Ibu Juariyah, Inspirasi Jamaah Majlis ta'lim Masjid Al-Murtadho


Dakwahpos,comBandung Di siang hari, terlihat seorang ibu tengah menggelar karpet kemudian menyalakan microphone, memanggil ibu-ibu di sekitar untuk datang ke majlis ta'lim. Ibu itu berusia 51 tahun bernama  Ibu Juariyah, yang sering di sapa dengan panggilan Ibu Maman. Kesibukannya sebagai ibu rumah tangga yang single parent juga sebagai ketua Majlis Ta'lim tidak membuatnya mengeluh. Prinsipnya yang sangat kuat membuatnya terus bertahan sebagai ketua Majlis Ta'lim di Masjid Al-Murtadho Cibiru Wetan, Bandung.

"Yaaa neng ibu diamanahkan jadi ketua majlis ta'lim ibu-ibu disini dengan segala ketidakbisaan, sekarang ibu sebagai ibu rumah tangga biasa sekaligus ayah bagi anak-anak neng. Suami ibu dipanggil oleh Allah sekirat 7 bulan yang lalu, niatkan saja hanya karna Allah, toh hidup kita di dunia ini hanya untuk berladang dan insyaAllah nanti hasilnya di akhirat kelak baik neng" Kata Ibu Juariyah di kediamannya,Cibiru Wetan kamis (31/10/18)

Walaupun ada saja yang tidak suka kepada beliau karena dijadikan ketua Majlis Ta'lim  akan tetapi, itu tidak mengurangi semangat dakwahnya, mengajak warga sekitar untuk datang ke masjid mempelajari ilmu Allah bersama-sama. Beliau pun mengakui  bahwa perjalanan hidupnya yang tidaklah mudah untuk sampai sekarang ini, yang dulu dikenal sebagai seorang ibu rumah tangga biasa yang sangat awam dari ilmu agama. Namun, sekarang beliau dikenal sebagai ibu ustadzah ketua Majlis Ta'lim.

" ada saja yang tidak suka mah neng, bukan ibu yang pengen jadi ketua majlis ta'lim, mungkin itulah ketentuan Allah melalui lisan bu RW,  kalo liat kisah Rasulullah mah ngga sebanding dengan ibu saat ini, ibu yakin bahwa Allah tidak akan memberi ujian di batas kemampuan hambanya, itumah harus yakin neng"Kata Ibu Juariyah di kediamannya,Cibiru Wetan kamis (31/10/18)

Ditemui di kediamannya di daerah Cibiru Wetan, beliau menceritakan perjalanannya dalam mengaji, bermula dari putri sulungnya yang pada saat itu tengah mengaji bersama-sama di rumah yang sederhana. Ia membenarkan bacaan ibunya ketika mengaji yang masih terbata-bata, kemudian guru dari putrinya mengajak ibu maman untuk mengaji bersama. Beliau sama sekali tak merasa tersinggung sebagai seorang ibu, malah ia merenungi dirinya sendiri untuk kembali mempelajari Al-qur'an walau posisinya sebagai seorang ibu dari 3 orang anak pada saat itu, sampai beliau mengandung anak keempat pun beliau membawa bayinya untuk pergi mengaji.

Waktu terus berputar, sampai ditengah perjalanannya beliau mengalami sakit yang luar biasa, yang menurut seorang dokter penyakitnya itu aneh sulit di prediksi apa penyebabnya. Namun, beliau tetap saja bersemangat untuk mengaji ke berbagai masjid dengan kenyakinannya. Menurutnya, mempelajari ilmu agama itu sangatlah penting sampai kapanpun, bahkan sampai nanti dipanggil oleh pemilik-Nya. Beliau pun menuturkan, hidayah itu kita sendiri yang menjemput, Allah tidak akan merubah suatu kaum kalau kaumnya sendiri tidak mau merubahnya.

"apapun sakitnya itu semua datang dari Allah kita hanya bisa berikhtiar dan sabar neng, ibu waktu itu benar-benar udah  gak kuat  sakitnya, ibu juga pernah di oprasi. Tapi, sama sekali tidak ada perubahan, tetap masih sakit, dokter pun tidak tau penyebab penyakit itu apa neng, katanya aneh. Tapi, Alhamdulillah sekarang udah tidak ada sama sekali rasa sakit itu. masa SMP, SMA ibu itu gak seperti sekarang neng, dulu ibu itu keluyuran kemana-kemari, dugem, tapi yaa gak sampe ngerokok atau yang lainnya. Ibu hanya gitulah main-main, tapi ibu tuuh di hari minggu waktu masih suka mentoring ke salman ITB neng. Yaah Alhamdulillah Allah masih terus memberi hidayah sama ibu, dan hidayh itu kita yang menjemputnya neng tentunya dengan sungguh-sungguh, karena Allah tida akan merubah suatu kaum kaulau kaum itu tidak merubahnya"Kata Ibu Juariyah di kediamannya,Cibiru Wetan kamis (31/10/18)

Sampai akhirnya, sekarang beliau dengan mudah melafalkan ayat-ayat suci Al-qur'an, sedikit demi sedikit memahami isinya untuk beliau amalkan di dalam kehidupan. Kemudian beliau di minta untuk menjadi ketua Majlis Ta'lim. Tidak sampai disana ujian masih Allah berikan, ada saja orang yang tidak suka dengan beliau dijadikan ketua majlis ta'lim, karena ia melihat bagaimana latar belakang sosok Ibu juariyah di masa mudanya. Ujian tidak hanya datang dari luar, juga datang dari warga yang kurangnya kesadaran untuk datang ke majlis, bahkan warga yang rumahnya berdekatan dengan masjid pun tidak pernah terlihat ujung hidungnya. Menurutnya, itulah ujian yang sangat berat untuk ia hadapi dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, berbagai pendekatan sudah ia lakukan terhadap warga sekitar. Namun tetap saja, warganya masih belum ada kesadaran untuk datang ke majlis dengan berbagai alasan.

Kini, beliau sudah enam tahun menjadi ketua Majlis ta'lim dengan keadaan yang berbeda pula. Sekarang  beliau tinggal hanya dengan putra bungsunya, sang suami telah lebih dulu di panggil oleh pemilik-Nya. Saat ini beliau disibukan sebagai seorang ibu sekaligus sebagai kepala rumah tangga. Untuk memenuhi kebutuhan anak bungsunya yang masih duduk di sekalah menengah pertama, beliau rajin membuat peye juga menerima pesanan catering, juga tidak lupa ia melaksanakan amanahnya sebgai ketua Majlis Ta'lim yang rutin setiap hari senin siang. Semangat dakwahnya mengajak ibu-ibu untuk datang ke majlis ta'lim akan terus berkobar di dalam diri beliau selama Allah memberi kesempatan dan dengan penuh harapan agar warna sekitar sadar akan mempelajari ilmu agama sampai liang lahat.

Reporter: Ai yulianti KPI/3A

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023