. Dalam beberapa ayat ditunjukkan bahwa Allah akan mengampuni atau mengabaikan kesesatan manusia asalkan keseluruhan amal perbuatannya adalah baik dan bermanfaat. Pada intinya dapat dikatakan bahwa keseluruhan amal perbuatan manusia, hendaknya berdasarkan taqwa yang akan mencegahnya dari perbuatan yang melampau batas. Apabila seandainya manusia terlanjur melampaui batas maka taqwa segera membuatnya bertaubat dan mengembalikan keseimbangan di dalam dirinya.
Manusia Anggota Masyarakat menjelaskan bahwa tegaknya sebuah tata masyarakat yang adil, berdasarkan etika, dan dapat bertahan di muka bumi ini adalah yang mejadi tujuan utama al-Quran. Hal ini tampak dalam celaannya terhadap disekuilibrium ekonomi dan ketidakadilan sosial didalam bermasyarakat Makkah pada saat itu. Al-Quran juga mengemukakan bahwa penyelewengan pemimpin-pemimpin agama merupakan factor terjadinya keruntuhan masyarakat, padahal para pemimpin agama ini diharapkan dapat sebagai sumber kekuatan dan regenerasi spiritual masyarakat.
Al-Quran hanya sedikit membicarakan tentang kejadian alam (kosmologi). Terkait dengan metafisika penciptaan, al-Quran mengatakan bahwa alam semesta dan segala sesuatu yang hendak diciptakan Allah di dalamnya tercipta sekedar dengan firman-Nya "Jadilah!". Al-Quran menyatakan bahwa keseluruhan alam semesta itu "Muslim" karena setiap sesuatu yang berada di dalamnya (kecuali manusia yang daoat menjadi atau tidak menjadi "Muslim") menyerah kepada kehendak Allah dan setiap sesuatu memuji Allah. Alam semesta beserta keluasan dan keteraturannya yang tak terjangkau akal ini harus dipandang manusia sebagai pertanda Allah, karena hanya Yang Tak Terhingga serta Unik sajalah yang dapat menciptakannya. Petanda inilah yang dikatakan sebagai petanda "alamiah". 
Tak hanya manusia dan makhluk alam lainnya, buku ini juga menjelaskan tentang Kenabian dan Wahyu. Fazlur Rahman menyatakan bahwa Kenabian dan Wahyu Allah itu berdasarkan kepengasihan Allah dan ketidakdewasaan manusia di dalam persepsi dan motivasi ethisnya. Para nabi adalah manusia-manusia luar biasa yang karena kepekaan mereka, ketabahan, dan wahyu Allah yang mereka terima serta yang kemudian mereka sampaikan pada manusia dengan ulet tanpa mengenal takut, dapat mengalihkan hati nurani ummat manusia dari ketenangan tradisional dan tensi hipomoral ke dalam suatu kawasan sehingga mereka dapat menyaksikan Tuhan sebagai Tuhan dan syaitan sebagai syaitan. Al-Quran memandang kenabian sebagai sebuah fenomena yang bersifat universal, dimana setiap pelosok dunia ini pernah tampil seorang rasul Allah, baik yang disebutkan maupun yang tidak disebutkan dalam al-Quran.
Dalam al-Quran, gambaran umum tentang eskatologi adalah kenikmatan surge dan azab neraka. Surge dan neraka ini kerap dinyatakan sebagai imbalan dan hukuman secara garis besarnya, termasuk "keridhaan dan kemurkaan Allah". Ide pokok yang mendasari ajaran-ajaran al-Quran tentang akhirat adalah bahwa akan tiba saat ketika setiap manusia akan memperoleh kesadaran unik yang tak pernah dialaminya di masa sebelumnya mengenai amal perbuatannya. Al-Quran juga tidak membenarkan surge dan neraka yang sama sekali bersifat "spiritual". Karenanya, apa yang menjadi subjek kebahagiaan dan siksaan adalah manusia sebagai pribadi. Menurut al-Quran akhirat itu sangat penting.
Yang dibahas dalam bab Setan dan Kejahatan ini adalah prinsip kejahatan yang kerap dipersonifikasikan al-Quran sebagai Iblis atau syaitan. Al-Quran menggambarkan syaitan sebagai pembangkang perintah Allah dan sebagai tandingan manusia, bukan sebagai tandingan Allah karena Allah berada di luar jangkauannya.
Dalam bab terakhir yang berjudul Lahirnya Masyarakat Muslim ini Fazlur mencoba mengkritisi pandangan landasan teori klasik tentang lahirnya masyarakat muslim di Madinah menurut Snouck Hurgronye. 

Kekurangan Buku:
1. Desain buku yang terlalu polos sehingga membuat pembaca yang visualis kurang tertarik untuk membaca hanya karna desain cover nya yang polos.
2. Tidak tercantumnya daftar pustaka dalam buku ini sehingga kita tidak dapat mencari raferensi yang lebih lengkap dari sumbernya.

Kelebihan Buku:
1. Walau desain buku terlalu polos namun bahan cover dari buku ini memiliki kualitas yang bagus juga menampilkan font yang bertekstur timbul pada judul buku yang menjadi point menarik dari buku ini.
2. Isinya sangat menarik dan lengkap secara metafisik, ditambah lagi pembahasannya tidak bertele-tele dan mudah dipahami dengan system penyampaian secara metodelogis.
3. Font yang digunakan dalam buku ini sangat nyaman untuk dibaca dan ukuran font nya tidak terlalu besar namun tidak pula terlalu kecil.
4. Harga bukunya terbilang sangat murah untuk ukuran buku yang memiliki 254 halaman serta mempunyai kualitas informasi didalamnya.

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023