Akan Hilang bersama Sejuta Prestasi

.
Oleh: Fany Dwi Nanda

Lagi dan lagi adalah masalah dalam dunia Pendidikan. Bukan hanya omongan belaka namun sudah menjadi hakikat bahwa Pendidikan seharusnya menjadi salah satu modal penting dalam perkembangan dan kemajuan negara kita. Namun kenyataannya semua seolah berbanding terbalik dengan apa yang diharapkan.

Beberapa waktu lalu telah terjadi kasus gladiator di Bogor, guru yang mendapat ancaman pembunuhan, serta kecurangan penerimaan siswa baru di Medan, hingga permasalahan-permasalahan yang sangat berat dan memalukan.

Jika permasalahan hanya sebatas guru dan murid, lalu bagaimana apabila fenomena mengerikan ini terjadi pada personel-personel yang ada pada sebuah lembaga Pendidikan besar yang diberi nama Universitas?

Mahasiswa terkenal dengan sikap radikal mereka, menuntut sana-sini. Meminta transparansi serta menagih sarana dan prasana. Semua itu dilandasi oleh satu mahia, yaitu kejujuran. Karena kejujuran adalah bab pertama dalam buku kebijaksanaan.

Terkadang manusia selalu dalam ekspetasi tertingginya, hingga lupa mengenai hal-hal terkecilnya. Begitu juga lalai pada kejujuran, sehingga berakibat merugikan diri sendiri serta orang lain. Malulah karena terbongkar kebohongannya. Hilanglah harta karena kecurangannya. Sering kita lupa bahwa memakan hak orang lain adalah salah satu perbuatan yang hina, lalu bagaimana dengan plagiarisme? Enyahkanlah hal tersebut dari budaya kemahasiswaan. Mulailah bermahasiswa dengan jujur dan lurus hati.

Bila yang terjadi sudah berubah entah menjadi badai atau angin topan, maka biarkanlah agar hilang bersama sejuta prestasi dan kebaikan yang kemudian dapat merubah muruah menjadi elok kembali. Namun yang salah akan tetap menjadi salah, dan harus dibenahi agar benar kembali. Ingatlah Undang-undang nomor 19 tahun 2002 tentang hak cipta, sebagaimana undang-undang yang mengatur tersebut menyatakan bahwa plagiat merupakan tindakan pidana.

Mahasiswa KPI UIN SGD Bandung