Drama Tikus Negara

Kisah usang tikus-tikus kantor 
Yang suka berenang disungai yang kotor
Kisah usang tikus-tikus berdasi
Yang suka ingkar janji lalu sembunyi

Cuplikan lagu Iwan Fals diatas sudah mewakili opini politik di Indonesia. Jika berbicara politik Indonesia pasti yang terpikir pertama kali adalah "KORUPSI" yang tak bisa dipungkiri lagi. Korupsi sepertinya sudah menjadi darah daging di negeri ini, kebaikan segelintir orang dalam pemerintahan tak bisa lagi menutupi keburukan dan kebusukan politik negeri ini. Eksekutif, legislative dan yudikatif sepertinya sama saja, sama-sama tak bisa di andalkan. Tikus berdasi sepertinya julukan yang cocok untuk mereka, coba kita lihat perbuatan rakus mereka sepanjang tahun 2018 ini. DPR tak terlihat memperjuangkan anggaran untuk kepentingan public tetapi mereka lebih menambah belanja negara. Lalu Sekretariat Jenderal DPR berencana melakukan renovasi terhadap toilet di Gedung Nusantara I DPR. Dengan biaya yang tidak tanggung-tanggung, mencapai Rp 2 miliar padahal toilet di gedung itu terlihat mewah, masih terawat dan layak.

Saya sendiri sebenarnya sudah muak dengan berita di surat kabar dan media lainnya yang setiap harinya berisi tentang ulah-ulah nakal mereka. Publik negeri ini menjerit karena ulah para petinggi negeri. Negeri ini tampak sungguh memprihatinkan.  Beribu juta pasang mata rakyat kecil menatap sinis kepada Bapak Ibu petinggi. Janji tinggallah janji, menyejahterakan rakyat kecilpun hanyalah nyanyian belaka. Anti korupsi hanya menjadi bunga penghias spanduk kampanye.

Rakyat sudah kecewa dengan perilaku para politisi yang jauh dari etika dan moralitas politik.  Itu karena semakin hari semakin menjamurnya politisi yang terjerat kasus suap dan korupsi. Wuiihh Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) telah menjadi budaya tradisi Indonesia. Para petinggi ini sepertinya bangga telah mencederai nurani rakyat. Merasa hebatkah mereka telah menaburkan kebohongan dan meyakinkan rakyat bahwa mereka telah bekerja keras untuk kesejahterahan negeri ini??. 

Kita sebagai rakyat Indonesia sudah cukup pintar untuk menilai fakta yang terjadi. Apa yang mereka cari dalam berpolitik? Mencari kekuasaan agar dipandang mulia? Atau hanya mencari kenikmatan dunia?. Entahlah kapankah kekacauan ini berhenti terjadi. Saya masih ingat dengan berita di TV dan surat kabar  pada awal tahun lalu,  para anggota DPR pelesiran ke luar negeri menghabiskan dana milyaran rupiah benar-benar boros, mereka beralasan studi banding untuk perbaikan negeri ini coba kita tengok sampai saat ini adakah yang berubah dengan negeri kita? Tampaknya masih tetap saja ruwet.

Andaikan dana pelesiran itu di kucurkan sedikit saja untuk kesejahteraan rakyat contohnya untuk perbaikan jalan-jalan rusak, pemberian pengamanan pada lintasan kereta karena masih banyak lintasan kereta tak berpalang yang mengakibatkan ratusan nyawa melayang sia-sia. Itu hanya sedikit contoh yang bermanfaat.

Perilaku para politisi seperti itu mencerminkan rapuhnya nurani, hilangnya kecerdasan dan kesadaran, sepertinya bekal ilmu agama dibutuhkan untuk berpolitik, kecerdasan spiritual sepertinya bisa mengiringi dan secara perlahan dapat mengubah tradisi dan budaya korupsi negeri ini. Oh iya,  kita ingatkan kalau negeri kita memegang sistem demokrasi yang sangat di agung-agungkan karena sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan setiap warga negara untuk menyampaikan pendapat, sehingga setiap individu merasa mempunyai kesamaan, keadilan, keamanan dalam menyampaikan aspirasi mereka. Tahukah kalian para DPR hanya bermodalkan ember, iya ember untuk menampung aspirasi tanpa ada pelaksanaan yang jelas.

Sangat sulit mengharapkan kesejahteraan lahir dari pemikiran dan tindakan para politisi yang tidak memiliki kecerdasan spiritual, emosional dan etika. Kalau para politisi kita selalu bermain-main jangan harap kita mendapatkan kesejahteraan dan kedamaian. Jika perkara penting bangsa ini seperti pemberantasan korupsi terus diabaikan, tidak dijalankan dengan serius Merekapun akan menari-nari diatas penderitaan rakyat dan menyelam jauh kelautan korupsi. Akhirnya, bangsa ini akan kian tersungkur.

Saya tak begitu paham dengan politik negeri ini tapi saya berharap bahwa masih adanya orang-orang bersih yang tidak munafik, mampu mengatur negeri ini dengan kecerdasan dan kesadaran spiritualnya. Politisi bersih seperti inilah yang lambat laun akan mengubah negeri suram ini menjadi negeri impian, Negeri yang maju, makmur, damai dan sejahterah. Semoga saja

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023