Gladiator Tanpa Senjata

 
Oleh : Faradis Zahra Alfajri


Seakan sudah menjadi tradisi yang wajar dilakukan. Kekerasan kerap terjadi di masyarakat. Tradisi aksi saling pukul tidak hanya terjadi di bangunan colosseum atau pinggiran jalan,  tradisi itu kini sudah masuk di bangunan sekolah dan dipinggiran lapang. Kasus gladiator di Bogor kini menjadi perbincangan yang mengerikan jika didengar, semakin miris ketika tahu seorang siswa SMA menjadi korbannya.

Tidak pantas jika kita hanya memandang kesalahan yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab atas terjadinya kejadian mengerikan itu, ada hal yang melatarbelakangi terjadinya kekerasa tersebut. Tidak mungkin seorang anak tiba-tiba melakukan kekerasan baku hantam tanpa adanya pemicu. Pemicu itu bisa datang dari dalam atau luar dirinya, jika seorang anak sering melihat adegan kekerasan yang mungkin tidak sengaja dilihatnya, bisa saja dia meniru adegan tersebut karena terlihat hebat jika dilakukan, atau mungkin dia menjadi korban kekerasan sebelumnya, sehingga ada rasa kesal dan ingin balas dendam, disalurkanya kekesalan itu kepada orang yang dianggapnya lebih lemah dari dirinya. Jika ternyata psikologis dari kedua anak yang menjadi korban kekerasan itu sama, yaitu memeliki rasa dendam yang disalurkan dengan membalasnya pada orang lain, maka kekerasan itu menjadi tradisi turun temurun.

Dewasa ini sulit untuk mengetahui apakah anak-anak kita, adik-adik kita, saudara kita terbebas dari kekerasan. Kawasan yang sudah kita anggap aman pun sudah menjadi area waspada. Untuk mencegah terjadinya kekerasan seperti gladiator tanpa senjata di Bogor, kita bisa mengatasinya dengan menjadi lebih akrab dengan anak-anak kita, berusaha agar mereka mau menceritakan apa saja kegiatan mereka diluar rumah, tidak hanya akrab dengan anak-anak kita, kita juga perlu akrab dengan teman-teman mereka. Memberi pujian akan membuat anak lebih percaya diri dan yakin bahwa mereka berhak untuk dihargai, cobalah untuk tidak menyudutkan mereka ketika mereka mengatakan telah berbuat hal yang salah, memberinya nasihat dan  solusi akan membuat mereka merasa lebih diperhatikan. Hukuman tidak masalah jika kita mau menerapkanya pada mereka, karena menjadi dekat dengan anak-anak, kita akhirnya akan tahu hukuman seperti apa yang  adil bagi mereka, hukuman yang tidak membuat koyak raga maupun psikis mereka, beri hukuman yang membuat mereka sadar bahwa mereka telah berbuat salah dan bukan hanya dia yang harus dihormati.


Mahasiswa KPI UIN Bandung

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023