Tajul Arifin : Tidak Ada Diskriminasi Usia dalam Belajar Al-Quran

Dakwahpos.com, Bandung - Dengan kemeja koko panjang khasnya yang menyentuh hingga lutut, Ustaz Tajul Arifin duduk di barisan tengah depan, dengan beberapa jamaah membentuk setengah lingkaran menghadapnya. Satu rutinitasnya tiap usai memimpin jamaah shalat Isya, ia menjadi pengajar dalam majelis ilmu yang sering ia sebut tahsin. 

Meski sibuk dengan rutinitas sebagai tenaga pengajar di UIN Bandung, pria kelahiran Garut 54 tahun silam tersebut cukup aktif terlihat di Masjid Nurul Amal, Babakan Dangdeur untuk memberikan pengajaran saat tahsin. Bukan hanya sebagai ustaz pengajar, ia juga didapuk untuk menjadi ketu DKM masjid dalam beberapa tahun kebelakang. 

Meski bukan ruang belajar yang dipenuhi banyak peserta, terkadang hanya terliht delapan hingga sepuluh peserta dengan rerata ialah pria usia atas. Usia yang berbeda tetulah berbeda pula cara untuk mengajarnya, hal tersebut yang benar membuat Ustaz Tajul bekerja keras memutar otak menciptakan metode pembelajaran yang menarik dan efektif terhadap orang-orang yang dia ajar. 

Ustadz yang juga merupakan guru besar fakultas Syariah dan Hukum UIN Bandung tersebut,menemukan caranya dengan melakukan metode belajar dan membaca al-Quran secara bersama-sama. Ia mengusulkannya dengan pertimbangan banyak hal, salah satunya ialah aspek psikologis dan sosiologis peserta tahsin.

"Pembacaan al-Quran itu dibaca bareg-bareng supaya menghindari terhadap orang yang merasa kurang bisa atau bagus dibandingkan dengan temannya kemudian akan minder dan berpengaruh terhadap kehadirannya di acara yg sama pada momen berikutnya." Jelasnya, Kamis (01/11/2018)

Dengan metode tersebut, ia merasa ada hasil berupa peningkatan kemampuan masyarakat juga inisiatifnya untuk makin meramaikan tahsin. Meski begitu, Ustaz lulusan Flinders University Australia tersebut berharap agar dengan tahsin mampu membantu masyarakat agar membaca al-Quran lebih baik lagi.

"Semoga bacaan al-Quran masyarakat itu semakin baik sebagaimana kaidah  dan ilmu tajwid. Juga dengan bacaan ilmu tajwid itu semoga mereka semakin semngat membaca al-quran. Implikasi dari kebiasaan membaca al-Quran untuk persiapan akhirat nanti." Harapnya. Kamis (01/11/2018)

Pengalamannya mengelola masjid terbilang cukup panjang, hal tersebut terbukti dari panjangnya periode yang ia menjabat sebagai ketua DKM Masjid Nurul Amal. Setelah dipercayai sebagai ketua sejak awal tahun 2000an, beberapa kali pergantian ketua namun tak urung ia dicalonkan kembali dan dipercayai untuk beberapa tahun belakangan bahkan beberapa tahun kedepan.



Reporter : Abdul Azis Said, KPI 3 A

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023