Opini : Mengembalikan Modal Tanpa Moral

Setiap Calon Pemimpin akan mengusahakan untuk terlihat sempurna, berwibawa, dan loyal agar mendapatkan perhatian dari rakyat. Berapapun jumlah uang akan ia keluarkan untuk memajang potretnya dalam spanduk yang terpasang dimana-mana. Berharap dikenal banyak rakyat untuk dapat menjadi perhatian dan pilihan mereka. Hingga ia menjadi pemenang, hingga ia menjadi penguasa, dan hingga ia menjadi terjerat dalam kasus korupsi.

Bukan kabar yang megejutkan lagi jika mendengar pemimpin rakyat yang terjerat kasus korupsi. Seakan memang sudah kodratnya seperti itu, mencuri uang milik negara. Ironis, tapi memang benar adanya. Ditambah lagi dengan sombongnya para koruptor itu, bersikap seolah tak bersalah, berbicara seolah tak berdosa. 

Entah apa yang ia pikirkan jika melihat uang. Seakan ia selalu haus akan uang padahal hidupnya jauh lebih mewah dibandingkan rakyat-rakyatnya. Seolah segala darinya berubah sejak ia mempunyai jabatan dan memiliki banyak uang. Lupa akan rakyat-rakyatnya yang dulu membantunya dalam tahap kampanye.

Mungkin uang negara yang ia curi itu untuk mengembalikan modal yang ia keluarkan saat kampanye. Licik sekali. Seakan ia ingin mengembalikan modalnya tapi ia lupa akan moralnya sebagai seorang pemimpin. Harta merupakan tujuan utamanya daripada dedikasi kinerjanya sebagai feature tokoh bagi rakyat.

Bicara mengenai moral dan etika dalam kehidupan memang tidak diajarkan dibangku pendidikan. Moral dan etika hanya dapat diperoleh dengan cara beradaptasi dengan segala aspek disekitarnya. Dalam aspek politik moral dan etika selalu dikesampingkan, pasalnya para politikus, pejabat dan antek-anteknya saling berlomba untuk jadi yang nomor satu. Mereka menjegal siapa saja yang tidak sepaham dengannya.

Afifah Widiazmara, KPI 3A

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023