Lebih Dekat Bersama Mutiara Jalanan

Penulis : Firlyana Dadiamar

Saat ini, sudah tidak bisa dihindari lagi bahwa peran organisasi atau komunitas sangat besar pengaruhnya terhadap pengembangan skill dan cara berfikir mahasiswa yang selalu didorong agar kritis dalam menanggapi persoalan yang ada, contoh kecil yang umum terlihat adalah masalah perekonomian. Banyak pelajar yang karena keluarganya mengalami kesulitan dalam ekonomi maka memilih putus sekolah, yang setelah itu dikemudian hari menyebabkan tidak berkembangnya minat dan bakat dari pribadi pelajar tersebut. Menyadari hal itu, mungkin inilah yang sebagian besarnya dialami oleh anak-anak jalanan atau bisa kita sebut dengan panggilan anak505 atau diperlembut pembahasaan-nya menjadi anak mandiri.

Apa yang pertama kali terintas dalam benakmu, saat mendengar kata "Anak – Jalanan" ? anak yang berada dijalanan ? atau anak yang suka berada dikeramaian dan tempat publik ? anak yang  Kotor, lusuh, tidak terurus ? Iya, itulah yang pertama kali terlintas dalam benak kita . Tapi tahukah kamu bahwa dibalik tampilannya yang sangat kumuh, kepala yang sering tertunduk dengan arahan mata yang selalu melihat kebawah, dan perasaaan takut yang terus mereka hadapi tiap kali bertemu dengan Satpol PP. Mereka tetap memiliki impian dan harapan agar dapat keluar dari kemiskinan itu.

Inilah kesan awal yang saya rasakan ketika mengikuti kegiatan yang disebut "Nganjal" (Main bersama anak jalanan) sebagai volunteer dalam sebuah organisasi terstuktur yang dinamakan Lembaga Dakwah Mahasiswa. Sebuah organisasi yang sangat bisa dibilang ANTI- MAINSTREAM pada jaman milenial ini. Melalui UKM ini saya merasa lebih memahami perasaan dan keinginan dari masing masing anak jalanan, yang tentu tidak akan bisa saya mengerti jika hanya mempelajarinya didalam kelas yang biasanya berupa teori. Saya tertarik untuk mengembangkan kegiatan "Nganjal" dalam organisasi LDM.

Namun lagi – lagi keterbatasan dana anggaran selalu menjadi rintangan yang harus kami pecahkan terlebih dahulu karena seringkali menjadi hambatan dalam peng-optimalan di setiap kegiatannya, sehingga kami hanya memakai fasilitas alakadarnya atau apa adanya dengan memberikan pelatihan keterampilan , motivasi, dan mengawasi seluruh proses pembinaannya.

Pada zaman yang serba individualis ini, belum banyak aktifis – aktifis kampus yang menyadari bahwa membantu mereka (anak jalanan) bukan hanya tugas negara / dilakukan oleh pemerintah saja . Tetapi, semua golongan dari elemen masyarakat . Bukankah membantu, mendidik, dan memberikan harta kepada anak yatim, orang – orang miskin, peminta – minta adalah salah satu kebaikan yang bisa kita rasakan juga kebahagiannya ? Jadi untuk apa menunda , dan mulai  lah menjadi mahasiswa yang mengambil peranan dalam "Agent Of Change" meskipun dari suatu langkah yang kecil.



Firlyana Dadiamar, Mahasiswi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Sunan Gunung Djati, Bandung, Jawa Barat

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023