Banjir Jadi Refleksi Kehidupan Manusia

Penghujan mulai datang lagi dan beberapa wilayah mulai merasakan dampaknya yakni terisolasi serta segala bentuk aktivitas mulai terhambat. Seolah-olah banjir sudah menjadi tradisi yang menjamur di berbagai wilayah di Indonesia ketika hujan. 

Bukankah seharusnya hujan turun dari Tuhan sebagai bentuk rahmat bagi manusia, lantas mengapa ketika ia turun seolah-olah seperti musibah bagi manusia? Nampaknya, ada yang perlu kita renungi dari semua ini.

Mari kita berkaca ketika kemarau melanda, orang-orang dalam skala masif tanpa ragu membuang sampah di berbagai tempat bahkan tanpa malu, ia lakukan itu di objek vital. Selain itu, banyak dari kalangan intelektual yang mengklaim dirinya sebagai sosok ideal yakni mahasiswa, membuang sisa puntung rokok di tempat-tempat yang ia kehendaki.

Maka kita tidak perlu heran ketika musim hujan datang, banjir melanda diberbagai wilayah. Itu semua karena prilaku kita yang mengundang teguran nyata dari Tuhan. Jadi yang mengubah rahmat Tuhan menjadi musibah ialah manusia itu sendiri, mereka merusak alam tanpa memperhatikan dampak yang akan terjadi setelahnya.

Oleh karena itu, kita perlu ingat nasihat seorang cendikiawan muslim yakni Syekh Abdurrahman As-Sa'di yang berkata, "Allah memberitakan bahwa semua musibah yang menimpa manusia, (baik) pada diri, harta maupun anak-anak mereka, serta pada apa yang mereka sukai, tidak lain sebabnya adalah perbuatan-perbuatan buruk yang pernah mereka lakukan."

Maka ada baiknya kita mulai bersanitasi pada musim kemarau maupun hujan, kita saling bahu-membahu tanpa memperhatikan stratifikasi sosial untuk mulai menjaga lingkungan agar tetap bersih. Mulai semua itu dari diri kita, dari yang kecil, untuk diri kita, dan kita tidak perlu menuntut orang lain untuk melakukannya.

Ahmad Rifa'i Yusuf N
Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023