Marah-marah belum tentu marah


Oleh: Ade Oktavia

Saya adalah salahsatu orang yang kalau belajar sering milah-milih dosen. Kalau dosennya asyik, dan mudah dibawa ke suasana lebih hidup maka  saya akan tertarik untuk belajar. sebaliknya kalau dosennya killer saya akan merasa kurang nyaman juga. Tapi itu dulu, karena sekarang saya  sadar bahwa semua dosen itu sama. Jasa dan perjuangan mereka itu sama. Yang berbeda adalah cara penyampaiannya saja. Sekarang pola belajar bukan karena nilai, namun didasari pada ilmu dulu. Kalau nilai, itu adalah bonus. (semoga saja konsisten, hehehe)

Dosen yang paling saya sukai adalah Dosen Ulumul Hadits waktu semester 1, yaitu Bapak Chattib Saefullah. Cara Pak Chattib saat mengajar saya rasa sangat berbeda dengan dosen pada umumnya. Beliau sering terlihat marah-marah, memukul meja (tapi tidak keras), ekspresif dan lain-lain. Awalnya sih saya takut dan kesal belajar sama dosen ini. Sebab, dalam mengajar beliau menjadikan kami seakan-akan pelaku dari setiap kronologi yang beliau ajarkan.  Namun setelah mengenal beliau ternyata enak dibawa diskusi dan punya juang mengajar yang tinggi. Ini terlihat walaupun beliau sudah tua, tapi masih on-time masuk jam 06.00 A.M.

Yang unik juga dari dosen ini adalah saat saya bertemu dengan beliau, beliau pasti selalu menagih rendang kepada saya karena saya adalah orang Minang asli. Itu juga yang membuat saya merasa memiliki orang tua disini. Sayangnya, saya belum pernah pulang kampung sehingga saya belum bisa memenuhi permintaan beliau, dan untuk membuat sendiri saya merasa terlalu malas. Semoga saja, suatu hari nanti saya bisa berbagi dengan dosen kesayangan ini.

Penulis: Mahasiswi jurusan KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023