Cerpen: Masjid Penyelamat Dunia Akhirat



Seperti biasa pada sore hari Jupri dan adiknya Aisyah mengaji di masjid yang berada tidak jauh dari rumah mereka. Di sore yang cerah itu Jupri beserta teman-temannya membuat kelompok mengaji, membentuk lingkaran mengelilingi gurunya yang bernama ustadz Zul. Dipimpin oleh Ustadz Zul, mereka melantunkan ayat suci Alquran. Sementara dalam kelompok yang lain, sedang menyimak bacaan anak yang lainnya mengaji.

"Aku tidak tau, kenapa hari ini aku sangat bersemangat sekali mengaji, rasanya aku ingin menginap di masjid semalam ini saja" ucap Jupri di dalam hati.

Seperti biasa setelah mengaji Al-Quran, ustad Zul menyampaikan sedikit ceramah sekitar tujuh menit sebelum mereka pulang dari pengajian. Pada saat itu ustad Zul berceramah tentang ajal tidak bisa dipercepat dan tidak bisa di perlambat.

Tiba-tiba Jupri merasa takut, ia pun merasa aneh, karena jarang-jarang apabila mendengar ceramah ustad Zul, bicara tentang kematian ia merasa takut, padahal sebelum-sebelumnya ia mendengar ceramah ustadz Zul tentang alam kubur dan neraka dia biasa-biasa saja. Tapi anehnya pada saat itu Jupri merasa takut, dan yang anehnya lagi seminggu  ini ustadz Zul selalu ceramah tentang kematian.

Pengajian pun berakhir pada jam 17.00. adik Jupri, Aisyah mengajaknya pulang, tetapi Jupri merasa masih betah di masjid.

"Abang ayo kita pulang" ajak Aisyah.

"Aiysah duluan saja, abang mau menunggu adzan magrib di masjid" jawabnya.

"Tapi kan magrib masih lama bang."

"Biar saja, abang lagi pingin sendirian di masjid."

"Baiklah kalau begitu, Aisyah pulang duluan," ujar Aisyah. Aisyah pun pulang sendiri kerumah.

Setelah semua orang pulang akhirnya Juppri pun sendiri di masjid Baiturahman itu, sebuah masjid yang menjadi saksi bisu dahsyatnya diterjang tsunami 12 tahun silam.

Aku tidak tahu mengapa perasaanku jadi tidak enak, mungkin gara-gara ceramah ustadz Zul tadi perasaanku jadi tidak enak, pikir Jupri. Merasa perasaannya tidak enak Jupri pun mengambil air wudhu, semoga saja perasaan ku menjadi lebih tenang, ucap Jupri dalam hati.

Setelah Jupri mengambil air wudhu, perasaannya belum tenang, masih saja terasa tidak enak, akhirnya dia shalat sunah wudu dua rakaat. "Alhamdulillah prasaanku agak lebih baik" ucap Jupri sendiri.

Akhirnya adzan magrib pun tiba dan Jupri pun langsung menyalakan mike dan segera mengumandangkan adzan. Setelah selesai shalat isya, ia pun pulang dan pada keesokan harinya, itulah saat yang sangat memilukan terjadi di bumi serambi Mekah Aceh.  

Gempa bumi dan tsunami Aceh pada hari Minggu pagi, 26 Desember 2004. Gempa terjadi  pada waktu itu tepatnya jam 07.58 WIB. Kepanikan itu terjadi dalam durasi yang tercatat paling lama dalam kegempaan bumi, yaitu sekitar 10 menit.

Dan ketika tsunami mulai datang, Jupri dan aisyah meninggalkan rumah mereka. Tapi mereka dipisahkan, Aisyah menumpang sepeda motor saat turun ke jalan. Sedangkan Jupri memilih pergi dengan sepedanya.

Aisyah sempat melihat Jupri kelelahan menaiki sepedanya, tapi kemudian Aisyah kehilangan kakaknya, dan mereka pun terpisah di jalan karena padatnya orang yang ingin menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman. Jalanan penuh dengan orang yang berupaya menyelamatkan diri, mereka semua menuju bukit dan tanah tinggi yang aman. 

Mereka bisa melihat gelombang datang di belakangnnya. Gelombang kemudian menggulung banyak orang di dalam  air dan terlalu banyak mayat di mana-mana.

Meskipun kejadian itu sudah lama tetapi Jupri seorang pemuda yang sudah berusia 20 tahunan itu masih mengingat dengan jelas gelombang tsunami yang datang tiga kali itu, dengan jarak waktu 15 menit. Inilah yang membuat begitu banyak orang tidak dapat bertahan. Sementara gelombang kedua dan ketiga kembali dan penuh sampah, hanya saja tidak sekuat gelombang besar pertama yang suaranya seperti helikopter. Bunyinya sangat keras.

Dan setelah berjuang 5 jam, Jupri akhirnya bisa menyelamatkan diri, ia terseret ke lantai dua sebuah bangunan, sehingga dapat beristirahat dan berdoa. Ketika di dalam sebuah bangunan Jupri ingat perkataan ustadz Zul tentang ajal tidak bisa dipercepat dan tidak bisa diperlambat. Jupri hanya bisa berdoa dan pasrah kepada Allah.

"Ya Allah apabila aku tidak selamat dalam bencana ini, aku mohon terima aku di sisi-Mu. Dan apa bila sekarang belumlah saatnya ajalku tiba maka permudahlah saya untuk mendapatkan jalan keluar dan pertemukanlah aku dengan keluargaku." Jupri berdoa sambil menangis. Selanjutnya, ia mencoba untuk menuju bukit dengan berenang. 

Setelah ia berusaha berenang, Jupri pun akhirnya sampai ke sebuah bukit. Dengan nafas yang sesak Jupri ditolong oleh warga lainnya yang berada di atas bukit. Jupri diberi P3K,  ia nampak kelelahan dan susah bernafas akibat berenang terlalu lama. Tapi untungnya jupri dapat terselamatkan, keadaannya semakin membaik.

Setelah keadaannya sudah agak membaik, Jupri langsung mencari keluarganya. Ia mencari-cari ibu, ayah, dan adik perempuannya, namun sayangnnya terlalu banyak orang sehingga ia kesulitan untuk menemukan keluarganya.

Setelah dua hari berlalu akhirnya Jupri berjumpa dengan adik perempuannya yaitu Aisyah. Ternyata Aisyah selamat karena masuk ke masjid Baiturahman, tempat dimana setiap sore hari mereka mengaji disana.

Masjid yang berjarak sekitar 500 meter dari bibir pantai ini menjadi saksi bisu peristiwa 12 tahun yang lalu. Saat gelombang terjadi, hanya sembilan orang yang selamat di masjid ini, enam orang laki-laki dan tiga orang perempuan serta seorang bayi berumur tiga bulan.

Saat gelombang pertama datang, setidaknya ada 138 orang yang berlindung di masjid ini. Saat gelombang kedua datang, warga yang berlindung di tempat ibadah ini masih berjumlah sama. Namun, saat gelombang ketiga datang, tiba-tiba air masuk entah dari mana dan menghayutkan warga yang ada.

Aisyah melihat pada saat itu, ketika gelombang ketiga, air masuk entah dari mana. Ada mobil yang menabrak dinding naik ke atas mimbar, hingga orang seperti diblender di air dan banyak orang di atas masjid jatuh. Sementara beberapa bangunan masjid bagian depan, seperti pagar dan kaca, atau sekitar 20 persen mengalami kerusakan.Untungnya Aisyah selamat dari kejadian itu.

Setelah mereka bertemu kembali akhirnya dua kakak beradik ini mencari kedua orang tua mereka.

Kegigihan perjuangan Jupri dan Aisyah memang mengharukan. Mereka tak kenal lelah untuk menemukan anggota keluarganya. Namun perjuangan dan harapan dua kakak beradik tersebut menemukan ibunda beserta ayahandanya kandas. Dua anggota keluarga tercinta mereka itu turut menjadi korban meninggal dalam bencana dahsyat yang menerjang sebagian besar wilayah Aceh.

Cerpen (Mega Ma'ruf Nugraha)

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023