Mulut terbuka Pikiran tertutup

Tak bisa dipungkiri di zaman yang serba canggih ini hal apapun bisa kita dapatkan dengan hanya 'mengklik', begitupun dengan perkembangan informasi dan berita. Namun yang disayangkan jagat maya acap kali berisi hal-hal atau isu-isu panas, saling hujat bahkan tak sedikit ujaran kebencian mewarnai sosial media.

Gerah rasanya tatkala membuka sosial media lagi-lagi isu panas disampaikan, tak salah memang karena informasi memang harus selalu up to date. Namun mungkin permasalahan di dunia ini yakni semakin banyaknya orang dengan pemikiran tertutup tetapi dengan mulut terbuka. Begitu mudahnya berita hoax menyebar tanpa cek dan ricek terlebih dahulu dengan sekali 'klik' penyebaran berita tersebut bisa sampai ke penjuru dunia. Apalagi ditambah dengan individu orang yang ikut meramaikan seperti orang yang paling paham dan meyalahkan yang lain.

Sementara orang yang berpikiran terbuka jarang menyuarakan suaranya jikapun mereka menyuarakan suaranya akan dianggap salah jika tidak sependapat dan sepemahaman dengan mereka. Kadang kala kita tidak hanya perlu belajar berbicara tapi juga perlu diam dan mendengarkan. Tabayyun terhadap setiap informasi yang ada dan tidak mudah terprovokasi menjadi hal kunci bagi masing-masing individu.

Umur suatu konten digital sebenarnya sangat dipengaruhi oleh kita selaku pegiat media sosial. Jika ada konten yang serasa provokatif dan cenderung isinya hujat sana sini kita hanya perlu untuk tidak memberikan komentar, like, bahkan diikuti. Jika ada istilah kepribadian tergantung apa buku yang di baca maka tak salah jika sekarang kepribadian tergantung akun konten digital yang diikuti. Jadilah netizen yang ceria dan selalu menyebarkan pesan damai bukan malah memperburuk 'wajah' dan memperkeruh suasana.

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023