Resensi Buku Pemimpin yang Tuhan



1.Judul : Membahas secara kritis fenomena indonesia

2.Data Buku :
     Judul : "Pemimpin yang Tuhan"
     Penulis Buku : Emha Ainun Nadjib
     Penerbit : PT Bentang Pustaka
     Tahun : 2018
     Tebal Buku : viii + 392 halaman ;20,5 cm
     ISBN : 978-602-291-512-6

Mustahil dalam arti orang menulis berharap untuk dibaca "Siapa berbuat sezarah kebaikan akan mendapatkan imbalannya, siapa melakukan sedebu kejahatan akan memperoleh balasannya" kata Allah. Dan dengan hanya pernah membaca lima buku, saya berharap orang membaca jutaan huruf yang pernah saya ketik? Hidayah Tuhan saja tidak diprimerkan, kok saya berharap manusia men-iqra-i tulisan saya.

Nilai benar dan salah, baik dan buruk, sangat jelas pilahnya di pertunjukan wayang. Namun, di lapangan kenyataan zaman, ia relatif dan sangat mungkin terbalik, atau campur-campur. Pada era 6 x 6 bisa disulap jadi 30 atau 120 bahkan 2,3 triliun. Sungguh tidak mudah mengidentifikasi koordinat nilai-nilai.

Budaya Mad Society adalah wahana yang paling cemerlang untuk mengenali siapa dan bagaimana makhluk manusia yang sebenarnya. Adalah arena penelitian yang subur fakta tentang hakikat isi batin manusia. Adalah medan riset yang memuat segala yang terbaik dan yang terburuk pada jiwa manusia.

Penguasa dipilih oleh rakyat dan wakil-wakilnya, tetapi merasa lebih tinggi kekuasaan dan martabatnya dibanding rakyat. Mereka semua menganggap rakyat adalah bawahan mereka. Akhirnya rakyat sendiri terseret menyimpulkan bahwa penguasa dan wakil mereka adalah atasan mereka. Rakyat membungkuk-bungkuk dan mencium tangannya.

Kepada saudara-saudaraku yang meghina Islam, kumohon hinalah aku. Sebab aku lemah, tidak punya daya, hinaanmu akan efektif. Seandainya pun aku tersinggung dan ingin membalas, tak ada kesanggupan padaku untuk melaksanakannya.

"Setiap bulan, Emha Ainun Nadjib melakukan aktivi "Emha Ainun Nadjib juga berperan aktif saat terjadinya tranformasi politik dari Orde Baru ke Orde Reformasi. Ia juga salah satu anggota dari Dewan Sembilan yang menghadiri pidato pengunduran diri Presiden Soeharto di Istana Merdeka.

"Setelah memasuki Orde Reformasi, Emha Ainun Nadjib memutuskan untuk melakukan pendidikan politik ke masyarakat melalui gerakan sholawat. Ia memadukan kesenian, kebudayaan, politik, ekonomi, dan agama secara holistik dan komprehensif.

"Dalam melakukan pendidikan politik ke masyarakat, Emha Ainun Nadjib hampir selalu ditemani oleh gamelan Kyai Kanjeng dan pemainnya. Gamelan Kyai Kanjeng sendiri, selain menjadi nama gamelan, juga merupakan nama sebuah konsep nada pada alat musik gamelan tersebut.   

tas rutinnya, Maiyah, yang memiliki arti gotong royong. Induk dari Maiyah berada di Jombang, yang bernama Masyarakat Padhang Bulan. Komunitas Maiyah di Yogyakarta bernama Mocopat Syafaat, di Jakarta bernama Kenduri Cinta, di Semarang bernama Gambang Syafaat, di Surabaya bernama Bang Bang Wetan, di Banyumas bernama Juguran Syafaat, dan masih banyak lagi.

"Pada tahun 2005, terjadi perubahan besar pola dan isi serta konten dekonstruksi yang dilakukan oleh Emha. Emha Ainun Nadjib mulai menggemakan tentang kebesaran Nuswantara. Ia sangat konsisten. Ia terus melakukan agitasi dan propaganda tentang kebesaran, kejayaan, dan keluhuran Nuswantara di dalam setiap kegiatannya. Tema besar tersebut membawa perubahan juga pada karya pertunjukan, film, maupun tulisan Emha Ainun Nadjib.

"Bahkan, bersama putra sulungnya, Sabrang Mowo Damar Panuluh, mereka saling mengisi dan melengkapi. Sabrang Mowo Damar Panuluh memiliki pemahaman tentang sains mekanik dan kuantum. Emha Ainun Nadjib paham dan mengerti bahwa kebijaksanaan masa lalu leluhur Nuswantara, akan lebih mudah dimengerti dan dipahami oleh generasi saat ini dengan menggunakan pendekatan sains.

"Cintaku membabi buta pada Indonesia. Pada siang ataupun malam. Pada musim kemarau dan penghujan. Cintaku kalap padanya dalam keadaan segar ataupun sakit. Cintaku pada Indonesia kubawa hingga kelak ke surga ataupun neraka."

"Aku menyayangi semua makhluk Allah. Aku memafhumi pilihan pakaian mereka masing-masing. Pilihan cara berpikir, pilihan keyakinan, pilihan presiden dan lurah, serta apa pun. Hal-hal yang berkait langsung dengan akidah ketuhanan, bukan hakku untuk mencampuri. Itu adalah transaksi perniagaan langsung mereka dengan Tuhan."

Penilaian : Penulisannya sudah baik, akan tetapi novel ini menggunakan bahasa yang sedikit sulit untuk difahami.

Ringkasan : Membahas secara kritis fenomena Indonesia yang tengah diributkan dengan isu "mencari pemimpin yang tepat dan amanah",

Kesimpulan : pemahaman tentang berhati-hati kepada pemimpin yang lalim, dan juga berhati-hati agar jangan sampai terjebak menjadi rakyat yang lalim.
 
Penulis resensi : Devi Rachmawati 

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023