Penjelasan Hadits-Hadits Dakwah
Resensi, Bung Karno "Menerjemahkan Alquran"
· DATA BUKU
Judul : Bung Karno "Menerjemahkan Alquran"
Penulis : Mochammad Nur Arifin
Penerbit : Mizan
Cetakan : Mei 2017
Tebal : xvi + 266 halaman
ISBN : 978-602-441-028-5
· PARAGRAF
1 (pembukaan) : Bung Karno mengatakan bahwa :" aku dikutuk bagai bandit, di puja bagai dewa" maka tidak salah lagi jika bung Karno di cap sebagai tokoh yang berideologi nasionalis-sekuler. Muncul pula ideologi Pancasila yang dicetuskan oleh Soekarno dan dituduh sebagai ideologi sekuler.
2 (isi) : buku ini menceritakan tentang religius, Pemikiran keislaman dan jalan nasionalis-religius Bung Karno ini lahir dari sebuah kegelisahannya dimana figur Soekarno dengan segala atribut yang melekat pada dirinya direndahkan, dinistakan, atau dalam istilah yang lebih "vulgar" de-Soekarno-isasi. Jika Soekarno bisa dinistakan, maka akan banyak pintu menistakan Pancasila, NKRI, dan lainnya (hlm. x).
3 (isi) : buku ini secara jelas menyadarkan orang yang tidak percaya dengan keislaman Soekarno
4 (isi) : Soekarno membuat seisi ruang sidang PBB ke-15 itu terperangah. Kala itu Soekarno berpidato dengan judul: To Build the World a New (Membangun Tataran Dunia Bru). Adapun salah satu intinya pidato tersebut adalah pesan perdamaian dan toleransi, yang digali dari Alquran surat Al-Hujarat ayat 13. Uraian Bung Karno ini kemudian dicatat sebagai ucapan yang sangat religius dalam sebuah sidang PBB (hlm. 32).
5 (isi) : Bung Karno sering kali menggunakan ayat pada pidatonya dan memberitahu bahwa Al-quran itu dalam isinya terdapat nilai-nilai kemanusiaan, keadilan dan kebangsaan
6 (isi) : Puncak perjalanan spiritualitas Soekarno mencari kepuasaan batin menemukan makna ketuhanan pada akhirnya bermuara pada Alquran. Banyak tokoh ditemui. Beragam buku dibacanya. Namun pada akhirnya, Alquran yang memberikan jawaban paling memuaskannya. Alquran menjadi titik akhir pengembaraan Bung Karno mencari Tuhan. Pada kitab suci itulah "dahaga" ruhani Bung Karno terpuaskan (hlm. 164).
7 (isi) : buku bung Karno 'menerjemahkan Al-quran' ini menjawab segala tudingan tersebut. buku ini sebagai wawasan anak bangsa bahwa islam dan nasionalisme tidaklah bertentangan.
8 (isi) : dalam buku ini di tuliskan betapa cintanya Soekarno terhadap negara hingga akhirnya cinta kepada tuhan, masa muda yang sangat menggebu-gebu ditunjukan oleh Bung Karno.
9 (isi): Ia sadar sesadar-sadarnya bahwa tidak ada alasan bagi pemuda Indonesia untuk menikmati kesenangan dengan melarikan diri ke dalam dunia khayal. Sementara kondisi bangsa dan negara Indonesia kala itu miskin, malang, dan dininakan (hlm. 195).
10 (penilaian) : buku ini sangat penting bagi yang telah merendahkan sosok pahlawan bangsa Indonesia ini
11 (penilaian): dari buku ini kita bisa melihat bagaimana islam dan keindonesiaan yang setara
12 (penilaian) : buku ini sangat secara luas, karena bukan hanya jiwa nasionalisme nya atau gagasan-gagasan Soekarno tunjukan tetapi juga langkahnya agamis.
13 (kesimpulan) : dari situlah Bung Karno dikenal dengan jiwa nasionalisme nya yang kental di jiwanya, bagi dirinya nasionalisme adalah api pembakar perjuangan.
Nilai Toleransi Dalam Dakwah Nabi Muhammad SAW
Judul : Nilai Toleransi Dalam Dakwah Nabi Muhammad SAW Menyingkap Pesan Damai Piagam Madinah
Penulis : Jamal Ghofir, MA
Penerbit : Dialektika
Tahun Terbit : 2017
Tebal Buku : 194 Hal
ISBN : 978-602-61507-8-3
Islam merupakan agama dakwah, yaitu agama menegaskan umatnya untuk menyebarkan dan menyiarkan kepada seluruh umat manusia secara arif dan bijaksana. Sebagai agama yang rahmatan lil alamin, islam dapat menjamin akan terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan umatnya manakala ajaran islam dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan benar sebgaimana yang telah dilakukan Nabi Muhammad SAW.
Peranan Nabi Muhammad SAW sebagai seorang pemimpin sekaligus mubaligh mampu menarik hati dan perhatian berbagai lapisan masyarakat kota Madinah. Materi-materi dakwah yang disampaikan beliau yang mengedepannkan nilai toleransi dalam nilai kehidupan masyarakat yang berbeda suku, ras serta agama seperti yang telah tertulis dalam kesepakatan yang dikenal dengan sebutan "Piagam Madinah". Misi profetik yang diemaban Nabi itu diwujudkannya dalam kehidupan sosialnya yang tamoak nyata dalam upaya menegakkan keadilan sosial, kesetaraan dan perdamaian. Spirit "Rahmat bagi semesta" adalah semangat cinta kasih yang akan mendorong kehidupan yang lebih baik dan indah. Dari sinilah peradaban akan dibangun atas prinsip saling mengenal, merawat, melindungi dan memekarkan satu sama lain. Bukan sebaliknya, saling mencurigai, membenci dan mengahnacurkan satu sama lain.
Banyak keunggulan dari buku ini diantaranya didalam buku ini mengungkap sejarah nabi Muhammad SAW mendakwahkan islam pada zaman dulu begitu pula dengan sejarah "Piagam Madinah". Dari buku ini pula kita dapat belajar tentang nilai-nilai toleransi yang terkandung dalam piagam mandinah tersebut, serta nilai-nilai toleransi yang diterapkan nabi Muhammad SAW dalam jalan dakwah beliau. Dan dari piagam madinah tersebut kita dapat mengetahui bahwa Madinah sebagai pondasi awal toleransi beragama. Buku menjelaskan pula beberapa pokok ajaran islam dalam toleransi, prinsip-prinsip islam dalam toleransi serta aspek-aspek dalam toleransi itu sendiri.
Buku ini memiliki beberapa kelemahan dan kekurangan. Salah satu kelemahan atau kekurangan buku ini adalah tata bahasa yang di gunakan dalam buku ini masih dalam tata bahasa yang sulit untuk dipahami oleh para pembaca karena penggunaan bahasa pada buku ini masih menggunakan bahasa-bahasa yang ilmiah, yang sulit untuk dipahami dan memerlukan media untuk memahaminya seperti kamus untuk menafsirkan kata-kata tersebut.
Buku ini cock diperuntukkan oleh para mahasiswa-mahasiswi dan para da'i karena gaya bahasanya yang ilmiah dan isi buku ini berkaitan dengan keadaan saat ini.
Nama : Winny Febrianti Ali
NIM : 1174020177
Kelas : KPI 3 D
Sejarah Peradaban Islam
Indonesia jadi Langganan Bencana
"Indonesia jadi langganan Bencana"
Belum kering luka yang dirasakan masyarakat indonesia setelah kejadian yang menipa Lombok,Palu dan Donggala. sekarang di tambah lagi luka yang baru yaitu Tsunami yang terjadi di Banten dan Lampung. Yang telah menewaskan lebih dari 11 ribu orang.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melansir data kerusakan sementara dari dampak tsunami dihimpun Posko (BNPB) hingga 24 Desember 2018, tercatat 281 orang meninggal dunia, 1.016 orang luka-luka, 57 orang hilang dan 11.687 orang mengungsi. Kerusakan fisik meliputi 611 unit rumah rusak, 69 unit hotel-vila rusak, 60 warung-toko rusak, dan 420 perahu-kapal rusak.
Kejadian seperti ini bukanlah yang pertama kali dirasakan oleh masyarakat indonesia beberapa silam juga terlah terjadi Tsunami besar di Aceh yang telah memberikan luka yang mendalam bagi bangsa ini.
Kejadian seperti ini memang tidak dapat kita hindarkan karna nusantara ini memang sudah menajdi langganan bencana, maka dari itu kita sebagai penghuni negeri ini hanya bisa menerima dan berdo'a.
Sebagai saudara setanah air harusnya saling membantu, yaitu dengan memberikan bantuan berupa dana. Jika tidak bisa memberikan bantuan dana setidaknya memberikan do'a, dan untuk korban yang selamat semoga diberikan ketabahan dan semangat kembali untuk melanjutkan kehidupan.
Reporter : Yenni Afrilia/3d
Resensi Buku_ Buku Pembelajaran Perspektif Islam
Judul Buku : Pembelajaran Perspektif Islam
Pengarang : Jamaluddi, M,Pd, Acep Komarudin,M.Ag, Koko Khoerudin,M.Pd.I
Peneribit : PT Remaja Rosda Karya, Bandung
Cetakan : Cetakan Pertama, April 2015
ISBN : 978-979-692-609-1
Pembelajaran merupakan suatu yang terpenting dalam kehidupan. Sesutau yang menjadi kebutuhan mendasar dalam kehidupan terkhusus bagi manusia. Pembelajaran bisa dikatakan sebuah arti ataupun proses yang dilakukan oleh seseorang pembimbing (Guru) untuk memberikan pengetahuan kepada komunikannya (Muridnya) untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, bahkan bagaimana mempelajari pertahanan hidup di modernnya dunia sekarang.
Dalam buku ini membahas tentang apa itu makna dari belajar. Belajar adalah suatu proses yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang merupakan hasil interaksi, bimbingan dan pengalaman dengan melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Mengapa manusia belajar ? Manusia belajar disebabkan karena kebutuhan hidupnya dalam rangka mengubah dirinya dari makhluk yang lemah menajadi pribadi yang social, etis atas ridho Allah SWT. Sedangkan pembelajaran adalah penciptaan system lingkungan yang memungkinkan terjadinya belajar. Jikalau ada belajar pasti ada pembelajaran. Bisa dikatakan proses belajar dan pembelajaran merupakan suatu perkembangan yang dinamis dari kegiatan belajar sebagai suatu perubahan yang terjadi dari suatu perubahan.
Dalam proses pembelajaran pasti ada system. Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan. Sistem juga ditunjang dengan adanya strategi. Umumnya strategi adalah seni untuk merencanakan dan menyelenggrakan suatu pembelajaran. Strategi bisa teroptimalkan apabila didukung dengan keaktifan dari strategi pembelajaran seperti struktur pembelajaran, motivasi siwa, ekspektasi guru, pertanyaan-pertanyaan terhadap kelas, memaksimalkan waktu dan pembelajaran konstruktif.
Selanjutnya terdapat langkah-langkah penyajian sistematis dalam bentuk serangkain urutan tindakan procedural yang berkesinambungan. Nah, dalam pola kegiatan pembelajaran berkenaan dengan kemungkinan variasi pola dalam arti macam dan urutan umum perbuatan pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran menunjuk tentang cara-cara merencanakan suatu lingkungan belajar tertentu.
Tak hanya itu hal in juga diperkuat dengan pendekatan dalam proses pembelajaran, yang mana keterampilan proses dapat diperoleh dari latihan kemampuan mental, fisik dan social yang mendasar. Pendekatan akan berjalan lurus jika diimbangi dengan metode. Bisa diketahui bahwa metode merupakan sebuah alat yang efektif. Dan bab yang terpenting yaitu sumber belajar .Sumber belajar bisa dari mana saja. Ini merupakan komponen dalam pembelajaran yang dapat menentukan keberhasilan kegiatan belajar seseorang.
Nah, Kelebihan dari buku "Pembelajaran Perspektif Islam" ini yaitu dalam setiab bab yang tercantum terdapat rangkuman, referensi serta latihan, Materi yang disampaikan juga sangat teoritis, cover luar juga sangat menarik, kesesuaian dengan tema yang dibahas
Namun, ada juga kekurangannya yaitu halam cover dalamnya hitam putih, cover per bab juga hitam putih tidak berwarna, selanjutnya dalam penggunaan kertasnya hitam putih yang mambuat monoton pembacanya.
Nama : Wulan Novita Sari
Kelas : KPI 3 D
NIM : 1174020178
Cegah Cacat Informasi Melalui Literasi Media untuk Toleransi dan Peradaban Islam
Masih teringat desas-desus yang mengatakan bahwa tahun 2012 akan tejadi kiamat, hoaks yang berujung pada pembenaran terhadap fakta bahwa sangat banyak masyarakat yang minim dalam hal pengetahuan. Tak kalah menarik hoaks ini laris manis dikonsumsi masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam, sementara dalam Islam jelas diajarkan bahwa tidak ada seorangpun yang benar mengetahui kapan kiamat akan terjadi. Salah ataupun tidak, nyatanya mayoritas tadi telah menjadi objek pembodohan sebagai akibat adanya cacat pengetahuan.
Hoaks itu kembali menyeruat beberapa waktu belakangan, akibat fanatisme politik yang acap kali melampau batas normal tabrak sana tabrak sini melakukan pembenaran dan judgement terhadap lawannya. Perbedaan pilihan politik menimbulkan kubu-kubu yang saling menyerang gagasan tanpa landasan fakta dan data, akhirnya lahirlah informasi prematur yang menimbulkan kegaduhan. Melihat hal tersebut jelas bahwa perkembangan hoaks makin tahun makin subur di negeri yang masyarakatnya minim pengetahuan ini.
Sebagai akibat adanya politik praktis tersebut, hoaks makin tak terbendung. Konteksnya pun makin diperseksi dengan pemilihan isu-isu sensitif, seperti persoalan ekonomi bahkan sampai membawa-bawa agama dan kepercayaan. Kemasan-kemasan isu tersebut dipercantik untuk kemudian disebarluaskan melalui media berita ataupun media sosial. Percantik dimaksudkan kepada pembuatan berita-berita yang sensasional dan mengundang kontroversi. Sebut saja isu-isu keagamaan seperti politisasi ulama, terorisme dan radikalisme, sehingga masyarakat yang minim pengetahuan akan dengan mudah terhasut. Lagi-lagi hoaks yang membawa-bawa isu keagamaan semacam itu, telah menegasikan otoritarian kelompok mayoritas kepada minoritas yang kemudian menciptakan manusia-manusia yang intoleran.
Terhadap perkembangan hoaks di Indonesia, banyak faktor yang turut memperparah hal tersebut. Bukan hanya karena adanya kepentingan kelompok tertentu, hoaks makin berkembang juga karena adanya perkembangan teknologi. Teknologi ini bukan hanya membantu pencipta hoaks dalam memproduksi dan menyebarluaskan saja, melainkan perkembangan itu juga berdampak terhadap makin mudahnya masyarakat untuk mengakses konten-konten hoaks. Sayangnya kemajuan itu tidak diimbangi dengan kemajuan penggunanya, sehingga arus buruk kemajuan teknologi itu tidak terhindarkan.
Menilik hal lainnya juga bahwa budaya masyarakat Indonesia dalam mengonsumsi berita turut berpengaruh terhadap makin parahnya penyebaran hoaks. Tidak dipungkiri bahwa berita sensasional lebih banyak dibaca oleh masyarakat ketimbang berita-berita yang sifatnya informatif dan mendidik. Hal tersebut dimanfaatkan oleh kelompok produsen hoaks untuk menggiring opini melalui pemberitaan dengan data-data palsu yang mengundang banyak sensasi. Makin diperparah pula dengan keberadaan media-media arus utama yang mengejar rating dengan ikut bermain dalam sirkus pemberitaan hoaks. Seakan telah melupakan hakikat media menjalankan fungsinya untuk mendidik, media saat ini lebih banyak berburu harta dan tahta ketimbang menyuguhkan fakta.
Berita hoaks sangat memberi dampak terhadap stabilitas kehidupan masyarakat, isu-isu sensitif yang diputar balikkan makin menyulut perselisihan akibat silang pendapat. Masyarakat bar-bar yang minim pengetahuan juga budaya membaca media oleh masyarakat mayoritas muslim Indonesia yang seperti di atas, pada akhirnya membawa Islam dan Indonesia hanya stak tanpa perkembangan. Lingkungan telah memberikan peluang untuk maju, respon justru berbalik dan sifat masyarakatnya menutup pintu untuk moderniasai. Anggapan bahwa modernisasi telah membawa keburukan bagi kehidupan beragama tidak sepenuhnya benar. Layaknya bakteri, tidak semua proses modernisasi hanya berefek buruk, masyarakat cerdas akan memanfaatkan modernisasi untuk hal yang berguna bukan hanya terus-terusan dipandang sebagai hal buruk.
Cerdas itu makin perlu utamanya untuk menyikapi perkembangan teknologi, pemahaman akan media yang cukup, bermanfaat untuk menciptakan masyarakat yang cerdas dalam menerima Informasi dan berita. Sebagai upaya untuk menciptakan masyarakat Islam yang modern maka perlu ada pembekalan terkait literasi media. Itu karena masyarakat perlu memiliki keahlian dalam memilah, menganalisis juga pemahaman tentang kehidupan media. Masyarakat akan paham bagaimana kerja sebuah media, dapat memahami citra dan integritas sebuah media dalam mengemas pemberitaan. Dengan begitu cerdas bermedia memungkinkan masyarakat lebih sadar akan pentingnya kebenaran sebuah berita juga filterisasi informasi yang lebih baik. Cerdas bermedia turut serta dalam upaya untuk membangun masyarakat yang toleran dan memutus mata rantai fanatisme negatif terhadap satu kepercayaan.
Urgensi literasi media bagi masyarakat berangkat dari makin maraknya hoaks yang membawa pada ketidak tentraman kehidupan lintas kepercayaan di Indonesia. Kecakapan ini yang selanjutnya memberi dampak baik untuk membentuk masyarakat khususnya muslim yang modern. Karena barometer untuk menentukan suatu kelompok masyarakat telah modern salah satu caranya ialah tingkat toleransi yang dapat terbentuk dengan adanya literasi media yang cukup.
Abdul Azis Said, KPI 3 A
Tuntutan Gaya Hidup Picu Perilaku Korupsi
Menilik realitas yang ada, banyak dari koruptor adalah mereka yang sudah termasuk layak dalam hal ekonominya. Berangkat dari hal tersebut, seakan korupsi telah menjadi profesi sampingan yang luarbiasa menjanjikan hingga pejabat lupa akan sumpah baktinya.
Bukan koruptor namanya jika masih peduli pada nilai-nilai moral, adanya degradasi terhadap prilaku jujur pejabat menggadaikan kewajibannya memberikan pelayanan terhadap masyarakat. Justru berbalik, prilaku korupsi menggrogot dan merampas hak masyarakat. Sehingga tidak salah bahwa koruptor hanyalah benalu yang cacat moral.
Keberadaan peraturan dan Undang-Undang sebagai instrument pendisiplinan prilaku pejabat, tidak serta merta maksimal dalam pencegahan korupsi. Dilain tempat, KPK dibentuk sebagai lembaga investigasi, namun lagi-lagi interfensi terhadap lembaga tersebut makin melemahkan fungsinya. Kemudian media hadir sebagai watch dog membuka semua kedok menjijikkan koruptor.
Melihat media membuka temuan bukti korupsi, kebanyak dari barang-barang hasil korupsi adalah benda-benda berharga dengan nilai jual tinggi. Rumah mewah, mobil hingga surat-surat berharga menjadi temuan oleh KPK dan pihak terkait. Dengan tuntutan gaya hidup kaum urban, barang-barang hasil korupsi menjadi investasi haram yang menjanjikan jika tidak lebih dulu terciduk.
Menjadi kaya telah membutakan hati sebagaian pejabat, cara yang salahpun – perilaku korupsi – menjadi pembenaran untuk memenuhi hasrat gaya hidup. Beberapa istri memaksa untuk berpakaian modis dan memiliki tas branded, apa daya untuk memenuhinya sang suami perlu bergadai integritas. Bukan hanya itu, banyak tuntutan gaya hidup lain yang juga menjadi magnet untuk terjun dalam perilaku menjijikkan tersebut.
Karena itu, perlu ada kontrol diri untuk selalu menyeimbangkan antara gaya hidup dengan kemampuan ekonomi. Memaksakan untuk bisa hidup mewah namun tidak mampu, biasanya seseorang akan mencari jalan instan salah satunya ialah dengan korupsi. Selain itu perlu adanya kerjasama semua pihak guna memberantas korupsi, dari elite hingga masyarakat biasa juga hadir untuk mengontrol kinerja birokrasi.
Abdul Azis Said, Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN SGD Bandung, Jl. Manisi Cibiru Kota Bandung, 085298763184, abdulazissaid07@gmail.com
Peran Bersama untuk Menjaga Lingkungan
Menjelang penghujung tahun, curah hujan makin meningkat dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Itu ditandai dengan perubahan musim dari kemarau ke musim penghujan. Perubahan tersebut diikuti pula dengan potensi-potensi bencana yang siap mengintai, banyaknya adalah potensi banjir bahkan tak jarang pula tanah longsor.
Bagi masyarakat perkotaan, banjir seakan menjadi hal yang paling dihindari bahkan untuk semua orang. Ini dikarenakan datangnya bencana tersebut dapat menghambat mobilitas masyarakat. Terlebih lagi bagi masyarakat yang bermukim di sekitaran bantaran sungai, potensi kerugian akibat banjir semakin besar dikarenakan tempat tinggal mereka yang bisa saja terendam. Sehingga segala aktivitas pun ikut terhambat.
Besarnya kerugian atas potensi bencana tersebut menuntut banyak pihak untuk terlibat merumuskan solusi pencegahan juga penindakannya. Semua pihak perlu pula melakukan deteksi dini apabila dirasa potensi bencana tersebut semakin besar, yaitu dengan melakukan pengungsian juga penanganannya.
Peran pemerintah selaku lembaga yang berwenang melayani masyarakat juga menertibkannya, dirasa perlu dengan melalui penerbitan aturan-aturan terkait menjaga lingkungan yang lebih mengikat dan berefek jera. Ini diperuntukkan agar mampu menekan tingginya pelanggaran terhadap kerusakan lingkungan. Bukan hanya itu, pemerintah juga berkewajiban memberikan pelayanan sanitasi yang layak dan memadai, mulai dari penertiban bantaran kali hingga akses pengairan perkotaan yang tertata.
Bukan hanya tugas satu pihak saja, menjaga lingkungan juga menjadi tugas yang harus dipenuhi oleh masyarakat. Peran serta itu dimulai dari tiap individu untuk membangun kesadaran dengan tidak membuang sampah sembarangan. Selain itu, masyarakat khususnya yang bermukim di tepian kali juga bertugas ganda untuk bahu membahu menjaga agar lingkungan kali tidak menjadi lokasi pembuangan sampah, agar tidak terjadi penyumbatan yang berakibat pada terjadinya banjir.
Kolom Komentar Bukan satu-satunya Ruang untuk Berpendapat
Tak jarang kita temui beberapa akun selebriti dan tokoh terkenal yang menutup akses komentar pada postingan Instagramnya. Fenomena ini belakangan makin masif menular pada banyak akun, entah apa motif utamanya, namun premis yang berkembang ialah adanya harimau jelmaan yang memiliki kuasa dalam menciptakan stigma positif atau bahkan negatif terhadap seseorang, dia adalah yang kita kenal sebagai netizen.
Warganet atau netizen menjadi komunitas massal yang mencakup semua pengguna internet. Namun apa daya, kemajuan internet tidak sepenuhnya berdampak baik terhadap masyarakat. Justru berseberangan, adanya internet terbarukan membentuk komunitas baru yang kemudian menempatkan dirinya sebagai pendisiplin atau bahkan sebagai polisi Internet.
Netizen sebagai bagian dari polisi internet, kenapa demikian, ini dikarenakan adanya kuasa netizen yang dengan mudahnya menentukan antara moral baik dan moral buruk masyarakat. Sebagai polisi moral, netizen juga ambil bagian terhadap makin parah dan tingginya akses bully di Internet. Lengkapnya ialah, netizen saat ini menjalankan fungsi lainnya sebagai polisi moral internet yang bebas menentukan antara orang yang baik dan yang buruk, termasuk bebas berkata apapun.
Dampak dari adanya fenomena tersebut ialah adanya ketidaknyamanan bagi pengguna internet. Dengan kuasa netizen mungkin setiap orang bebas berkata dan berkomentar apapun terhadap orang lain, namun kembali lagi yang dipertanyakan ialah seberapa mampu psikis orang tersebut menerima berbagai komentar dan hinaan yang dilontarkan oleh kebanyakan netizen. Pada akhirnya polisi moral tersebut hanya menjalankan fungsinya sebagai pengawas dan pengintai, namun justru tidak mengayomi.
Dengan fenomena tersebut, masyarakat perlu sadar, utamanya bagi pengguna Internet. Betapapun besarnya godaan untuk berselancar bebas untuk berkomentar, ada hal yang juga perlu dipahami oleh setiap orang, yakni orang lain juga memiliki hak tolak untuk menerima komentar, apalagi jika komentar tersebut bukanlah masukan yang tidak membangun.
Abdul Azis Said, Mahasiswa KPI 3 A
Resensi Buku "Kapita Selekta Komunikasi: Pendekatan Budaya dan Agama"
Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini (Raudhatul Athfal)
Sains dan Teknologi Islami
Suporter bola, yes or no?
Speak Up pelecehan seksual di media sosial, berlebihankah?
Hoax semakin meningkat menjelang Pilpres 2014?
Jakarta darurat sampah plastik
SIBAD untuk siap siaga bencana
Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek
Judul : Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek
Penulis : Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A
Penerbit : PT Remaja Rosdakarya
Terbit : 2017
Cetakan : Ke-28
Halaman : 181 Halaman
Resensi Oleh : Nafrah Galang Madani
Buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek ini walau terbilang cukup lawas tetapi isi kajian dari buku ini berisi kajian-kajian penting bagi yang ingin belajar dan mendalami tentang komunikasi.
Buku ini terdiri dari 10 bab yang pembahasannya dikatikan dengan berbagai bidang dalam kehidupan. Dalam buku ini, terdapat teori-teori dari berbagai ahli dibidangnya yang dapat menambah wawasan para pembaca, khsusunya para mahasiswa tentang Ilmu Komunikasi itu sendiri.
Buku ini membahas tentang proses komunikasi, komunikasi massa, strategi komunikasi dan masih banyak lagi yang dibahas secara teoritis dengan dilengkapi cara penerapannya dalam retorika, kepemimpinan, pembangunan, organisasi, pendidikan, hubungan masyarakat, jurnalistik, dan perang urat saraf.
Karenanya buku ini tidak hanya berguna bagi para mahasiswa fakultas ilmu komunikasi, tetapi juga berguna bagi para politikus, pemimpin, pengusaha, pendidik, kepalsa humas, wartawan, perwira dan anda, para komunikator yang senantiasa berupaya untuk meninhgkatkan keterampilan berkomunikasi.
Bahasa yang digunakan oleh penulis buku ini sangat mudah dipahami dan dengan bahasa penulisan yang menggugah minat untuk membaca. Gaya bahasa dalam buku ini sangat efektif untuk dipahami, khususnya para mahasiswa.
Namun ada banyak penjelasan dengan berbahasa inggris tetapi walaupun dengan bahasa inggris, sudah disertai dengan terjemahnnya agar para pembaca lebih mudah untuk memahami.
Materi yang dibahas dibuku ini sangat detail dan pasti akan lebih menambah wawasan dalam mempelajari ilmu komunikasi khususnya untuk yang baru belajar tentang komunikasi.
Buku ini sangat cocok untuk sebagai buku bacaan pokok baik untuk mahasiswa khususnya jurusan prodi Ilmu Komunikasi maupun untuk khalayak umum.
Dengan direvisinya buku ini serta dengan penambahan materi yang lebih relevan yang menyesuaikan dengan keadaan yang ada sekarang dan dikemas kedalam pembahasan yang menarik, menjadikan buku ini wajib sebagai panduan wajib dalam mempelajari Ilmu Komunikasi.
Kelebihan, buku ini sangat dianjurkan untuk mahasiswa baru Ilmu Komuniasi karena mencakup banyak teori-teori tentang kajian Ilmu Komunikasi serta teori serta prakteknya dan perkembangan sejak zaman sebelum masehi hingga zaman modern.
semua materi dalam buku ini dibahas secara detail dan ditulis dengan bahasa yang menarik, di buku ini banyak terdapat bahasa asing tetapi disertai dengan artinya sehingga mudah untuk dipahami.
Kekurangan, buku ini walau mempunyai pembahasan materi yang cukup banyak tetapi belum terlalu lengkap maka dari itu buku ini dicetak hingga 28 kali untuk melengkapi pembahasan dan kajian teori yang ada di buku ini.
Nama : Nafrah Galang Madani
KPI - C
Beberapa masalah dalam pendidikan islam modrenisas
KOMPETISI KARYA TULIS MAHASISWA
PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM (PTKI) 2018
Tema:
MODERASI ISLAM UNTUK PERADABAN DAN KEMANUSIAAN
JUDUL ESSAY
Beberapa masalah dalam pendidikan islam modrenisasi
DISUSUN OLEH:
Nasrul Fuady Z.A
(1174020111)
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018
Beberapa masalah dalam pendidikan islam modrenisasi
Dalam era modren sekarang kita merasa semakin menjauh dari agama kita tesendiri terutama pada kalangan remaja sekarang. Bahkan pada zaman sekarang banyaknya masyarakat remaja terbawa arus modrenisasi yang dapat melalaikan bahkan melupakan kewajiban mereka terhadap agama mereka.
Hampir setiap remaja sekarang disibukkan oleh kemajuan teknologi baik itu berupada elektronik maupun media sosial. Sampai-sampai dengan kesebukan mereka sosialisasi antar mereka mulai pudah dikarenakan sebuk akan gadge mereka.
Bahkan saya pun meresakan hal demikian di saat berkumpul bersama dalam suatu acara. Hanya kata hay yang dilontarkan kepada saya dan setelah itu mereka sibuk dengan handphone mereka. Ini membuat suasa menjadi canggung tanpa ada percakapan. Padahal dalam islam menjali seraturahmi antar sesama muslim adalah wajib, karna handphone mereka rela mengabaikan orag di sekitar mereka.
Itulah salah satu contoh pengaruh modrenisasi di kalangan remaja umat islam. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari itu telah mejadi kebiasaan bagi remaja sekarang. Dengan demikian kita harus memerhatikan lagi lah-hal yang berkaitan besosialisasi dalam era globalisasi sekarang.
Dalam mengatasinya kita harus kembali kepada jalan yang benar dengan mengetahui perkembangan islam di era modren yang berkaitan dengan pendidikan islam. Pendidikan Islam adalah salah satu sarana untuk menyiapkan masyarakat muslim yang benar-benar mengerti tentang Islam. Maka, seorang pendidik mempunyai kewajiban untuk menyampaikan ilmu. Pendidikan Islam berbeda dengan pendidikan lainnya, dalam Pendidikan Islam hanya berpusat pada nilai – nilai keislaman, terbentuknya akhlak seseorang dan ketaatan kepada Allah.
Hal ini bukan yang murah dalam mendidik masyarakat terutama remaja dalam menanamkan nilai-nilai keislaman. Bahkan kita terkadang terkendala akan sumber daya manusia yang berkompeten mengenai cara mendidik masyarakat yang efektif. Jumlah tersebut tidak di dukung dengan adanya kualitas, kekompakan dan loyalitas antar umat Muslim. Karena mereka masih sibuk akan urusannya sendiri dan mereka juga berkutat untuk memperkaya dirinya maupun anggotanya tanpa memikirkan kesejahteraan umat Muslim lainnya.
Saat ini Pendidikan Islam sendiri berfungsi untuk landasan dan sarana untuk membentuk moralitas umat Muslim di masa depan. Moralitas pada masa depan sangatlah penting, agar tidak terjadi kekacauan yang nantinya akan merusak martabat bangsa.
Seiring perjalanan sejarah, pendidikan Islam dari tahun ke tahun semakin mengalami perkembangan. Apalagi setelah muncul dua organisasi besar Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama (NU). Kedua organisasi ini bergerak dalam bidang dakwah melalui pendidikan, ada yang dengan sistem klasik dan ada yang modern. Walaupun jalan yang ditempuh oleh kedua organisasi ini dalam mengembangkan pendidikan Islam berbeda, akan tetapi tetap tujuan utamanya sama, yaitu sama-sama ingin menjadikan Islam tetap berkembang di Indonesia melalui cara-cara yang menurut masing-masing biasa dilakukan.
Di zaman modern ( abad ke-19 sampai dengan sekarang ) hubungan Islam dengan dunia Eropa dan Barat terjadi lagi. Pada zaman ini timbul kesadaran dari umat Islam untuk membangun kembali kejayaannya dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan peradaban melalui berbagai lembaga pendidikan, pengkajian, dan penelitian. Umat Islam mulai mempelajari berbagai kemajuan yang dicapai oleh Eropa dan Barat, dengan alasan bahwa apa yang dipelajari dari Eropa dan Barat itu sesungguhnya mengambil kembali apa yang dahulu dimiliki umat Islam.
Modernitas sendiri berasal dari perkataan "modern" yang berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan masa kini. Lawan dari modern adalah kuno, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan masa lampau. Jadi modernitas adalah suatu pandangan dan sikap hidup dalam menghadapi kehidupan masa kini.
Untuk mengikuti perkembangan itu, maka pendidikan Islam harus diarahkan pada kebutuhan perubahan masyarakat modern. Pendidikan Islam perlu didesain untuk menjawab tantangan perubahan zaman tersebut, baik pada sisi konsepnya, kurikulum, kualitas sumberdaya insaninya, lembaga-lembaga dan organisasinya, serta mengkonstruksinya agar dapat relevan dengan perubahan masyarakat .
Akan tetapi dalam menghadapi masalah tersebut, Pendidikan Islam belum mampu menempatkan dirinya pada posisi yang strategis. Dampaknya umat Islam sampai sekarang belum bisa berharap banyak akan munculnya nuansa kreasi baru dan inovasi – inovasi 'spektakuler' yang dihasilkan dari lembaga pendidikan Islam.
Seorang Muslim yang memahami karakteristik kehidupan modern diharapkan dapat melaksanakan ajaran agamanya tanpa dihantui rasa cemas, takut, gusar, gelisah, atau perasaan bersalah sehingga tidak memunculkan sikap fundamentalis eksklusif. Modernitas tidak perlu dihindari karena pada dasarnya tidak bisa dipungkiri bahwa modernisasi memiliki peluang sekaligus tantangan bagi kemajuan agama Islam.
Tantangan pendidikan Islam di zaman modern ini menurut Daniel Bell saat ini keadaan dunia ditandai oleh lima kecenderungan yaitu :
1) Kecenderungan integrasi ekonomi yang menyebabkan terjadinya persaingan bebas dalam dunia pendidikan.
Karena menurut mereka, dunia pendidikan juga termasuk diperdagangkan , maka dunia pendidikan saat ini juga dihadapkan pada logika bisnis. Munculnya konsep pendidikan yang berbasis pada sistem dan infrastruktur , manajemen berbasis mutu terpadu (Total Quality Management / TQM) , Inter –preneur University dan lahirnya Undang – Undang Badan Hukum Pendidikan (BHP) tidak lain, karena menempatkan pendidikan sebagai komoditas yang diperdagangkan. Penyelenggaraan pendidikan saat ini tidak hanya ditujukan untuk mencerdaskan bangsa , memberdayakan manusia atau mencetak manusia yang saleh, melainkan untuk menghasilkan manusia-manusia yang Economic minded, dan penyelenggaraannya untuk mendapatkan keuntungan material.
2) Kecenderungan fragmentasi politik yang menyebabkan terjadinya peningkatan tuntutan dan harapan dari masyarakat. Kecenderungan ini terlihat dari adanya pengelolaan manajemen pendidikan yang berbasis sekolah (school based management), pemberian peluang kepada komite atau majelis sekolah / madrasah untuk ikut dalam perumusan kebijakan dan program pendidikan, pelayanan proses belajar mengajar yang lebih memberikan peluang dan kebebasan kepada peserta didik, yaitu model belajar mengajar yang partisipatif, aktif, inovatif, kreaatif, efektif dan menyenangkan.
3) Kecenderungan penggunaan teknologi canggih (sofisticated technology) khususnya Teknologi Komunikasi dan Informasi (TKI) seperti komputer. Kehadiran TKI ini menyebabkan terjadinya tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan cepat, transparan, tidak dibatasi waktu dan tempat. Teknologi canggih ini juga telah masuk ke dalam dunia pendidikan , seperti pelayanan administrasi pendidikan, keuangan, proses belajar mengajar. Melalui TKI ini para peserta didik atau mahasiswa dapat melakukan pendaftaran kuliah atau mengikuti kegiatan belajar dari jarak jauh (distance-learning). Sementara itu , peran dan fungsi tenaga pendidik juga bergeser menjadi semaacam fasilitator, katalisator, motivator, dan dinamisator. Peran pendidikan saat ini tidak lagi sebagai satu-satunya sumber pengetahuan (agent og knowledge). Keadaan ini pada gilirannya mengharuskan adanya model pengelolaan pendidikan yang berbasis Teknologi Komunikasi dan Informasi (TKI).
4) Kecenderungan interdependency (kesalingtergantungan), yaitu suatu keadaan dimana seseorang baru dapat memenuhi kebutuhannya apabila dibantu oleh orang lain. Ketergantungan ini juga terjadi di dunia pendidikan, adanya badan akreditasi pendidikan baik pada tingkat nasional maupun internasional, selain dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pendidikan, juga menunjukkan ketergantungan lembaga pendidikan terhaadap pengakuan dari pihak eksternal. Demikian pula munculnya tuntutan dari masyarakat agar peserta didik memiliki ketrampilan dan pengalaman praktis, menyebabkan dunia pendidikan membutuhkan atau tergantung pada peralatan praktikum dan magang. Selanjutnya, kebutuhan lulusan pendidikan terhadap lapangan pekerjaannya, menyebabkan ia bergantung kepada kalangan pengguna lulusan.
5) Kecenderungan munculnya penjajahan baru dalam bidang kebudayaan (new colonization in culture) yang mengakibatkan terjadinya pola pikir (mindset) masyarakat pengguna pendidikan, yaitu dari semula mereka belajar dalam rangka meningkatkan kemampuan intelektual, moral, fisik dan psikisnya, berubah menjadi belajar untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang besar. Tidak hanya itu, kecenderungan penjajahan baru dalam bidang kebudayaan juga telah menyebabkan munculnya budaya pop atau budaya urban, yaitu budaya yang serba hedonistik, materialistik, rasional, ingin serba cepat, praktis, pragmatis dan instan. Kecenderungan budaya yang demikian itu menyebabkan ajaran agama yang bersifat normatif dan menjanjikan masa depan yang baik (diakhirat) kurang diminati. Mereka menuntut ajaran agama yang sesuai dengan budaya urban. Dalam demikian , tidak mengherankan jika penyampaian tentang agama yang disajikan secara normatif dan konvensional menjadi tidak menarik dan ketinggalan zaman. Keadaan ini mengharuskan para narasumber ataupun ustad-ustad atau ahli agama untuk melakukan reformulasi, reaktualisasi, dan kontekstualisasi terhadap ajaran agama, sehingga ajaran agama tersebut akan terasa efektif dan transformatif.
Ini kakan menjadi PR berat untuk kita bahkan untuk masyarakat bersama mengenai hal problematika yang terjadi sekarang. Harus adanya beberapa pihak yang terkait untuk mengatasi ini seperti dari kalangan keluarga berupa orang uta yang selalu memantau selalu anaknya agar tidak terjerumus kepada hal yang dapat menininggal agama. Bahkan orang uta bisa ambil alih tentang mendidik anaknya dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan sebab orang tua dalah kolompok orang yang paling dekat terhadap anak-anaknya.
Di kalangan masyarakat mereka bisa membuka atau seminar yang dapat menarik kalangan masyarakat terutama remaja untuk berpartisipasi dan ikuk dalam acara tersebut yang mana berisi hal-hal yang berkaitam masal-masal yang terjadi di kalangan masyarakat dan solusi-solusi dalam mengatasi dan membatasi sesuatu yang dapat meninggalkan agama mereka.
Bahkan pemerintah pun dapat ikut berpartisipasi dalam kegiatan mendidik masyarakar dengan mengadakan penyuluhan ke bergabai daerah dengan melakukan berbai kegiatan seperti pengajian, seminar bahkan bisa mengadakan bakti sosial yang dapat melibatkan mereka secara langsung dengan menyelipkanj berbagai nilai-nilai pendidikan islam kepada mereka.
Maka dengan demikian akan banyak perubahan yang terjadi pada Pendidikan Islam di era modern ini. Kita sebagai calon pendidik atau sebagai yang akan di didik harus mempunyai kemampuan untuk menciptakan suatu inovasi atau pergerakan agar memiliki akhlak yang baik dan mengenal adanya Allah. Kualitas SDM seorang pengajar juga sangat di perhitungkan, karena narasumber atau ustad-ustad yang profesional akan menciptakan masyarakat yang hebat, yang nantinya akan menjadi seorang Muslim yang sejati.
Referensi
http://musdah-mulia.blogspot.com/2016/11/pentingnya-pendidikan-islam.html ( Diakses pada 23 nov 2016)
https://www.unisba.ac.id/index.php/id/illustrations/item/88-peranan-akhlak-dalam-kehidupan-seorang-muslim ( Diakses pada 17 Nov 2018)
Ahmad Syaukani, 2001, Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam, Bandung: Pustaka Setia.
Yusran Asmuni, 1998, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan Dalam Dunia Islam, Jakarta.
Abuddin Nata, 2013, Metodologi Studi Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada.