Wujudkan Budaya Praktis dan Efisien Melalui Tol-E

Oleh: Abiyyu Ghulman Gunawan (1164020002)
   
Perkembangan teknologi adalah ciri semakin mudahnya manusia melakukan segala aktivitas kehidupan.Masih segar dalam ingatan, ketika pintu keluar Tol Brebes Timur menjadi neraka bagi pemudik lebaran beberapa waktu lalu.Kemacetan panjang ini menelan korban jiwa.Selain akibat meluapnya arus kendaraan,permasalahan ini timbul akibat transaksi manual yang dirasa kurang cepat dan efektif, serta masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam mewujudkan kebudayaan praktis dan efisien yang ditunjang oleh teknologi.

Banyaknya kendaraan tidak diimbangi dengan kecepatan transaksi adalah faktor utama yang menyebabkan kemacetan di gerbang tol.Permasalahan seperti ini bukan hanya terjadi di Brebes saja,masalah serupa sudah menjadi masalah klasik semua pelayanan gerbang tol di Indonesia.

Kasus kemacetan pintu Tol Brebes timur dan keluhan masyarakat mengenai kemacetan menjadi stimulus bagi pemerintah dalam merespon serta memecahkan permasalahan kemacetan di gerbang tol.Perkembangan teknologi dan informasi menjadi dasar terkuat dalam mewujudkan kebijakan pemerintah dalam mengatasi kemacetan gerbang tol di Indonesia.
Tingginya minat masyarakat dalam menggunakan kendaraan roda empat,direspon cepat oleh pemerintah dengan menyediakan fasilitas yang lebih praktis dan efisien. Pemerintah melalui PT Jasa Marga (Persero) Tbk bergerak cepat menyelesaikan masalah ini dengan membuat kebijakan transaksi nontunai saat pembayaran tol.Kebijakan pemerintah diwujudkan dengan adanya kartu E-tol,dan kartu ini wajib dimiliki  masyarakat secara masif akhir Oktober nanti.Kartu E-tol bisa didapatkan  di minimarket terdekat atau di gerbang operator tol dan juga di beberapa bank yang menerbitkan E-money.

Penggunaan E-tol dirasa efektif dan efisien ,karena cepat dalam melakukan pembayaran sehingga sangat ampuh mengurai kemacetan di gerbang tol.Hadirnya E-tol di masyarakat merupakan perwujudan budaya praktis dan efisien yang membuat masyarakat pengguna fasilitas jalan tol merasakan dampak positif dari perkembangan teknologi.Terutama pengendara begitu dimudahkan perihal transaksi.Pengendara tidak harus merasakan antrian panjang dan menunggu lama untuk menerima uang kembalian.Dengan adanya kartu E-tol masyarakat bisa menghapus budaya lama yang terkesan kurang praktis dan efisien dalam pelaksanaannya.

Untuk menyukseskan program ini ,pemerintah harus gencar mensosialisasikan kepada masyarakat melalui media massa atau media komunikasi lainnya dalam hal mengedukasi tata cara serta prosedur bagaimana menggunakan fasilitas kartu E-tol.Peran pemerintah saja tidak cukup untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat dalam menyuarakan program transaksi nontunai tol.Disisi lain ,masyarakat harus ikut membantu membentuk kesadaran sesamanya untuk menyuarakan budaya praktis dan efisien dalam transaksi tol,agar masalah kemacetan di gerbang tol bisa diatasi.
Melalui beberapa media sosial, masyarakat yang sudah mengerti prosedur transaksi nontunai tol bisa mengedukasi masyarakat lain agar tidak terjadi kekeliruan dalam tata cara penggunaan E-tol.Intinya pemerintah dan masyarakat harus bersinergi dalam menyuarakan kebijakan ini.

Adapun pemerintah juga harus memikirkan nasib penjaga gerbang tol konvensional ,agar saat program ini terealisasi mereka tidak kehilangan pekerjaan. Hadirnya peran teknologi dalam mempermudah pekerjaan masyarakat seharusnya tidak menghilangkan peran manusia itu sendiri.Meski dirasa lebih praktis ,pemerintah harus tetap bijak menentukan keputusan bagi pekerja gerbang tol konvensional yang mau tidak mau perannya tergantikan oleh mesin.


Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN SGD Bandung (Tulisan in pernah dimuat di Media Indonesia )

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023