Pengembalian Agama dan Spiritualitas di Zaman Kacau

A. Data Buku
Judul Buku : Islam Tuhan, Islam Manusia
Penulis : Haidar Bagir
Penerbit : Mizan
Cetakan : III, Mei 2017
Tebal : xxxiv + 288 halaman
ISBN : 978-602-441-016-2

B. Resensi Buku
Buku ini merupakan kumpulan tulisan Haidar Bagir, dari tulisan-tulisan yang sudah dipublikasikan di berbagai media selama jangka waktu 10 tahun. Dan buku ini sebagai pengantar tentang agama dan spiritualitas di zaman yang kacau, berdasarkan pengalaman dan pemikiran yang terlintas di benak sang penulis. Yakni memusatkan perhatian pada persoalan pentingnya mengembalikan spiritualitas dalam kehidupan masyarakat, maupun dalam pemikiran dan penghayatan Islam di kalangan umat Islam di negara Indonesia.

Didalam buku ini pun Haidar menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang agama dan persoalan spiritualitas yang sering muncul dan diperdebatkan di masyarakat. Serta mengajak pemikir muslim untuk ikut berpikir kritis mencari solusi dari persoalan Islam di zaman sekarang. Buku ini juga dibuka dengan sebuah tulisan berisi 10 poin dengan judul "Aku dan Islamku" mengenai pandangan penulis terhadap Islam.

Uraian buku ini terbagi ke dalam lima bagian, mulai bagian Masalah yang berisi tentang Islam di zaman kacau; bagian kedua Khazanah (Pemikiran Islam), sebagai sumber bagi pemecahan masalah; lalu bagian Pendekatan dibagi menjadi dua bagian berisi tentang dialog intra Islam, dialog Islam, Budaya dan Peradaban; terakhir bagian Solusi berisi tentang Islam, Cinta, dan Spiritualitas.

Pada bagian I Masalah, diawali dengan suguhan tulisan pertama Haidar yang dimuat oleh Harian Kompas pada 1985, berjudul "Dunia Kita yang Sedang Meluruh". Tulisan ini menjelaskan mengenai krisis yang dihadapi oleh umat manusia saat ini, yang menyebabkan lahirnya kembali kerinduan kepada semacam spiritualisme. Selanjutnya menjelaskan mengenai fakta negara Indonesia yang sudah lama kosong strategi budaya atau vacuum yang akan  didesaki oleh budaya asing, yang belum tentu sejalan secara organisasi dengan budaya kita. Ini dikutip dari bagian akhir tulisan pertama Dr. Soedjatmoko, yang merupakan respons dari pernyataan "Negeri Tuna Budaya".

Dilanjutkan mengenai zaman kacau, dimana saat ini kita hidup berada di zaman kekacauan, salah satunya disebabkan perkembangan teknologi komunikasi massa yang berada diluar kendali. Sehingga memunculkan konflik di tengah masyarakat dan ketegangan antar kelompok yang luar biasa. Selanjutnya dibahas mengenai akar masalah lahirnya paham dan gerakan radikal yang muncul dalam keagamaan Islam. Yang terakhir dibahas pada bab ini, mengenai munculnya takrifirisme, bagaimana asal usul dan perkembangannya. 

Bagian II membahas mengenai Khazanah Pemikiran Islam, dengan sumber daya dalam mencari alternative gagasan-gagasan untuk mengatasi permasalahan besar umat manusia. Yang dibagi ke dalam 7 tulisan, mulai dari tulisan "Akal, Imanjinasi, dan Pengalaman Tasawuf"; kemudian tulisan tentang "Beragama dengan Akal," dan "Hermeuneutika dan Teks Agama"; "Tentang Takwil"; juga menelisik ke dalam diskusi mengenai "Filsafat Islam dan Perannya dalam Rekonstruksi Ilmu dan Kehidupan".

Selanjutnya menyinggung mengenai perkembangan sais dan hubungannya dengan pemikiran keagamaan. Dengan pertanyaan Apakah ada prospek bagi "Peran Pemikiran Keagamaan dalam Sains". Dan jika prospek itu ada, bagaimana bentuknya?. Bagian ini ditutup dengan wawancara berjudul "Agama itu Akal", tentang peran sentral akal dalam Islam.

Bagian III membahas mengenai pendekatan dalam pemecahan masalah, yaitu dialog intra Islam. Bagian ini dibuka dengan diskusi tentang "Postmodernisme dan Penafsiran Islam yang Lebih Terbuka". Selanjutnya masuk kepada pembahasan tentang keberagaman Islam, khususnya keberagaman mazhab dalam agama ini. Diuraikan sejarah pembentukan mazhab-mazhab yang dipengaruhi oleh kondisi dan situasi pendirinya yaitu tentang "Relativitas Mazhab-Mazhab dalam Islam."

Pembahasan penting dalam bagian ini yaitu tentang prinsip yang sangan sentral di dalam ajaran Islam, prinsip moderasi atau wasathaniyah. Betapapun kayanya perbedaan di antara semua mazhab dapat mempertahankan dirinya dan diterima dalam batang tubuh ajaran Islam. Selanjutnya tulisan yang membahas mengenai definisi aliran atau mazhab yang bisa diterima (sah/ legitimate di dalam Islam) atau ditolak, agar dengan pemikiran yang jernih orang tidak mudah menyesat-nyesatkan atau mengafirkan yaitu tentang "Aliran Sesat atau Aliran Sempalan?". 

Masuk ke dalam pembahasan tentang suatu prinsip yang sangat dipentingkan dalam ajaran Islam, yaitu prinsip "Persatuan umat Islam". Mazhab boleh berbeda, bahkan intra mazhab terdapat variasi yang terkadang cukup kontras. Tapi diatas semuanya, ada prinsip-prinsip dasar, umum yang semua mazhab dan kelompok dalam Islam berbagi. Dalam konteks ini, menyoroti perbedaan diantara dua mazhab utama dalam Islam, yaitu Mazhab Sunni dan Mazhab Syiah. Dalam 10 tahun ke belakang, banyak konflik dan peperangan yang bermunculan dari konflik mazhab. Maka dalam bab ini, dilengkapi wawancara tentang situasi mutakhir tawaran tentang sikap terbaik di dalam melihat dan mengatasi konflik diantara dua mazhab utama dalam Islam ini.

Bagian IV membahas mengenai pendekatan dalam dialog Islam, Budaya, dan Peradaban serta dengan budaya lokal. Dibuka dengan pembahasan yang melibatkan Islam dan Peradaban-peradaban lain, khususnya peradaban Barat. Dengan berusaha mencari titik-temu diantara khususnya kedua perdaban besar ini, melacak kesamaan akar keduanya dan selanjutnya berupaya menyarankan saling isi yang meperkaya di antara kedua perdaban.

Kemudian pada bagian ini juga membahas mengenai Non-Muslim di dalam batang tubung ajaran Islam, yang di dalamnya berusaha ditinjau kembali definisi tentang "Kekafiran" menurut ajaran Al-Qur'an, Sunnah dan pendapat para ulama. Dan yang terakhir dibahas pada bagian ini mengenai dasar pengembangan peradaban yaitu "Islam dan Budaya Lokal". Budaya lokal adalah warisan dari agama-agama yang telah berada di Indonesia sejak sebelum kedatangan Islam. Dengan menggunakan kacamata Irfan, pandangan agama sebelum Islam sesungguhnya memiliki banyak kesamaan dengan ajaran agama Islam. Hal ini membuka kemungkinan bagi dialog yang produktif antara Islam dan agama serta budaya lokal.

Bagian V membahas mengenai asas-asa ajaran Islamyang terlupakan, yaitu asas cinta. Yang merupakan judul pertama untuk menonjolkan aspek spiritualitas dari ajaran agama, khususnya Islam. Selanjutnya dibahas mengenai Islam sesungguhnya adalah agama cinta yang merupakan asas agama. Kesadaran akan prinsip cinta yang dominan di dalam ajaran Islam harus di kedepankan, menyadarkan bahwa jangankan dalam hal-hal yang terkait dengan hubungan manusia dalam masa-masa damai, dalam hal menolak kemungkaran, bahkan kekerasan dan perang. Dan bagian terakhir yang dibahas dalam buku ini hampir merupakan kesimpulan, yaitu menunjukan bahwa dalam semua konsennya terhadap masalah-masalah keduniaan, hukum dan politik, pada dasarnya agama adalah suatu bentuk spiritualitas. 

Kelebihan buku ini adalah semua pembahasan dijelaskan secara sistematis. Isi buku ini merupakan pertanyaan-pertanyaan yang sering ada di benak masyarakat, dan sulit ditemukan jawabannya. Sehingga penulis memberikan jawaban dengan sangat baik berdasarkan pengalaman dan pemikiran langsung. Dan dari segi bahasa yang disampaikan mengalir.

Kekurangan buku ini adalah ada beberapa kata atau istilah asing yang kurang dipahami sebagian orang. Namun terlepas dari kelebihan dan kekurangan, sejauh ini buku Islam Tuhan, Islam Manusia sangat bermanfaat terutama untuk pengantar tentang agama dan spiritualitas di zaman kacau.


Fathiyatulhaq Shafna Salsabila
Mahasiswa KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Jl. Jati Kaler No.27 RT001 / RW007 Pasirbiru Cibiru Bandung
082317700621

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023